Dalam perjalanan pulang, Yoga tak banyak bicara. Aura kemarahan tampak jelas menyeruak dari dalam jiwa pemuda tampan itu.
Membuat kedua orang tuanya memilih untuk diam. Mereka tak ingin membuat masalah terlalu dalam dengan pria keras kepala itu. Setidaknya mereka ingin membuat suasana tenang, sampai hari pernikahan itu tiba.
Benar saja, sesampainya di rumah, Yoga langsung meninggalkan papi dan maminya tanpa pamit.
Membanting pintu mobil dengan sangat keras. Sehingga membuat papi dan maminya terkejut setengah mati.
"Astaghfirullah, Pi, anakmu. kurang ajar sekali!" ucap Ibu Silvi, heran.
"Biarin aja, Mi. Dia belum tahu nikmatnya punya istri. Ntar kalo tau juga bakalan makasih sama kita," jawab Pak Galih, santai.
"Tapi Mami takut, Pi," tambah Bu Silvi, gelisah
"Wis to, jarke wae. Tak kenal maka tak sayang. Wit ing trisno jalaran soko kulino. Seperti kita, Mi. Kita dulu kan juga begitu. Ehhh buktinya brojol dua." Pak Galih tertawa, sedangkan sang istri hanya tersenyum, tersipu malu.
"Tapi, Pi. Mami takut. Takut kalau Yoga bertindak anarkis pada mantu kita, Pi. Kasihan tahu," ucap Bu Silvi khawatir. Terlihat wanita ini meremas selendang yang ia kenakan.
"Tenang saja, Mi. Kan ada kita, untuk menghindari itu, sebaiknya sebagai orang tua jangan lupa untuk memantau keadaan mereka. Kita awasi terus putra kita ini, Mi. Jangan sampai kita lengah. Takutnya, pernikahan ini malah jadi ladang dosa untuknya," ucap Pak Galih.
"Iya, Papi, benar."
"Dah yuk, kita masuk. Kita lihat apakah semua persiapan kita sudah benar? Ada yang kurang atau tidak?"
"Semuanya sudah oke, Pi. Orang-orang kita bekerja jangan cepat dan tepat. Pokoknya kita hanya perlu memastikan, Yoga tidak kabur dari pernikahan ini," ucap Bu Silvi, menatap sang suami dengan tatapan takut.
"Dia sangat mencintai pekerjaannya, Mi. Ia selalu bangga dengan hasil kerjanya. Dia sangat sayang pada para karyawannya dan Papi yakin, dengan lawan itu dia pasti nggak akan berani kabur. Soal ini, Papi sangat mengenal dia, percayalah, " ucap Pak Galih yakin.
"Semoga ya, Pi. Mami takut. Eh, Pi.. tadi mami sedikit melihat calon mantu kita dicubit deh sama bibinya. Papi lihat nggak?" tanya Bu Silvi.
"Masak sih, Mi. Papi nggak lihat tu!"
"Ih, Papi gimana sih? Mami lihat tau. Dia sampai tergingkat. Setelah itu dia langsung bilang mau dinikahin sama anak kita. Jangan-jangan, selama ini dia disiksa sama paman sama bibinya juga Pi."
"Ih, Mami. Jangan suudzon gitu napa. Udah nggak usah berpikiran yang aneh-aneh sama orang. Nanti jatuhnya fitnah. Udah, mending sekarang kita masuk. Kita cari tau lagi apa yang kurang. Nanti takutnya ada yang kurang kan malu, Mi."
"Baiklah, Pi. Tapi bener ya, nggak bakalan terjadi apa-apa dengan pilihan kita. Semoga ini jalan terbaik untuk putra kita ya?"
"Iya, Mi. Insya Allah," ucap Pak Galih. Tak ingin membuat sang istri semakin resah, Pak Galih pun segera merangkul sang istri dan membawanya masuk ke dalam rumah.
***
Di lain pihak, Yoga menatap dirinya di depan cermin. Kebenciannya pada calon istrinya kembali menjalar hebat di dalam sanubari nya.
Ia bersumpah akan membuat wanita yang telah berani merenggut kebebasannya itu menderita. Membuat wanita itu merasakan perihnya hidup bersamanya. Yoga berjanji, ia akan membuat Vina tak memiliki celah untuk membela diri.
"Lihat saja nanti, aku pasti akan menindasmu. Dasar janda jelek sialan!" ucap Yoga marah.
Untuk melampiaskan kekesalannya, Yoga pun meminta sekertarisnya agar mengatur jadwal keberangkatannya ke Malaysia agar di percepat.
Ia ingin, setelah menikah bisa langsung kabur dan tidak sering melihat Daging setiap hari.
"Gus, aku mau jadwalku di percepat. Tolong bikin aku sedikit lama di sana. Carikan aku job yang bikin aku nggak pulang-pulang kalo perlu," ucap Yoga pada sahabat sekaligus asisten pribadinya.
"Weh, tumben. Bener ni mau lamaan di sana? Kalo iya, aku terima ni beberapa job yang masuk," jawab Agus, sang asisten semangat.
"Iya, aku serius. Kalo perlu satu bulan full juga boleh. Pokoknya bikin aku selama mungkin ada di sana. Soal honor, kamu atur aja. Nggak perlu tanya ke aku. Paham kan?" pinta Yoga lagi.
"Okey, siapa takut? Tapi setelah aku bikin dikau sesibuk mungkin, jangan ngeluh, jangan protes, apa lagi marah. Janji!" jawab Agus semangat.
"Ya, bawel. Gara-gara kamu kasih aku libur, nasibku jadi ancur begini!" ucap Yoga.
"Ancur gimana? Kan Pak Galih yang suruh, suruh kasih dirimu off satu minggu. Katanya kasihan sama kamu kerja terus," jawab Agus, sesuai perintah yang ia terima dari bos utamanya.
"Ahhh, ta* lah lu. Dah pokoknya mulai sekarang, jangan pernah dengerin Papi, yang jadi elu kan aku. Napa jadi ngikut aturan dia sih?" jawab Yoga ketus.
"Iye, iye, astaga. Gitu ada esmosi. Emang ada paan sih? perlu aku balik sekarang. Ku temenin ke club, cari cewek?" canda Agus.
"Mata lu cewek. Ogah! Dah ah.. pokoknya malam ini aku mau laporan jadwalku mulai senin besok. Paham!"
"Iye, iye. Siap! Asal jangan marah aja ntar!"
"Ck... bye!" jawab Yoga kesal. Tak ingin semakin kesal Yoga pun memilih menutup panggilan telepon itu dan pergi tidur.
***
Berbeda dengan Yoga yang marah dan kecewa dengan pernikahan ini. Justru Vina merasa sedikit lega.
Karena ia bisa keluar dari rumah paman dan bibinya. Setidaknya, siksaan fisik tidak akan ia terima lagi.
Vina tak peduli jika nanti dalam pernikahannya ia memang digariskan menjada lagi. Yang penting baginya adalah bisa keluar dari neraka ini. Neraka yang menyiksanya sejak ia berusia sepuluh tahun.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Novia Sarifatul
👍👍👍
2023-01-21
0
🍊𝐂𝕦𝕞𝕚
bener kata si papih yoga belum tau nikmatnya menikah kalau udah tu nyesel pasti dia tuh udah bikin keputusan yang membuat nya Haris jauh dari vina
2022-08-24
0
Adelia Rahma
buat Yoga bucin ke kamu Vin semangat 💪💪💪
2022-08-24
3