Zhi Yuo selesai dengan segala urusannya dengan Xie Jia. Ya, tentunya yang mereka lakukan adalah merapihkan semua barang. Xie Jia memberitahunya untuk terus melakukan pekerjaannya dengan menaruh barang yang masih tersisa ke ruang perkumpulan. Zhi Yuo mau tidak mau membantu gadis itu membawa sedikit barang yang masih tersisa.
"Kakak Yuo, aku akan menaruh barang ini di kamar Tuan Gu sebentar ya." Ujar Xie Jia sebelum meninggalkan Zhi Yuo sambil membawa tas berisi pakaian.
Zhi Yuo tidak merespon apa-apa, bahkan belum sempat ia merespon Xie Jia sudah lari duluan. Maka dari itu ia segera memberikan barang-barang yang tersisa pada pelayan lain yang masih sibuk merapihkan ruangan pertemuan.
"Huh, dasar orang kaya! Padahal dia hidup sendirian, tapi memiliki ruang pertemuan sebesar ini. "
"Kau yang bernama Zhi Yuo?" Ujar salah satu pelayan perempuan.
Zhi Yuo menoleh ke arahnya lalu mengangguk, "Ya."
"Senior memintamu untuk membersihkan lantai ruangan ini, jangan menolak dan lakukan secepatnya." Ia memberikan perintah sebelum meninggalkan Zhi Yuo sendirian.
"Hah?" Urat-urat menyetak jelas di kening Zhi Yuo. Ia hampir saja menghentakkan kakinya dengan keras, dan itu bisa saja menyebabkan ukiran kayu mahal yang ia pijak hancur dengan satu hentakkan. Tapi ia masih menahan amarahnya.
Toh, niatnya memang akan menjalani kehidupan barunya dan bermain-main sedikit.
Lekas ia keluar untuk menemui pelayan dan bertanya, "Tolong beritahu dimana alat bersih-bersihnya."
.
.
.
Dilain tempat, Xie Jia bersenandung kecil sambil membawa tas berat berisi pakaian yang akan ia antarkan ke ruangan Tuan Gu. Ia sesekali melihat kesana-kemari di tempat yang menurutnya sudah tidak asing, karena ia sudah menempati kediaman Gu selama lebih dari 5 bulan.
Sampailah ia pada pintu kayu besar yang menjulang, dimana itu adalah kamar Tuan Gu. Pintunya terbuka sedikit, jadi ia langsung mendorongnya sedikit.
"Permisi, Tuan Gu--"
Ia tidak melanjutkan ucapannya sebelum ia kembali melihat apa yang ia lihat di kamar Tuan Gu.
Tuan Gu terbaring di tempat tidurnya, dengan kondisi lemah dan suara batuk yang keluar dari mulutnya. Bibirnya gemetar ketika ia memaksakan senyumnya dan menyuruh Xie Jia untuk masuk. Di dalam juga ada Lin Mei, yang menjalankan tugasnya dengan merawat Tuan Gu. Jemari lentiknya dengan lihai menggerus obat, dan memberikannya pada Tuan Gu dengan kesabaran dan kelembutan.
Xie Jia tersenyum tipis, dengan rasa canggung ia masuk ke dalam ruangan Tuan Gu dan mulai membereskan pakaian yang ada di dalam tas.
Lin Mei meliriknya dengan sinis, "Rapihkan semua, jangan ada satu pakaian yang kotor dan rusak!".
Xie Jia yang mendengar itu bergidik lalu mengangguk cepat. Daripada mengambil resiko dan dimarahi dengan seniornya sendiri, lebih baik ia segera menjalankan tugasnya.
Tuan Gu tertawa, dengan suaranya yang serak ia berkata, "Jangan terlalu kasar padanya."
Lin Mei mendengus, "Tuan Gu, anda harus lebih tegas sedikit pada pelayan disini. Saya sebagai senior akan melakukan yang terbaik untuk mengurus pelayan disini."
Tuan Gu terkekeh pelan, ia mengibaskan tangannya dan memanggil Xie Jia.
Xie Jia menoleh, ia lekas berdiri dan menunduk.
"Ada apa Tuan?"
Tuan Gu tersenyum, "Rapihkan saja pakaian khusus istriku yang aku belikan untuknya kemarin. Sisanya biarkan saja dan pergilah untuk istirahat."
Mata Xie Jia berkaca-kaca menandakan kebahagiaan. Tuan Gu memang sebaik ini, ia mengenalnya dengan baik selama bekerja disini. Xie Jia membungkuk sebagai rasa patuh, dan mulai menjalankan perintah yang diberikan Tuan Gu.
Lin Mei hanya menatap punggung gadis kecil itu dari kejauhan, matanya melirik sinis pada Tuan Gu. Tak lama kemudian ia merubah ekspresinya menjadi wajah manis dengan senyuman.
"Tuan, tugas saya sudah selesai dan saya izin pamit, selamat beristirahat." Lin Mei membungkuk hormat.
Tuan Gu tersenyum dan membiarkan Lin Mei pergi. Selama Xie Jia ada di dalam kamar membereskan pakaian, Tuan Gu masih terjaga walaupun matanya hendak menutup karena efek obat yang diberikan Lin Mei. Rasanya tidak sopan meninggalkan seseorang yang bekerja di kamarnya, jadi ia menunggu sampai Xie Jia selesai.
Xie Jia selesai dengan pekerjaannya, ia pamit dengan senyuman imutnya yang mengembang sempurna. Tuan Gu lagi-lagi tersenyum hangat dan melambaikan tangannya serta ucapan terimakasih yang terucap dari bibirnya.
Selanjutnya Tuan Gu merasakan kesepian lagi. Ia menatap langit-langit kamarnya dan perlahan tertidur. Ya, dirinya yang sakit ini memang hanya bisa melakukan hal-hal layaknya orang sakit.
Xie Jia keluar dari kamar Tuan Gu, dengan perasaan gembira karena ia diizinkan untuk istirahat walau sebentar.
"Aku akan duduk sebentar di kamar lalu kembali bekerja."
Perasaan gembiranya itu seketika buyar ketika Lin Mei lewat dan berhenti di hadapannya. Ia memblokir jalan keluar untuk Xie Jia dan menatapnya dengan tajam.
Xie Jia berdiri kaku, senyum gembiranya tidak lagi nampak.
Lin Mei berkata dengan nada menekan, "Kau pikir tugasmu sudah selesai? Pergi ke dapur dan cuci piring yang kotor! Cepat!".
Xie Jia yang mendengar bentakan itu segera berlari menuju dapur untuk segera melaksanakan perintah dari Lin Mei. Ia ingin menangis, tapi ia tahan semua itu. Kalau ia menangis, ia akan semakin di marahi.
.
.
.
Sementara itu, Zhi Yuo masih asik memainkan alat pembersih lantainya. Ia hanya menggunakan lap untuk pembersih lantai. Karena kondisi ruangan pertemuan yang sepi, ia bisa bebas. Mengelap lantai sebentar, lalu duduk, mengelap lagi, dan duduk. Begitu saja sejak tadi.
Zhi Yuo menghentikan aktivitasnya, kembali duduk untuk yang ke 100 kali. Ia memainkan jari telunjuknya di dalam lubang hidungnya, kepalanya celingak-celinguk menatap ruang pertemuan dengan penuh tanda tanya.
"Tuan Gu ini sebenarnya apa? Pedagang sukses? Orang pemerintahan? Atau mantan militer? Kenapa ada ruang khusus pertemuan segala?." Ia berbisik dengan penuh pertanyaan.
Zhi Yuo mengambil lap dan membersihkan lantai kembali.
"Apa dia benar-benar hidup sendiri? Dimana istri dan anaknya? Lalu kenapa dia punya banyak pelayan?." Beribu-ribu pertanyaan ia keluarkan walaupun ia tahu tidak akan ada yang menjawabnya.
"Hah... Sudahlah! Lebih baik menaruh ini di dapur." Zhi Yuo menyerah, bergegas ia membereskan alat-alat pembersih lantai yang ia gunakan tadi.
"Aku lelah berpikir, enaknya makan daging nih."
Zhi Yuo berjalan menuju dapur di kediaman Gu yang memang cukup jauh dari ruang pertemuan. Sesekali ia disapa oleh banyak pelayan yang lewat, tentu ia menyapa mereka balik.
Sampai di dapur dan hendak menaruh semua peralatan tadi, betapa terkejutnya ia ketika melihat Xie Jia yang tersungkur di lantai.
Gadis itu menangis, walau tidak bersuara tapi terlihat jelas ia sedang menangis. Tangannya memegang pipinya sendiri. Lin Mei berada di hadapannya, hendak menampar Xie Jia dengan tangannya.
Zhi Yuo segera mengambil tindakan, ia berlari ke arah mereka berdua dan memblokir arah tangan Lin Mei dengan sekali tangkisan. Lin Mei terkejut, tangannya di tepis begitu saja dengan Zhi Yuo yang datang tiba-tiba.
Lin Mei berdesis, "Kau--!".
Tapi ucapannya di potong oleh Zhi Yuo sendiri, "Kau apakan Xie Jia?".
Mata Lin Mei membola, ia bersiap menunjuk Zhi Yuo dan membentak.
Tapi Zhi Yuo lebih dulu memberikan tatapan membunuh dari matanya.
"Ku bilang, kau apakan Xie Jia?".
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Dzikir Ari
Mantap Tor 🙏
2023-06-17
0