Bell istirahat berbunyi, para siswa-siswi berhamburan keluar kelas, tak terkecuali keempat siswi cantik kelas sepuluh D. Regita yang paling semangat karena ia sudah janjian dengan Kak Varel, siswa kelas dua belas IPA 2 yang dikategorikan siswa tampan dan tajir di sekolah.
Banyak yang merasa iri pada Regita yang mampu menggaet Kak Varel padahal ia baru saja menjadi siswi di sekolah ini sejak tujuh bulan yang lalu. Tapi memang, Kak Varel sudah jatuh cinta padanya sejak MOS dan saat itu ia menjabat sebagai ketua OSIS.
“Cie yang janjian di kantin,” goda Sissy.
“Hehehe, gue duluan ya,” ucap Regita kemudian ia pergi lebih dulu menuju ke kantin.
Kini tersisa Nadila, Sissy dan Rara di depan kelas.
“Eh, itu di mading ada apa ya? Kenapa banyak yang ngumpul di sana?” tanya Nadila seraya menunjuk arah mading.
Sissy dan Rara menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Nadila.
“Ke sana yuk,” ajak Sissy.
Rara dan Nadila mengangguk kemudian ketiganya berjalan bersama ke arah mading.
Rara dan Sissy mengenali sebagian wajah yang berada di sekitar Mading. Mereka adalah teman-teman yang mengikuti seleksi tingkat sekolah untuk kegiatan OSN (Olimpiade Sains Nasional).
“Sepertinya itu pengumuman seleksi, Sy,” ucap Rara.
“Sepertinya Ra,” timpal Sissy.
Banyak bisik-bisik para siswa-siswi yang berkumpul di dekat Mading itu ketika ketiga sahabat itu datang.
“Heran, padahal masih kelas sepuluh,” ucap salah satu siswi yang diketahui adalah senior kelas sebelas.
“Iya. Gue nggak nyangka aja mereka berdua masih beberapa bulan di sekolah ini udah nikung aja,” timpal yang lainnya.
“Mungkin emang otaknya encer,” ujar yang lainnya.
Meskipun risih dengan bisik-bisik dari kakak kelas, ketiga sahabat itu berusaha untuk cuek saja dan memilih melihat pengumuman di mading.
“Ya ampun Ra, gue nggak nyangka lo sama gue bisa mewakili sekolah kita ditingkat kabupaten!” pekik Sissy girang.
“Iya Sy, gue bahkan nggak nyangka banget ini. Sumpah!” timpal Rara.
“Gue sebagai sahabat kalian sangat bangga. Gue doain kalian nggak hanya sampai ditingkat kabupaten melainkan sampai nasional,” ucap Nadila mendoakan.
“Aamiin,” ucap Sissy dan Rara bersamaan.
Melihat kebahagiaan diwajah ketiga adik kelasnya itu membuat beberapa kakak kelas dengki dan langsung meninggalkan area Mading dan dengan sengaja menyenggol bahu Sissy.
“Aww. Hati-hati dong Kak,” keluh Sissy namun si kakak kelas tak mempedulikan.
“Udah Sy, nggak usah kesal. Kayaknya dia iri sama kalian karena bisa mewakili sekolah sedangkan dia enggak,” ucap Nadila yang langsung diangguki oleh Rara.
“Selamat ya Sy, Ra. Kalian memang adik kelas yang paling cerdas,” ucap Lukas, ketua OSIS.
“Makasih Kak,” ucap Sissy mencoba tersenyum padahal dalam hati ia masih sangat kesal.
“Makasih Kak Lukas. Kayaknya nanti aku nggak bisa bantuin Kak Lukas buat ngurus OSIS, Kak. Maaf ya,” ucap Rara, ia adalah wakil ketua OSIS dua.
“Ya nggak masalah dong, Ra. Masih ada si Reya wakil ketua OSIS satu,” ucap Lukas memaklumi. “Intinya gue bangga sama lo. Sebagai ketua OSIS gue benar-benar bangga,” lanjutnya.
“Sekali lagi makasih Kak,” ucap Rara.
Lukas mengangguk kemudian ia berpamitan untuk pergi ke ruang Wakasek kesiswaan.
“Kak Lukas baik banget ya. Udah ganteng, jago main badminton, ketua OSIS pula. Dan selalu masuk di tiga besar peringkatnya. Jago main gitar. Uhh idaman banget,” puji Sissy sambil terus melihat punggung Lukas yang makin menjauh.
“Ekhhmm ... seingat gue tadi ada yang dapat sekotak cokelat dari gebetannya,” sindir Nadila.
“Iya ya Nad. Gue juga sepertinya tadi lihat ada yang nerima sekotak cokelat deh,” timpal Rara.
Wajah Sissy merona malu.
“Hehehe, kalian nyindir gue heeh. Lagian gue tuh emang nge-fans sama Kak Lukas. Hanya saja gue sadar diri nggak mungkin dapetin dia. Ibaratnya itu adalah mustahil,” ungkap Sissy.
“Udah nggak usah mellow. Siapa tahu nanti Kak Lukas bisa lihat di sekolah ini ada seorang Arsyila Herlambang alias Sissy yang cantik dan cerdas sedang menunggunya untuk dijadikan kekasih,” hibur Rara yang memang tahu seperti apa nge-fansnya Sissy pada Kak Lukas.
“Aamiin. Ya udah yuk ke kantin. Tadi abis olah raga gue laper banget nih,” ajak Nadila.
“Sama,” timpal Rara.
Ketiganya pun menuju ke kantin. Disana mereka bisa lihat Regita sedang bersama Kak Varel. Mereka terlihat sedang makan sambil sesekali bercerita. Mereka juga tertawa bersama dan kadang wajah Regita terlihat malu-malu.
Jam istirahat hampir usai. Rara, Sissy, Nadila dan Regita menuju ke kelas mereka. Setelah makan di kantin tadi, Regita memutuskan untuk kembali ke kelas bersama ketiga sahabatnya itu.
“Ra, Sy, lo berdua dipanggil ibu Ainun,” ucap Fiko, ketua kelas.
“Ngapain Fik?” tanya Rara.
“Itu lho, mengenai kalian yang terpilih mewakili sekolah kita untuk OSN nanti. Sebenarnya gue udah di kasih tahu dari tadi cuma gue pikir kalian di kantin makanya gue tunggu sampai kalian balik ke kelas,” jelas Fiko.
“Oh gitu, makasih ya, Fik. Kita ke sana dulu,” ucap Rara kemudian bergandengan dengan Sissy.
“Oh ya, selamat ya buat kalian berdua. Gue sebagai ketua kelas kalian merasa sangat bangga,” ucap Fiko.
“Thanks,” ucap Rara dan Sissy bersamaan kemudian mereka pergi ke ruang guru dimana Bu Ainun sedang menunggu mereka.
Tokkk ... Tokkk ... Tokkk ...
“Masuk!” seru Bu Ainun dari dalam ruangannya.
Rara membuka pintu dan mengucap salam bersama Sissy.
“Oh Aisyah dan Arsyila. Silahkan duduk. Ibu dari tadi menunggu kalian,” ucap Bu Ainun ramah. Ia merupakan wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Usianya sudah kepala empat namun wajahnya masih terlihat seperti wanita berusia tiga puluhan tahun. Wajahnya sangat enak dipandang karena ia begitu ramah dan tentunya cantik.
Rara dan Sissy pun duduk.
“Jadi begini, berhubung Aisyah akan mewakili sekolah kita untuk olimpiade Fisika dan Arsyila olimpiade matematika, maka mulai minggu depan kalian akan mendapatkan kelas tambahan dari guru bidang studi masing-masing. Ibu juga akan memberikan surat izin kepada orang tua kalian agar mereka tahu bahwa sepulang sekolah kalian masih akan mendapatkan bimbingan belajar,” ucap Bu Ainun.
“Baik Bu,” ucap Rara dan Sissy kompak.
Bu Ainun tersenyum kemudian ia menyerahkan dua amplop yang berisi surat izin.
“Selamat ya untuk kalian. Ibu terus terang sangat bangga karena kalian masih kelas sepuluh sudah bisa mengalahkan senior kalian padahal mereka justru harusnya lebih bisa menang mengingat itu adalah konsentrasi belajar mereka,” ucap Bu Ainun bangga.
“Terima kasih Bu,” ucap Rara dan Sissy terus bersamaan.
“Ya sudah kalian silahkan kembali ke kelas karena sebentar lagi bel pelajaran selanjutnya akan dibunyikan,” ucap Bu Ainun.
“Baik Bu. Kami permisi dulu,” ucap Rara.
“Pamit Bu,” ucap Sissy.
Bu Ainun mengangguk. Ia terus menatap punggung kedua siswi cerdas itu hingga punggung mereka sudah tidak terlihat dan pintu ruangannya pun sudah kembali tertutup.
Di dalam kelas, Nadila dan Regita tidak terlalu banyak bicara karena memang keduanya memiliki sifat dan sikap yang bertolak belakang. Mereka hanya berbicara sesekali dan seperlunya saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments