...༻✿༺...
Siang kelayaban bersama teman-teman berandalnya. Malam pergi ke klub untuk sekedar bersenang-senang. Begitulah kehidupan Morgan. Dia hanya menghabiskan waktu di rumah untuk makan dan tidur.
Ponsel Morgan menyuarakan bunyi notifikasi pesan dalam selang sepuluh menit. Untuk sekarang, Morgan memiliki tiga kekasih sekaligus. Satu di sekolah baru, kedua di sekolah lama, dan ketiga wanita kuliahan yang ditemuinya di klub malam.
Sejak di hari pertama sekolah, Morgan sudah berhasil menjadikan Erli pacarnya. Bagi cowok yang memiliki ketampanan sepertinya, mendapatkan cewek dalam satu kali kerlingan mata memang adalah sesuatu hal yang mudah. Terlebih Morgan juga diketahui berasal dari keluarga kaya raya. Motor yang dipakainya ke sekolah saja merupakan keluaran terbaru. Harganya pun dibilang sangat fantastis. Hanya Morgan yang memiliki motor tersebut di sekolah.
Kini Morgan baru saja pulang ke rumah. Dia masuk ke kamar mandi. Lalu melepas pakaian atasannya. Sebuah tato bergambar kompas terpampang di bagian dada. Selain itu, dia juga punya tato bergambar burung phoenix dekat area perut.
Morgan berdiri di bawah air shower yang mengalir. Dia memejamkan mata sambil mencoba menenangkan diri.
Selesai mandi, Morgan segera mengenakan handuk kimono dan keluar dari kamar mandi. Saat itulah telinganya dapat mendengar suara perdebatan lelaki dan wanita.
Morgan yakin, dua orang yang bertengkar tidak lain adalah ayah dan ibunya sendiri. Itu adalah hal biasa bagi Morgan. Hampir setiap hari ada saja yang diperdebatkan oleh kedua orang tuanya.
Jika perdebatan tambah parah, Morgan bergegas pergi dari rumah. Dia tentu memilih pergi ke klub malam dibanding berada di rumah yang terasa seperti neraka.
Dengan santainya Morgan berjalan melewati ayah dan ibunya yang bertengkar. Dia bahkan sama sekali tidak melirik sedikit pun.
"Morgan! Kau mau kemana?!" tegur Michael. Ayah kandung Morgan yang berdarah asli Inggris tersebut.
"Im going to the club," jawab Morgan. Tanpa menengok ke belakang. Dia terus melangkah maju menuju pintu keluar.
"Jangan coba-coba berani pergi kamu!" pekik Gina. Dia tidak lain adalah ibunya Morgan. Dia berusaha menghentikan pergerakan sang putra. Meskipun begitu, usahanya tidak maksimal. Gina hanya menegur lewat teriakan. Sehingga Morgan terlanjur pergi dari rumah.
"Tuh! Anakmu pasti ke klub malam. Dia begitu karenamu!" tukas Gina pada Michael.
"Kau menyalahkanku untuk itu?! Kau pikir dirimu adalah orang tua paling baik?!" perdebatan terus berlanjut.
Michael dan Gina memang rutin bertengkar. Terutama semenjak Gina mengetahui Michael dekat dengan seorang wanita.
...***...
Kini Morgan sedang mengemudikan motor. Dia melaju sangat cepat bak seorang pembalap. Dari balik helmnya, terdapat tatapan tajam yang terpancar.
Jujur saja, Morgan selalu merasa kesal setiap kali melihat ayah dan ibunya bertengkar. Terlebih mereka juga sudah tidak mau memperdulikan dirinya lagi.
Seperti biasa, tujuan Morgan saat malam adalah diskotik. Di sana dia akan bertemu kekasih ketiganya. Kesenangan di sana membuat Morgan melupakan masalah untuk sesaat. Biasanya Morgan akan pulang dari diskotik saat waktu menunjukkan jam tiga pagi. Tidak heran dia selalu datang terlambat ke sekolah.
Di sisi lain, Ramanda sedang berusaha tidur. Tetapi matanya masih terasa segar. Padahal waktu sudah menunjukkan jam setengah empat pagi.
Ramanda memang akan menderita insomnia jika sedang mengalami kegelisahan. Sekarang dia benar-benar tidak bisa tidur.
Ramanda merubah posisi menjadi duduk. Dia mengambil ponsel. Nama Zafran langsung terlintas dalam benaknya. Tetapi dia tidak jadi mengirim pesan. Terutama saat ingat kalau perbedaan waktu di Inggris terlambat enam jam dari Indonesia. Berarti London sekarang sedang tengah malam.
"Zafran pasti tidur," gumam Ramanda. Dia tidak tega mengganggu istirahat Zafran. Alhasil dia lebih mengisi kegiatannya dengan melakukan joging.
Ramanda mengenakan jaket serta celana olahraga ketat yang selutut. Dia mengikat rambut dengan gaya ekor kuda. Di salah satu tangannya terdapat gelang penghitung detak jantung.
Karena memiliki ayah yang bekerja sebagai dokter, olahraga tentu adalah sesuatu hal penting bagi Ramanda. Apalagi di saat dirinya mulai mengalami insomnia lagi.
Headset terpasang di kedua telinga Ramanda. Dia berlari pelan sambil mendengarkan musik.
Ramanda berlari menyusuri pinggiran jalan. Udara segar benar-benar menenangkan pikirannya. Tanpa sadar dia merekahkan senyuman.
Dari kejauhan, Ramanda melihat ada sebuah motor yang melaju kian mendekat. Dia langsung menyadari keberadaan motor itu karena suasana jalanan sedang sepi.
Motor tersebut semakin dekat. Pengendaranya tampak mengarahkan motor secara tidak teratur. Ramanda yakin, pengandara tersebut pasti mabuk. Perlahan dia melepas headset dari telinga.
Bruk!
Benar saja, pengendara yang dilihat Ramanda akhirnya jatuh sendiri ke jalanan beraspal. Karena menjadi satu-satunya orang yang melihat, Ramanda buru-buru membantu.
"Morgan!" seru Ramanda ketika menyaksikan pengendara motor membuka helm.
"Hai, Ra..." Morgan menyapa dengan senyuman. Matanya sayu dan memerah. Seratus persen dia sedang mabuk.
"Lo gila! Untung gue bukan polisi. Kalau iya, gue udah bawa lo ke penjara!" geram Ramanda. Dia membawa Morgan duduk ke pinggir jalan.
Ramanda mendengus kasar. Ia berkacak pinggang sambil memperhatikan motor Morgan yang masih tergeletak di tengah jalan.
"Tenaga gue nggak kuat buat pindahin motor lo," ujar Ramanda. Ia duduk ke samping Morgan. Cowok itu tiba-tiba merebahkan diri ke tanah yang kotor.
"Biarin aja ditabrak truk. Nanti bisa beli lagi..." sahut Morgan sambil mendecapkan lidah. Dia menutup matanya seolah hendak tidur.
"Eh! Lo pengen tidur di sini?!" tegur Ramanda. Menatap tak percaya. Ia lantas mencoba memaksa Morgan untuk bangkit. Namun bau alkohol yang menyengat langsung menghantam indera penciumannya.
Ramanda reflek menutup hidung. "Ish! Lo bau banget!" protesnya.
"Bentar lagi, Ra... gue pengen tiduran bentar aja. Ya?..." racau Morgan. Ia mengacungkan jari telunjuk ke udara.
Ramanda memutar bola mata jengah. Dia yang tadinya berdiri, akhirnya duduk kembali. Ramanda memanfaatkan waktu untuk beristirahat. Ia tadi sudah berlari cukup lama.
Setengah jam berlalu. Morgan akhirnya membuka mata. Dia melirik ke arah Ramanda yang tampak sibuk berkutat dengan ponsel.
"Lo masih tungguin gue?" tanya Morgan.
"Baru aja gue pengen pergi. Beruntung lo udah bangun." Ramanda tersenyum singkat. Dia segera memasukkan ponsel ke saku celana. Lalu berdiri seraya meregangkan badan.
Ramanda melekukkan tubuhnya ke kanan dan kiri. Morgan sontak terfokus memperhatikan.
"Lo seksi juga. Pantas dibilang permata sekolah," komentar Morgan.
Plak!
Tamparan Ramanda langsung melayang ke pipi Morgan. "Lo mending sadar dulu dari mabuk lo!" ucapnya yang sekali lagi merekahkan senyuman paksa.
"Gue baru aja sadar. Peregangan lo tadi bikin mata gue melek," sahut Morgan. Membalas senyuman Ramanda dengan senyuman simpul. Namun dia justru menerima tamparan kedua.
"Otak mesum!" cerca Ramanda. Dia membuang muka dengan mimik wajah cemberut. Perhatiannya segera tertuju ke arah motor Morgan.
"Lo mending pindahin motor lo ke pinggir deh. Sebelum jalannya ramai," ujar Ramanda menyarankan.
"Biarin aja. Sengaja kok. Biar dibeliin motor baru," balas Morgan. Dia akhirnya berdiri. Merangkul pundak Ramanda tanpa permisi.
"Anak pintar. Jadi lo sengaja mau buang-buang duit hasil jerih payah bokap nyokap lo?" tanggap Ramanda seraya melepas paksa rangkulan Morgan. Lalu melipat tangan ke depan dada. Matanya melirik tajam Morgan.
"Iya!" Morgan mengangguk dengan senyuman lebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
penahitam (HIATUS)
wkwk... sultan mah beda 😂😂😂
2022-09-01
1
Nunu
langsung tmbah ke favorit .. 😀
2022-08-29
1
Elisa Damayanti
horang kaya mah bebas y gan....
2022-08-26
1