Afnan bergitu terkejut ketika Syafiqah membawa dirinya kedalam ruangan intensif. Karena ia dapat melihat tubuh gadis itu yang terlihat amat menyedihkan, karena terpasang begitu banyak peralatan medis ditubuhnya. Namun ia juga heran, ketika ia melihat monitor pendeteksi jantung yang menandakan tubuh itu masih hidup.
"Kalau kamu masih hidup, tapi mengapa roh kamu bisa keluar dari tubuh kamu?" tanya Afnan yang terlihat, bergitu bingung dengan fakta yang ia lihat.
"Nah itulah yang membuat Saya bingung Afnan! Dan bahkan Saya sudah berusaha untuk masuk kembali ke tubuh saya, tapi tak selalu gagal!" balas Syafiqah, yang kini tatapannya kembali terlihat sedih, "Dan sekarang saya sangat bingung Afnan, saya harus apa?" lanjutnya yang kini air matanya telah mengalir.
"Maaf, saya juga tidak tahu. Tapi saran saya coba kamu jalani saja dengan ikhlas, siapa tahu kamu bisa kembali lagi ke tubuh kamu," kata Afnan, memberikan sarannya pada Syafiqah.
"Jalanin dengan ikh..." Belum lagi Syafiqah menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba terdengar suara deringan handphone, yang sudah pasti milik Afnan.
"Maaf, saya terima panggilan dulu ya?" kata Afnan dan dianggukan oleh Syafiqah. Lalu Afnan, pun sedikit menjauh, untuk menerima panggilan telepon selulernya. Dan tak berapa lama ia kembali lagi, sembari mengantongi Benda pipihnya tersebut.
"Maaf Nona, Saya harus pergi, karena ada urusan yang mendesak! Kalau begitu saya permisi Nona, Assalamualaikum," kata Afnan dan langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Syafiqah.
"Eh! Afnan tunggu!" teriak Syafiqah. Namun Afnan, tak meresponnya. Ia terus berjalan hingga hilang di balik pintu ruangan intensif.
"Tidak, Aku tidak boleh kehilangan dia! Karena hanya dua yang bisa melihatku, jadi Aku harus mengikutinya kemanapun dia pergi," gumam Syafiqah, lalu ia pun berlari keluar dari ruang rawatnya dengan cara menembus pintu.
Setelah berada di luar mata Syafiqah langsung mencari keberadaan Afnan. Hingga akhirnya ia dapat melihat punggung Pria itu dari kejauhan, Karena tak ingin ditinggalkan oleh lelaki itu, Syafiqah pun berlari mengejar Afnan, dan saat ia masih berlari tiba-tiba tubuhnya terangkat membuat ia terkejut, dengan keanehan tersebut.
"Hah?! Aku bisa terbang?" gumamnya saat rohnya dapat melayang, dan saat ia melihat kearah punggung Afnan, Syafiqah pun tersenyum senang, "Heh..apa itu artinya Aku bisa mengejar Afnan dengan cara terbang? Aah, sebaiknya aku coba deh," gumam Syafiqah lagi. Lalu ia pun mulai mencoba mengejar Afnan dengan cara terbang. Dan ternyata ia berhasil, lalu ia pun terbang menuju Afnan, yang kini ia sudah berada diperparkiran. Dan bahkan ia sudah memasuki mobilnya.
Setelah Afnan, berasa didalam mobil, tak berapa lama mobil tersebut pun mulai melaju dengan perlahan meninggalkan rumah sakit. Sedangkan Syafiqah yang melihat kepergian Afnan, terlihat putus asa. Karena mobilnya Afnan semakin lama semakin menjauh. Karena nampaknya mobil Afnan sedang melaju dengan kecepatan tinggi.
"Aah, tidak! Mobilnya Afnan semakin cepat! Aku semakin sulit mengejarnya!" Syafiqah terlihat bingung, ditambah lagi ia seperti tak mengenal daerah tersebut, "Gimana ini, apa yang harus Aku lakukan? Aku tidak mengenal tempat ini?" gumamnya, terlihat ia begitu takut, karena kondisinya yang belum terbiasa baginya. Membuat ia merasa sendirian karena tak seorangpun yang dapat melihat dirinya.
"Aah..kemana Aku harus mencari Afnan? Hmm... seandainya aku memiliki kemampuan menghilang seperti hantu yang ditv. Maka aku akan menghilang dan muncul kembali di dalam mobilnya Afnan," gumam Syafiqah lagi, dan baru saja ia menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba saja ia sudah berada di dalam mobil.
"Loh, kenapa aku bisa berada di dalam mobil?" gumamnya terlihat bingung, saat berada di sebuah mobil yang sedang terparkir,, "Eh, wangi dimobil ini, seperti wanginya Afnan! Apakah ini mobilnya Afnan? Aah sebaiknya keluar dulu dari sini," Syafiqah pun keluar dari mobil tersebut, dengan cara menembusnya. Karena sepertinya ia mulai terbiasa dengan cara seperti itu.
"Aah, benar ini mobilnya Afnan!" Syafiqah terlihat senang saat ia berada di luar dan melihat mobil putih yang seingatnya Afnan kemudikan tadi, "Tapi dimana Afnan ya? Eh, tapi ini dimana?" gumamnya lagi, seraya matanya melihat sebuah gedung lantai tiga, dan nampak didepan gedung tersebut sebuah papan pamflet yang bertuliskan.
"Pondok pesantren modern Nurul Hidayah? Hah?Aku sedang dipondok pesantren?" gumam Syafiqah, yang saat ini ia sedang berdiri tepat di papan reklame tersebut, disaat bersamaan.
"Kamu? Kenapa kamu bisa berada di sini?"
Syafiqah terlihat terkejut Saat ia mendengar suara bariton, yang sepertinya ia kenali, dan seketika ia pun langsung menoleh kebelakang.
"Afnan! Akhirnya aku menemukanmu," kata Syafiqah, terllihat begitu senang, sehingga ia langsung memeluk Afnan dengan spontan.
"Apa yang sedang kamu lakukan? Kita bukan muhrim!" seru Afnan, sambil mendorong Roh Syafiqah yang bisa ia sentuh. Dan Syafiqah pun terhuyung karena dorongan Afnan, hingga akhirnya ia terjatuh dengan posisi terduduk.
"Aah! Ternyata kamu kasar banget ya?" sentak Syafiqah, sambil berusaha bangkit.
"Maaf karena agama saya, melarang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya saling bersentuhan," balas Afnan dengan datar.
"Ooh begitu? Maaf kalau begitu aku tidak tahu," kata Syafiqah yang kini ia sudah kembali berdiri lagi, dan sedikit menjauh dari Afnan.
"Sekarang katakan, mau apa Anda mengikuti saya?" tanya Afnan terdengar datar.
"Begini Afnan, sayakan baru mengalami hal ini. Jadi saya merasa takut, karena merasa sendirian. Dan karena cuma kamu yang dapat melihat saya, jadi bolehkah saya berada didekat kamu, Afnan?" pinta Syafiqah, dengan wajah terlihat begitu berharap Afnan memperolehkan dirinya berada didekatnya.
"Tidak boleh! Ini pondok! Jadi sebaiknya Anda pergi dari sini !" balas Afnan terdengar tegas.
"Tapi Afnan, Aku mohon..." Syafiqah terlihat masih memohon agar ia diizinkan tinggal bersama Afnan.
"Berhentilah memohon dengan Saya!" potong Afnan kembali tegas, "Sekarang sebaiknya Anda .." lanjutnya. Namun perkatanya seketika terhenti karena sapaan dari seseorang.
"Assalamu'alaikum Ustadz Afnan? Apakah Anda baik-baik saja?"
Mendengar sapaann seorang pria, membuat Afnan dengan spontan menoleh ke sumber suara tersebut, "Aah, Ustadz Faisal? Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatu Ustadz! Alhamdulillah Ana baik-baik saja," balasnya terlihat canggung. Karena sudah pasti pria yang di panggil Ustadz Faisal itu berpikir aneh tentangnya.
"Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu. Tapi ngomong-ngomong mengapa Antum berbicara sendiri ya?" tanya Faisal penasaran, membuat Afnan terlihat gugup.
"Aah.. i-itu.. A-ana.. oh iya Ana tadi sedang latihan, untuk.. untuk..drama Ustadz," katanya, seraya ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Terlihat jelas dari raut wajahnya, kalau ia sedang menutupi kebohongan.
"Ooh, latihan.. kalau begitu saya permisi, maaf sudah mengganggu Ustadz. Silahkan dilanjutkan latihannya Ustadz. saya pamit Assalamu'alaikum," ucap Faisal, yang nampaknya ia tahu kalau Afnan sedang berbohong.
"Iya Ustadz, Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatu" balas Afnan, dan Faisal pun berlalu meninggalkan Afnan, yang terlihat merasa bersalah.
"Astaghfirullah, Ana jadi berbohong gara-gara Arwah penasaran! Dari pada terus begini lebih baik Ana abaikan saja tuh Arwah! Anggap saja Ana tidak melihatnya" batin Afnan.
...⊶⊷⊶•❉্᭄͜͡💚❉্᭄͜͡•⊶⊷⊶...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Suni Sunny
lanjut thor
2023-01-02
0
Ummi Alfa
Janganlah kau abaikan arwah Fiqah Ustad, kasian karena hanya kamu yang bisa liat dia saat ini dan mungkin kamu bisa bantu kembali ke jasadnya
2022-10-29
1
😘Mrs. Hen😘
moga afnan bisa meolong Fiqah..
2022-09-24
1