Bab 5

"Bagaimana bisa kepikiran?"

"Apa?"

"Yang tadi"

"Ah itu, .....

...2 Jam Yang Lalu......

"bagaimana?"

"Kami sudah mencari keseluruhan gedung, tapi hasilnya nihil"

"Ck. Sial*n!" umpat Vino sambil memikirkan cara agar ia dan keluarganya tidak malu.

"aku tak mungkin menunda ini lagi karena sudah sangat telat... aku akan pergi sebentar"

"Oke, tapi kau mau ke....

Adam lambat, pria itu sudah masuk kedalam lift.

"Seingat ku Marvin melakukan pernikahan di gedung ini juga, Rachel mungkin saja ada di sana" gumam Vino yang sudah terlanjur kesal.

Sebenarnya bagi Vino tak ada yang penting selain citra perusahaan, tapi karena ini perintah dari orang tua dan keperluan bisnis ia menyetujui perjodohannya dengan Rachel sekaligus pertimbangan untuknya menjadi pewaris HF berikutnya.

Karena kursi pimpinan HF lah yang ia incar untuk memperbaiki hal yang terlanjur rusak

Ting....

Pintu lift terbuka, dan memperlihatkan seorang wanita yang sedang berdiri di depan pintu bersiap memasuki Venue pernikahan.

"Permisi, untuk pernikahan dengan mempelai pria bernama Marvin sedang berlangsung di ruangan mana ya?" tanyanya pada salah satu staff yang bertugas.

Dengan sopan staff mengarahkan Vino pada sebuah ruangan dimana ia melihat wanita tadi.

"Aku akan membatalkan pernikahan ini karena aku tak bisa menikahi wanita yang pernah membunuh rekannya sendiri...

Langkah Vino terhenti, dengan jelas tatapan matanya mengikuti buket bunga yang jatuh kelantai.

Ia melihat Marvin pergi begitu saja tanpa bicara sepatah katapun pada wanita yang masih berdiri di depan pintu, mencerna apa yang sedang ia hadapi sekarang ini.

"Apa maksudmu?, pasti ada kesalahpahaman disini" tahan wanita itu mencoba mencegat langkah Marvin.

"Kau seharusnya menjelaskan dan tanyakan sendiri padaku! dan apa hakmu membatalkan pernikahan ini secara sepihak, Hah!" ucap Vania dengan emosi yang masih ia tahan.

"Kau tak perlu menjelaskan apapun, yang jelas pernikahan ini batal dan aku tidak pernah sekalipun sudi hidup bahagia dengan wanita sepertimu! Wanita yang masih bisa hidup tenang dengan tameng amnesia setelah membunuh seseorang" ucap Marvin dengan begitu menekankan setiap kalimatnya.

Marvin menepis kasar tangan Vania darinya dan kali ini benar-benar pergi meninggalkan wanita itu sendirian.

"Ayah!" seru seseorang dari dalam Venue, Hingga sontak gadis itu menoleh dan berniat menghampiri sumber suara.

"Ayo!"

Vino menarik kasar lengan Vania dan membawanya kelantai atas dimana ia dengan cepat mengambil keputusan.

Vania terus berontak hingga Vino langsung mengangkatnya seperti karung beras.

"Ini simbiosis mutualisme untuk kita" ucapnya

"......."

"Kurang lebih seperti itu" ucap Vino yang kini tengah bersantai di sofa balkon sambil memainkan ponselnya.

...****************...

"Bagaimana Ayah?" tanyaku saat melihat adikku keluar dari sebuah kamar VIP rumah sakit.

"kakak darimana saja?" sahut Davina dengan mata sembab yang mungkin dari tadi ia terus menangis, gadis itu pergi untuk mengurus administrasi setelah menyuruhku masuk

Baru saja aku melangkah masuk, Ibu langsung menghampiri dan memelukku dengan begitu erat sambil sesegukan.

Dengan perlahan aku membiarkannya kembali duduk sembari menenangkannya.

"Bagaimana kondisi Ayah bu?"

"Dokter mengatakan jika Ayah mengidap glioblastoma dan skenario terburuknya akan terus memburuk karena letak tumor yang tak memungkinkan untuk dilakukan operasi"

Aku hanya diam dan berusaha untuk menenangkan Ibu.

"Maafkan Vania Bu, semua ini karena Vania"

"Ini salah Ayah dan Ibu, kami tak tahu jika itu wajah asli Marvin yang sebenarnya"

Aku menghela panjang nafasku, mengingat bagaimana sikap Marvin sebelumnya yang begitu berbanding terbalik.

Ternyata benar, tak ada satupun yang bisa ku percaya! siapapun itu.

"Ini karena Vania terlalu cepat mengambil Keputusan bu"

"Sudahlah, kita fokus dengan kondisi Ayahmu saja, biar Davina yang mengurus perusahaan dan lupakan sejenak tentang tadi siang, kau pasti juga terpukul" ucap Ibu, dan aku hanya mengangguk sambil meminta Ibu untuk berbaring di sofa dan berganti posisi menjaga Ayah.

"......"

Hampir 3 jam aku telungkup di samping Ayah yang masih tak sadarkan diri.

Tok...tok...tok...

Sontak aku menoleh kearah pintu yang dibuka memperlihatkan dua orang pria tengah melangkah mendekat ke arahku.

"Siapa Vania!" seru Ibu yang terbangun

"Malam tante, biarkan saya memperkenalkan diri" ucapnya dengan tutur kata dan nada yang begitu sopan.

Rasanya Vania trauma saat mendengar seorang pria bicara dengan nada seperti itu.

Ibu menatapku dan pria itu secara bergantian seolah mencari jawaban.

"Saya Elvino Oliver Harison, suami sah putri Tante... Ah, maksud saya Ibu"

Saat itu juga ibu menatapku dengan tatapan yang semakin bertanya-tanya.

"Vania akan jelaskan nanti Bu," ucapku lalu langsung menarik pria itu keluar dari ruang VIP meninggalkan Adam dan Ibu.

"Bagaimana kondisi Tuan Benny tante" tanya Adam basa-basi sambil tersenyum canggung dan duduk di sofa bersama Nyonya Mellia.

"......"

"Apa tujuanmu datang kesini?" tanyanya

"Kau,kan istriku... Jadi aku punya hak untuk datang, apalagi Ayah mertua sedang sakit" jawabnya seraya menyelipkan rambut Vania ke telinga.

"Kita masih belum selesai dengan urusan tadi siang, sekarang jelaskan kenapa harus aku?"

"Karena kau juga gagal menikah, bukankah itu simbiosis mutualisme untuk kita berdua" sahutnya dengan begitu enteng.

"Dengar Tuan, pernikahan bukan permainan yang bisa kau mainkan..."

"Aku sama sekali tak tertarik dengan pernikahan, aku hanya tertarik dengan uang... Karena hanya uang yang bisa ku percaya"

"Jadi kau tak perlu khawatir, aku tak akan pernah memintamu untuk memenuhi hak mu sebagai istriku... Tapi ingat satu hal, kau harus bersikap seperti istri sungguhan di depan keluargaku" lanjutnya.

"Aku tak setuju, kita bisa tinggal terpisah dan mengajukan cerai satu bulan ke depan, hal yang kulakukan tadi siang adalah kesalahan besar dan kulakukan tanpa sadar karena sedang kalut."

"Mudah sekali kau bicara nona! Bukankah sudah kubilang pernikahan ini Win Win solution untuk situasi kita berdua, apa kau masih belum paham!"

"Jika kita tinggal terpisah, maka media akan mencari-cari kesalahan dan mulai menyebarkan rumor... Aku tak akan menoleransi hal itu karena akan berdampak dengan saham perusahan"

Pria ini terus bersikeras, tapi Vania tak merasa jika ini adalah keuntungan untuknya.

"Sudahlah, aku tak perlu lagi bicara dengan pria kepala batu sepertimu... Pokoknya kita tinggal terpisah dan satu bulan ke depan aku akan mengajukan cerai, kau tak perlu datang ke pengadilan cukup tandatangani saja!" ucapnya finis lalu berbalik dan melangkah pergi dari hadapan pria itu.

"Apa kau tak ingin mengetahui alasan dibalik Marvin membatalkan pernikahan kalian? Apa kau yakin itu hanya karena alasan tadi siang? Karena menurutku jika itu yang sebenarnya, dia tak mungkin mengungkap masalah jika kau seorang pembunuh kehadapan publik, karena itu pasti akan membuat rumor yang merugikan perusahaannya sendiri"

Langkah Vania terhenti merasa tercekal atas ucapannya, gadis itu lantas berbalik dan melihat pria itu sedang mencari sesuatu di ponselnya.

"Ah, satu lagi! Apa kau tak ingin balas dendam? kudengar perusahaan Ayahmu mendapatkan suntikan dana dari SH Group, tapi sebelum itu apa kau tak ingin mengetahui alasan dibalik kenapa perusahaan Ayahmu bisa mendapatkan suntikan dari SH Investment?"

"Katakan apa yang ingin kau katakan? Jangan berbelit" ucapku kembali pada pria tadi.

"Dalang dibalik rumor manipulasi saham KC adalah...

"Adalah?" perjelas

...****************...

.

.

.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!