"Braaak...!!" pintu kamar kerja pangeran Enzo terbuka.
"Kakak!!" panggil seseorang.
Pangeran Enzo yang sedang membaca buku menoleh ke arah suara.
"Kau sudah dengar berita nya?" pangeran kedua kerajaan Magna Adrian Magna bertanya dengan napas yang terengah-engah, karena berlari.
"Apa?" ujar pangeran Enzo datar.
Pangeran Adrian mengatur napasnya sebelum berbicara lagi.
"Ayahanda memerintahkan untuk menyerang kerajaan Pulchara dalam tempo dua hari!" serunya.
"Mmm..sudah aku duga." timpalnya sambil kembali menatap buku yang tadi dia baca.
"Kau sama sekali tidak perduli?" tutur Adrian.
"Mereka itu kerajaan Pulchara,Enzo!" tambahnya.
"Kedua kerajaan ini akan berperang!" tambah pangeran Adrian terlihat putus asa.
"Hhh..." pangeran Enzo menarik napas panjang.
"Kita tidak bisa berbuat apa-apa, Adrian." katanya datar.
"Para anggota dewan telah memutuskan hal itu" ia menambahkan.
"Ada apa denganmu, Enzo?" pangeran Adrian menyilangkan kedua tangan nya di depan dada.
"Apakah kau merasa sakit hati,karena putri Arabella meninggalkan mu sebelum hari pernikahan kalian,hah?" kata pangeran Adrian dengan nada mengejek.
"Hhhh..!!" pangeran Enzo menarik napas yang lebih berat dari sebelumnya.
Dia merasa semenjak menghilang nya putri Arabella, orang-orang mulai menatap nya sambil berbisik-bisik. Seolah-olah dia adalah pria yang sangat menyedihkan karena di tinggal oleh calon pengantin nya.
Sebenarnya Enzo tidak merasa sakit hati karena hilangnya Putri Arabella,karena bagaimanapun dia tidak yakin kalau dia mencintai putri Arabella begitu pun sebaliknya, putri Arabella juga tidak mencintai nya.
Hanya saja sebagai putra mahkota, tidak ada celah bagi Enzo untuk menolak perjodohan itu.
Yang membuat nya terluka saat ini adalah, anggapan orang-orang di sekitarnya. Selain itu dia juga merasa iri dengan putri Arabella yang dengan beraninya melarikan diri dari perjodohan mereka.
"Jaga mulutmu Adrian!!" Enzo berkata dengan nada yang meninggi.
Adrian hendak melanjutkan kata-katanya,tapi akhirnya dia menyadari tidak ada gunanya berdebat dengan sang kakak saat ini.
"Braaak..!"
Adrian menutup pintu ruangan tersebut dengan keras sambil berlalu.
Enzo yang mendengar hal itu menjadi kehilangan semangat nya untuk membaca.
"Blaaam..!" dia menutup kasar buku yang dia pegang.
Matanya terpejam beberapa saat,dadanya nya terasa sesak sekarang.
Di tempat lain, pangeran Adrian diam-diam mengambil seekor kuda dari stall ( Kandang kuda) kerajaan.
"Draap...drap..drap!!"
Pangeran Adrian memacu kudanya dengan sangat kencang melewati hutan white rose,entah apa yang ada di pikiran nya saat ini.
Artha,hanya Artha yang dia pedulikan saat ini, putri kedua kerajaan Pulchara,teman bermain nya sedari kecil yang diam-diam ia cintai.
Tadi Adrian sudah mengirimkan pesan lewat merpati yang biasa ia gunakan untuk berkirim pesan.
Adrian meminta agar Artha menemuinya di tempat rahasia mereka sedari kecil ,saat mereka bermain petak umpet.
Di balik susunan pagar tanaman boxwood,ada lubang kecil yang bisa di lewati seseorang bertubuh langsing yang di tutupi jerami kering bekas sarang burung rel.
Dahulu Artha maupun Adrian dengan bebas melewati lubang tersebut untuk pergi bermain d sungai di tepi hutan white rose agar tidak ketahuan oleh para pengawal.
Karena apabila tidak benar-benar di amati seseorang tidak akan tahu kalau ada lubang di antara semak pohon itu.
Pangeran Adrian mengikatkan tali kudanya d sebatang pohon d tepi hutan white rose.
Dia berjalan berlahan menuju pagar tanaman boxwood membuka tumpukan jerami kering yang menutupi lubang kecil tersebut.
"Suiit...!" dia bersiul kecil,tidak ada tanda-tanda putri Artha di sana.
Pangeran Adrian bersandar d batang pohon ,dia gelisah menunggu kedatangan putri Artha.
"Kemana dia? apakah pesanku tidak sampai padanya?" berbagai pertanyaan bermunculan di benaknya.
"Kresek..kresek..!"
Pangeran Adrian bersembunyi d belakang pagar boxwood, telinganya mendengarkan dengan seksama asal suara langkah yang mengarah padanya.
"Adrian,ini aku!" panggil putri Artha dengan suara kecil nyaris seperti bisikan.
Pangeran Adrian langsung keluar dari persembunyiannya ,dia segera menuju lubang kecil yang ada pagar.
"Artha,kenapa kau lama sekali?aku sangat cemas!" ujar pangeran Adrian dengan wajah yang tampak sangat cemas.
"Pengawasan di kerajaan Pulchara sangat ketat saat ini,aku hampir saja ketahuan oleh pengawal yang sedang berjaga." jawab putri Artha.
"Aku ada berita penting yang ingin ku sampaikan padamu, Artha." pangeran Ardian terlihat sangat serius.
"Prajurit Kerajaan Magna akan menyerang Kerajaan Pulchara dalam tempo dua hari!" tutur nya sambil menatap tajam ke Artha.
Putri Artha tidak percaya dengan apa yang di dengarnya,dia menutup mulut nya dengan kedua tangannya,matanya mulai terlihat berair.
Putri Artha tidak percaya bahwa kepergian sang kakak akan menimbulkan masalah sebesar ini.
"Bagaimana..bagaimana mungkin, Adrian!" ujarnya terbata.
"Aku pun tidak menduga hal ini akan terjadi,dewan kerajaan sudah memutuskan nya hari ini,apabila dalam dua hari putri Arabella tidak di temukan atau tidak ada penyelesaian akan masalah ini maka peperangan akan di mulai." jelas pangeran Adrian.
"Tapi bagaimana kami bisa menemukan kakakku dalam tempo dua hari?,itu suatu hal yang mustahil!!" air mata mulai membasahi kelopak mata putri Artha.
Pangeran Adrian sangat sedih melihat tangisan putri Artha, ingin sekali dia memeluk dan menghapus air mata wanita yang sangat ia cintai itu,tapi hal itu tak mungkin ia lakukan karena putri Artha tidak tahu akan perasaan yang dia pendam selama ini.
"Artha, apakah kau tahu kemana kakak mu pergi?" tanya pangeran Adrian serius.
Artha terdiam sejenak,dia memang satu-satunya orang yang tahu kepergian putri Arabella dan Andreas malam itu,tapi dia tidak mengetahui ke mana sebenarnya tujuan mereka berdua.
"A..aku tidak tahu kemana tepatnya mereka pergi,tapi mereka pergi ke arah selatan,kearah hutan Pinus Quebek." tutur nya.
"Hutan Pinus Quebek?,tidak mungkin,jarang ada orang yang pernah ke sana,di hutan itu banyak sekali hewan buas dan hutannya sangatlah gelap dan lembab." tutur pangeran Adrian sambil berpikir keras.
Setelah berpikir sejenak pangeran Adrian berkata.
"Seperti nya tidak ada jalan lain." katanya lagi.
"Artha ,mari ikut denganku,kau akan aman di Magna ,aku tahu tempat persembunyian yang bagus tidak ada seorang pun yang tahu tempat itu selain aku." pangeran Adrian mengulurkan tangannya menggapai tangan putri Artha.
"Plaak..!!" Putri Artha menepis tangan pangeran Adrian.
"Aku putri Artha Frederick,putri kerajaan Pulchara,aku tidak akan pernah meninggalkan orangtuaku dan rakyatku hanya untuk keselamatan ku sendiri " putri Artha menghapus air matanya.
"Kresek... kresek!!"
Suara langkah kaki menuju tempat pangeran Adrian dan putri Artha berada.
"Siapa disana?!" ujar seorang pria dari balik pepohonan.Mereka adalah prajurit kerajaan Pulchara yang sedang berjaga.
Adrian segera bersembunyi lagi d balik pagar tanaman boxwood,dia merunduk menyembunyikan dirinya.
Sementara itu putri Artha segera mengendap-endap menuju semak bunga hortesia yang rimbun untuk bersembunyi.
"Ah,ada lubang kecil d pagar ini!" seru prajurit yang satu lagi.
"Mari kita tutup dengan batang kayu besar yang tergelak di sana." sambung yang lainnya.
Kedua prajurit itu segera mengangkat beberapa batang kayu ,dan menutup lubang kecil yang ada d pagar tanaman tadi.
"Baiklah,sekarang sudah aman mari kita pergi." ujar salah satu prajurit lagi. Dan para prajurit kerajaan Pulchara itu pun pergi meninggalkan tempat itu dengan segera.
Setelah beberapa saat, pangeran Adrian kembali ke lubang kecil yang kini sudah tertutup tumpukan batang kayu besar itu.
"Artha, Artha,kau masih d sana?" panggil nya.
Tidak ada sahutan yang dia dengar dari seberang pagar, dia menelisik rimbunnya pagar tersebut,namun dia tidak mendengarkan maupun melihat bayangan tubuh putri Artha lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments