Apartment Zinnia
"Sean?"
Zinnia mengerenyitkan dahinya melihat Sean berdiri di depan pintu apartemennya dengan menggunakan kruk. Zinnia pun memencet tombol intercom.
"Ada apa Sean?"
"Bolehkah aku masuk?" balas Sean.
"Tidak boleh."
"Oh come on Zee!"
"Tidak boleh yang mulia."
"Zinniaaaa... Bukalah! Kakiku sakit ini!"
Zinnia menatap wajah Sean yang tampak menahan sakit. "Pulanglah Sean, aku mau istirahat." Zinnia tidak heran jika Sean tahu dimana apartemennya karena dia tahu tadi diikuti oleh Greg. Asisten Sean itu terlalu mencolok hingga Zinnia bisa melihatnya.
"Zinnia Aida Hadiyanto! Buka pintunya! Atau aku membuat keributan disini!"
Zinnia hanya menghela nafas panjang. Dasar songong! Mentang-mentang dia pangeran!
Dengan malas Zinnia membuka pintunya dan tampak Sean berdiri disana sambil tersenyum.
"Selamat datang di rumah hamba yang sederhana, yang mulia" sapa Zinnia dramatis.
"Ah be quiet, Zee. Aku mau duduk! Kakiku pegal!" Tanpa menunggu Zinnia mempersilahkan masuk, Sean langsung selonong boy ke dalam apartemen gadis itu.
Zinnia melongok kan kepalanya dan melihat ada dua pengawal yang berjaga disana. "Kalian tidak masuk sekalian?"
"Tidak nona, kami berjaga disini saja." Zinnia mengangguk dan menutup pintunya.
***
"Apartment kamu enak juga" ucap Sean.
"Bukan makanan" sahut Zinnia dingin sambil melanjutkan acara membuat bumbu nasi goreng.
"Kamu bisa masak?" tanya Sean.
"Nggak, gosongin wajan" balas Zinnia cuek yang sibuk memblender bumbu. Sebenarnya Zinnia lebih suka mengulek bumbu dengan cowek / cobek ireng kesayangannya tapi dirinya lagi malas.
"Kamu tidak memberikan aku minum, Zee?"
"Ngapain? Kamu kan tamu tidak diundang."
Sean tertawa. "Oh come on Zee. Tega sekali kau padaku."
Zinnia mencuci tangannya lalu membuka kulkas dan mengambil sebotol air mineral, sebotol teh dan sekaleng Coca-Cola. "Silahkan yang mulia, ini minumnya. Pilih sendiri!" ucapnya sambil meletakkan tiga minuman itu di meja depan Sean setelahnya gadis itu kembali ke meja dapur.
Sean hanya melongo melihat kelakuan Zinnia. Apa karena Zee merasa sama-sama dari keluarga ningrat jadi seenaknya sendiri sama aku ya? Sean memperhatikan bagaimana dengan cekatan gadis itu memasak dan seketika apartemen milik Zinnia berbau harum masakan yang membuat Sean teringat saat di Singapura.
"Zee..."
"Haaattssyiingg!" Zinnia bersin saat mencium aroma bumbu nasi goreng.
"Zee? Kamu flu ... Haaattssyiingg!" Sean pun ikutan bersin dan pria itu dengan langkah tertatih membuka jendela apartemen gadis itu.
"Ya ampun kayaknya kebanyakan cabe deh" gumam Zinnia dengan perasaan tidak bersalah.
"Kamu tuh buat apa sih? Baunya seperti ini?"
"Nasi goreng."
Mata biru Sean membulat. "Model kayak di Singapura?"
"Maybe" sahut Zinnia cuek.
"Kamu sengaja memasaknya untuk aku?"
Zinnia menatap dingin ke Sean. "Siapa yang memasak buat kamu? Ini aku buat untuk aku sendiri. Kamu tidak ada bagian!"
Sean mendelik tak percaya. "Really? Kamu tega makan sendirian sedangkan aku hanya melihat kamu?"
"Kan aku sudah bilang aku ingin istirahat, menikmati hari dan membuat laporan karena aku lelah sekali hari ini. Tapi kamu sendiri tidak menerima pesan aku dengan baik yang aku sampaikan ke asisten jangkungmu!"
"Greg tidak terlalu tinggi lah. Masih tinggi aku. Kamu saja yang pendek dan mungil."
Zinnia hanya menatap tajam ke arah Sean. "Iya memang aku paling pendek di keluarga besar aku. Terus - teruskan saja kamu ledek, Sean."
"Kamu pendek tapi seksih Zee. Lihat saja asetmu tumbuh dengan bagus" seringai Sean dengan wajah meshum.
"Astaghfirullah! Keluar kamu!" bentak Zinnia kesal mematikan kompornya dan segera membuka pintu apartemennya. "Silahkan yang mulia meninggalkan gubuk hamba!" Zinnia berdiri sambil memegang gagang pintu.
"Aku tidak mau Zee" cengir Sean yang membuat emosi Zinnia naik.
"Heh, kalian berdua! Seret pangeran kalian keluar dari apartemen aku! NOW!" bentak Zinnia yang membuat dua bodyguard itu kebingungan.
"Tapi nona..."
"Seret atau aku panggil polisi! Aku tidak perduli dia itu pangeran atau tidak tapi dia sudah mengganggu aku! Seret sekarang atau..."
"Baik nona..." Kedua pengawal itu masuk ke dalam apartemen Zinnia dan menatap takut ke Sean.
"Yang mulia..." suara pengawal itu tampak ketakutan. Tiba-tiba Greg pun datang dan melihat wajah tidak bersahabat Zinnia, asisten itu tahu pangerannya sudah membuat ulah.
"Nona Zinnia..."
"Bawa anak asuhmu keluar dari sini! Jangan dikira aku tidak takut karena dia pangeran! Aku juga bisa membawa nama keluarga aku!" bentak Zinnia ke Greg.
Sean hanya menatap geli ke gadis yang wajahnya tampak galak. Sial, aku sudah membuatnya marah tapi dia tampak menggemaskan.
"Tuanku..." Greg memanggil Sean.
"Baik, aku akan pergi Zee. Tampaknya mood kamu sedang tidak baik." Dibantu kedua pengawalnya, Sean pun berjalan keluar apartemen Zinnia.
Ketika Sean melewati Zinnia, dirinya tersenyum smirk. "Jangan judes-judes."
"Aku judes ada pasalnya, yang mulia" balas Zinnia tajam sambil menatap mata biru Sean.
"I'll be back!"
"Pergi sana jauh-jauh! Kamu bukan Terminator!" sungut Zinnia kesal yang membuat Sean terbahak.
Setelah rombongan pria itu pergi, Zinnia menutup pintunya dan menghembuskan nafas panjang. Dasar anak manja!
***
"Apa yang anda lakukan tuanku sampai membuat nona Zinnia marah seperti itu?" tanya Greg bingung. Dalam hatinya dia salut dengan keberanian Zinnia membentak Sean karena hanya gadis itu yang tampaknya tidak jatuh dalam pesona seorang Sean Alexander Léopold.
"Aku hanya memuji asetnya" jawab Sean santai.
"Memuji aset ... Oh Astagaaa! Itu pelecehan tuanku! Pantas saja nona Zinnia ngamuk!"
"Iya gara-gara mulutku unfilter, aku jadi gagal makan nasi goreng buatannya." Sean menatap luar jendela mobilnya dengan wajah manyun.
Itu sih salahmu sendiri yang mulia.
***
Hôpitaux Universitaires de Genève ( HUG )
Zinnia menghadap doktor Emma Baker untuk memberikan laporan tugas profesinya dan menunggu dengan tegang apalagi menjelang natal, doktor Emma hendak berlibur ke Jerman, merayakan natal dan tahun baru disana. Senin besok adalah hari terakhir Zinnia melakukan konseling sebelum akhirnya semua libur hingga tanggal 3 Januari tahun depan.
Emma Baker membaca semua berkas laporan Zinnia yang disimpan di dalam ring binder. Doktor berusia 50 tahun itu lebih suka membaca laporan dari kertas dibandingkan dari ipadnya atau laptopnya.
"Zinnia..."
"Yes Doctor?"
"Saya suka laporan kamu, hasil test konseling dan terapi yang kamu lakukan. Ini sangat terstruktur dan saya mendapatkan informasi bagaimana cara kamu approach klien-klien kamu dengan baik."
"Terima kasih." Zinnia tersenyum bahagia.
"Sampai jumpa di ujian lisan tanggal 5 Januari tahun depan. Apa kamu pulang ke Dubai?" tanya Emma Baker yang tahu Zinnia putri siapa.
"Tidak doctor Baker, saya mungkin menghabiskan waktu disini sambil menyicil belajar untuk ujian lisan. Lagipula waktunya mepet."
"Semoga papa kamu tidak keberatan kamu tidak pulang" senyum Emma.
"Kan saya sudah pulang lama kemarin saat Idul Fitri. Papa tahu saya akan ujian jadi tidak meminta saya pulang."
"Good job Zinnia."
"Terimakasih, doktor Baker."
***
Yuhuuuu Up Pagi Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Murti Puji Lestari
bener Greg, pangeran songong memang kok mulutnya unfilter
2024-10-29
1
Sandisalbiah
ternyata Zinnia bisa garang juga kalau lagi mode tantrum.. 🤭🤭🤭
2024-01-12
1
shinta
eyyy, Sean kamu tuh ya, meshummmm
2022-08-04
1