Dua hari sudah Biu berada dirumah sakit bersama dengan Gun, membuat Biu mati kebosanan disana, Biu bukan tipekal wanita yang lemah, yang harus dirawat sampai berminggu-minggu hanya karena luka tertembak.
Biu yang sendari tadi belum tertidur, menatap jam didinding yang tak jauh darinya, yang menunjukkan pukul sepuluh malam. Dan terlihat Gun sudah tidur dengan nyenyaknya, membuat Biu menatapnya jengah.
"Si sialan itu, bahkan dia tidur seperti babi!" Biu berucap sambil melepaskan infus ditangannya secara paksa. Membuat darahnya sedikit demi sedikit mengalir membasahi tangannya sendiri.
"Yak! Sakit juga ternyata,tapi nikmat." Ringis Biu pelan dan langsung menyibak selimut tebalnya. Biu mengambil benda pipih miliknya di atas nakas, dan tak lupa pistol kesayangannya yang berada dilaci meja sebelah brangkarnya.
Biu tidak peduli dengan Gun dan Arm yang nantinya akan mengocehinya karena kabur dari rumah sakit, karena demi tuhan Biu sudah mati kebosanan diruangan berbau obat itu. Belum lagi jika pagi tiba, Biu selalu dipaksa memakan makanan mejijikan bewarna putih yang sangatlah hambar, makanan rumah sakit itu tak lebih menjijikan daripada makanan babi.
Biu saat ini sudah berjalan dipinggirkan jalan yang sangat sepi, dengan menendang-nedang kecil bebatuan yang ada dijalan. Biu tadi kabur melalu jendela dan mengendap-endap melalui balkon rumah sakit. Jika ditanya kenapa tidak langsung lewat pintu, Biu tidak mau melakukannya, karena sudah pasti didepan kamar rawatnya ada seorang pengawal yang menjaga dan itu sangat merepotkan. Membuatnya lebih memilih kabur layaknya pencuri.
"Thakun sialan, gara-gara dia, aku harus berada dirumah sakit." Biu masih saja kesal dengan tuanya itu, dasar gila pikirnya.
Kemarin Arm menjelaskan padanya jika Thakun tidak sengaja melakukannya. Botol obat Thakun dan milik tuan Korn itu sama, dan sebelum waktu botol itu dicuri, Thakun sebelumnya tidak sengaja menukar kedua botol itu karena kecerobohonya sendiri.
Dan karena botol itu sangat penting bagi tuan Korn akhirnya Thakun menyurup Biu dan juga Gun untuk mengambilnya. Dan betapa bodonya Thakun, setelah misi selesai, ia baru menyadari jika botol miliknya ternyata tertukar dengan milik ayahnya.
"Dasar Thakun bo-" belum selesai Biu memaki tuany kembali, tiba-tiba Biu mendengar suara orang yang tertawa nyaring dengan diiringi suara pukulan-pukulan serta jeritan kesakitan dari balik semak-semak.
Biu segera berjalan kerah suara itu dengan hati-hati lalu bersembunyi dibalik semak-semak yang ada disana. Biu melihat ada sekitar empat orang laki-laki yang dengan asik memukul satu orang lainya tanpa ampun.
"Apakah aku harus membantunya?" Biu masih dengan cermat melihat adegan didepanya, disisi lain Biu ingin menolong orang itu, namun ada sisi lain dalam dirinya yang membuatnya enggan untuk segera menolongnya.
"Argh, apakah itu nikmat?" gumam Biu pelan, saat melihat teriakan kesakitan dari orang itu.
Lelaki dengan wajah tampan, hidung mancung dan juga badan idealnya tengah menatap lelaki yang sudah babak belur didepannya dengan raut wajah penuh kepuasan,melihat seseorang yang terus dipukuli tanpa ampun.
Lelaki itu awalnya hanya diam dan hanya memerintahkan anak buahnya untuk menghajar penghianat didepnnya itu. Namun lama-kelamaan rasa haus akan darah dan penderitaan serta jeritan kesakitan dari penghianat itu semakin menggema indah ditelingannya. Membuat lelaki itu ingin menyiksanya dengan tangannya sendir.
"Hentika! Aku ingin menikmatinya juga," ucap lelaki itu, lalu maju kedepan, dan mengeluarkan pisaul lipat berwarna silver dari saku celananya.
Sedangkan orang yang berada didepannya semakin bergetar ketakutan, karena ia tahu jelas, jika orang biadab didepannya ini memiliki penyakin mental lain yang tak lain adalah psikopat, yang selalu haus akan darah dan jeritan kesakitan orang lain. Namun bagaimanapun ia akan memberontak,ia juga tak akan lepas begitu saja dengan mudah, mengingat kondisinya yang sekarang juga sudah sangat memprihatinkan, dengan sekujur tubuhnya yang sudah penuh luka.
"Kau tadi berbohong bukan Arlan?" tanya lelaki itu pada penghianat didepannya.
"Maafkan aku Tuan Vegas, aku berjanji tidak akan pernah menghianatimu lagi."
Yah lelaki itu adalah Vegas,seorang ketua mafia Blue Red mafia yang paling ditakuti diberbagai negara, para mafia lain tidak ada yang mau berurusan dengan mafia Vegas, karena membuat masalah dengan Vegas, sama saja dengan menghantarkan kehancuran untuk dirinya sendiri.
Vegas yang mendengar permohonan Arlan didepannya, hanya menggangapnya angin lalu, dan berjalan semakin mendekat kearah Arlan, Vegas berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Arlan. Tiba-tiba Vegas tersenyum kearah Arlan, membuat bulu kuduk Arlan meremang seketika.
Vegas mencekram kuat rahang Arlan yang penuh dengan luka, membuat Arlan meringis menahan sakit. Vegas menyayat pelan pipi Arlan, sangat pelan namun ditekan kuat, membuat sayatan itu sangatlah dalam bahkan sampai menembus keronggang mulut Arlan. Arlan sudah menjerit sakit, namun sama sekali tak menghentikan aksi Vegas, bukanya melunak, Vegas malah semakin menjadi.
"Keluarkan lidahmu!" perintah Vegas penuh penekanan.
Arlan yang sudah tau apa yang akan dilakukan Vegas berusaha menutup mulutnya rapat-rapat. Membuat Vegas menggeram marah, dengan tidak berperikemanusiaannya, Vegas merobek paksa mulut Arlan dengan pisau lipatnya, membuat Arlan memberontak kesakitan. Dan biadapnya Vegas, Vegas menarik daging kenyal berwana pink itu dan memotongnya secara perlahan tanpa rasa jijik sedikitpun, bahkan tangan Vegas saat ini sudah dipenuhi dengan darah.
Biu yang masih bersembunyi disemak-semak, berusaha menetralkan detak jantungnya yang sendari tadi berdetak kencang dan tidak beraturan,bahkan nafasnya terasa tercekat ditengorokannya sendiri. Tatkala Biu tau siapa lelaki yang sendari tadi Biu intai itu.
Biu ingin segera pergi dari sana, mamun kaki Biu masih lemas dan bahkan bergetar hebat, membuat Biu tak bisa segera pergi, dan mau tidak mau harus bertahan disemak-semak itu.
"Kenapa? Kenapa kau ada disini," gumam Biu pelan, air matanya sudah menetes deras membasahi pipi indah mulusnya.
"Kenapa aku harus melihatnya kembali." Lanjut Biu, dengan suara yang bergetar, Biu berusaha sebisa mungkin menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangannya,agar tidak menimbulkan suara.
Sedangkan Vegas sudah selesai dengan aktivitasnya tadi, Vegas akan segera pergi dari tempat itu, namun langkahnya terhenti karean mata tajam Vegas melihat semak-semak yang bergoyang,padadal tidak ada angin kencang saat itu.
Vegas yang penasaran berjalan mendekat kearah semak-semak itu, membuat Biu yang ada dibaliknya, berusaha sekuat tenaga menahan tubuhnya agar tidak bergetar, Biu benar-benar takut sekarang, Biu takut jika harus bertemu dengan orang itu saat ini. Orang yang dengan mati-matian Biu hindari. Saat ini tengah berada didepannya dan sebentar lagi memergokinya tengah bersembunyi.
Biu bersumpah jika ia tidak ketahuan, Biu akan memberikan apapun yang Gun mau selama satu hari penuh. Walaupun itu berarti Biu harus melakukan hal gila sekalipun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments