Hidup tak bisa menafikan sebuah pertemuan. Semuanya telah diatur oleh Yang Maha Kuasa dengan sempurna. Akan tetapi, bolehkah aku memilih siapa yang akan dipertemukan denganku suatu saat nanti?
Mata itu terlalu indah untuk ditatap. Mata hazel bening dan sangat cocok dengan wajah tampan nan rupawan yang kini sedang mengulurkan tangan kepadaku.
Kening pria itu mengernyit heran melihat sikapku, tapi aku tak bisa menutup-nutupi betapa aku sangat membencinya. Bayangan perbuatan bejat yang semalam dilakukannya kepadaku terlintas begitu saja dan terus-menerus menari-nari di kepalaku. Tubuhku gemetar. Aku ingin segera pergi dari hadapan pria itu.
"Alea, dia Reynan. Kamu belum pernah bertemu dengannya, bukan?" Suara Kak Rena langsung menyadarkanku. Mataku kembali terpaku pada tangan kekar yang kini masih mengapung di udara, menunggu disambut olehku.
Perlahan kuulurkan tangan kepadanya demi menghormati Kak Rena. Kupaksakan diri ini untuk menerima kenyataan bahwa dia kini menjadi kakak iparku. Hanya beberapa detik tangan kami menempel dan segera kuturunkan kembali. Hatiku tidak kuat berhadapan seperti ini dengannya.
Aku pamit undur diri terlebih dahulu, mengabaikan suami Kak Rena dan yang lainnya untuk kembali ke kamar. Persetan banyak yang menatapku tidak suka, terutama Mama. Aku sadar, tatapan Mama ingin sekali marah atas sikapku yang dianggap tidak sopan. Aku tidak peduli.
Hancur. Aku tidak tahu bagaimana cara menghadapi ini semua. Rasanya seperti mimpi. Kenyataan dijungkirbalikkan dalam sekejap mata.
Aku berdiri di depan cermin, menatap bayangan diriku yang berdiri tegap di sana. Perlahan kulepas satu per satu kancing kebayaku, menampilkan tubuh bagian depan yang berbalut pakaian dalam.
Di sana, tampak jelas tanda merah yang ditinggalkan lelaki itu membekas di badanku. Begitu banyak dan membuatku jijik terhadap tubuhku sendiri. Andai keluargaku tahu. Andai Kak Rena tahu. Betapa hancurnya hati Kak Rena jika menyadari suaminya adalah pria jahat?
Air mataku meleleh tiada henti. Ya, Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?
Aku tergugu sendiri, terbawa pusara kejamnya kehidupan tanpa ada tangan yang membantuku untuk bertahan. Hingga sebuah ketukan di pintu mengalihkan perhatianku, dan segera kupasang kembali kancing-kancing kebaya yang sempat kulepaskan.
"Alea! Apa yang kau lakukan?"
Itu suara Mama. Aku tahu Mama marah, tapi aku memilih abai. Aku tidak sanggup membuka pintu kamarku. Aku tak sanggup menatap Mama, apalagi Kak Rena. Biarlah mereka bahagia tanpa perlu melihat wajahku. Biarlah mereka tertawa tanpa aku turut serta di sana.
Kudengar suara Mama masih meneriakiku, memaki dan mengumpat. Aku masih diam, tak sanggup berkata sepatah kata. Suaraku seolah tertahan dan terimpit di tenggorokan. Mama, maafkan aku.
...***...
Dan di sini lah aku sekarang. Di kelilingi oleh orang-orang tak kukenal yang datang dengan menunjukkan wajah bahagia. Entah benar-benar bahagia, atau hanya kamuflase semata. Sebuah gedung mewah yang kuketahui milik keluarga Paderson, mertua Kak Rena, dijadikan acara pesta pernikahan.
Tidak semua kalayak sanggup menyewa aula gedung ini yang memang mampu menampung ribuan orang. Arsitekturnya modern, tetapi juga memiliki unsur-unsur seni yang menarik. Aku yakin, bukan sembarang orang yang mendesain interior area aula ini.
Di sana, sepasang pengantin itu tampak bahagia dari raut wajah mereka. Bukan hanya itu, Mama dan keluarga Kak Rey turut merasakan kegembiraan.
Kak Rey? Ya, aku harus memanggilnya Kakak, bukan? Dia kakak iparku, apa pun yang terjadi.
Aku tidak ikut bersama mereka, lebih memilih duduk di salah satu meja tamu sambil melihat para undangan memberi selamat kepada mempelai dan keluarga. Entahlah, aku merasa tidak nyaman berdekatan dengan Kak Rey. Lebih baik aku menjauhinya, sampai ketika tanpa sengaja pandangan kami saling temu.
Jus yang sedang kuminum tiba-tiba terasa getir di saat mata hazel itu menatapku tajam. Aku kesulitan menelan cairan di tenggorokan. Rasanya begitu tidak nyaman. Mengapa Kak Rey memandangku seperti itu?
...***...
Ketika malam menjelang, aku memutuskan pulang terlebih dahulu. Aku beralasan lelah, meskipun Mama memaksaku tetap di sana sebagai penghormatan, tetapi Kak Rena yang baik membelaku dan mengizinkanku untuk pulang ke rumah.
Kurebahkan tubuh letih ini dengan nyaman di kasur setelah selesai membersihkan diri dan berganti dengan pakaian tidur bermotif Hello Kitty. Rasa kantuk mulai menjejal di kepalaku, membuat mataku sayup-sayup terpejam dan berakhir tertidur setelah menguap berkali-kali.
Dan entah berapa lama aku memejamkan mata, sebuah ketukan pintu membuatku terbangun di tengah malam.
Siapa yang datang?
Kulirik jam dinding yang menempel di atas lemari pakaian. Sudah pukul satu dini hari. Tentu ada rasa tidak tenang menyadari hari sudah sangat larut. Bunyi ketukan tanpa diiringi suara orang yang mengetuk membuatku curiga. Jika Mama yang melakukan, tentu mengetuk sambil memanggil namaku. Tapi kali ini, suara ketukan itu terdengar lirih dan ... menggantung.
Sedikit malas dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka kuturunkan kakiku, menapak lantai berbahan marmer putih yang dingin terasa di telapak kaki. Perlahan akhirnya aku sampai di belakang pintu, memutar tuasnya dan ... terbuka.
Mata yang malas-malasan membuka seketika itu juga membeliak sempurna. Tubuhku tiba-tiba merasa debaran aneh. Rasa takut serta trauma menyerang begitu saja. Segera kututup kembali pintu yang sempat kubuka. Namun, terlambat.
Dia lebih sigap dengan menyelipkan tubuhnya masuk ke dalam kamarku.
"Kau! Apa yang kau lakukan di kamarku?"
Dia tak peduli. Tangannya dengan cepat mengambil alih kunci kamar, kemudian mengunci pintu tersebut.
Aku ingin berteriak, tetapi tangan kekar itu dengan cepat membungkam mulutku. Dia mendorongku hingga terentak ke dinding.
Mata itu menatapku tajam. Tubuhku yang gemetar semakin menggigil ketika bola mata hazel menghunjamkan sorotnya dingin.
Dia mengenakan baju tidur kimono dengan tali pinggang yang diikat menyamping. Harum tubuhnya menguar menggelitik hidungku. Aku yakin jika lelaki di depanku baru selesai membersihkan diri setelah hari melelahkan akan perhelatan pesta pernikahannya yang mewah. Aku baru sadar, seharusnya malam ini adalah malam pengantinnya dengan Kak Rena. Tapi, mengapa dia sekarang justru diam-diam masuk ke kamarku?
...****************...
Terima kasih sudah mengikuti.
Kisah ini up setiap hari dan mulai rutin per tanggal 01 September 2022. Plot dan outline sudah disiapkan hingga tamat, diharapkan cerita ini akan tamat sesuai dengan rencana dan tidak melebar ke mana-mana. Semoga betah membaca hingga akhir. Jangan lupa tinggalkan jejak serta dukungannya agar lebih semangat update.
Terima Kasih.
Aleena_Anonymous
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
bunga cinta
penasaran
2023-06-14
1
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
eh
2023-04-15
0
StepMother_Friend
p
p
2023-04-15
0