"Nayla bagaimana keadaan mu?"
Nayla sedikit tersentak begitu mendengar pertanyaan dari suara berat pria yang tiba-tiba ketika Nayla sedang menggoreng telur untuk Rani,, lalu segera memutar tubuhnya untuk melihat siapa pria yang sedang bertanya padanya itu tepat di belakangnya.
"Tuan Devan bertanya padaku?" tanya Nayla untuk memastikan pendengarannya sekali lagi sambil melihat Devan.
"Bagaimana keadaan mu sekarang?" ucap Devan lagi tak ingin menjawab pertanyaan dari Nayla yang Nayla sendiri sudah tau jawabannya,, dan juga Devan tidak suka apabila dia bertanya lalu orang itu menjawabnya dengan pertanyaan kembali.
"Aku sudah baik-baik saja Tuan,," jawab Nayla sambil menundukkan kepalanya tak berani melihat Devan.
Sementara Devan sejak di rumah sakit selalu kepikiran Nayla,, hingga Devan buru-buru pulang ke rumah ketika sore hari,, dan begitu sampai di rumah Devan langsung ke dapur untuk mencari Nayla dan menanyakan keadaan Nayla.
Devan mendekati Nayla hingga jarak mereka cukup dekat,, lalu segera menyentuh dahi Nayla lalu mengangguk.
Nayla cukup terkejut dengan apa yang dilakukan Devan pada dirinya karena Nayla merasa itu cukup berlebihan.
"Nayla,, apa kamu bisa merahasiakan apa yang terjadi diantara kita berdua?" tanya Devan sambil melihat Nayla.
Devan tidak bisa tenang,, Devan sangat takut Nayla akan memberitahukan apa yang terjadi diantara mereka kepada Jessica ataupun pada keluarganya yang lain.
Katakanlah saat ini Devan benar-benar egois,, tapi Devan dan Jessica baru saja menikah kemarin,, dan juga Devan sangat tidak mau menyakiti hati Jessica,, hati wanita yang sangat dicintainya.
Nayla hanya mengangguk lemah,, karena Devan hanya memikirkan perasaan Jessica istrinya tanpa memikirkan perasaan dirinya sedikit pun,, padahal disini Nayla adalah korbannya.
"Nayla,, kamu tau sendiri aku sangat mencintai istriku,, atau kalau kamu mau aku akan memberikan kamu uang," ucap Devan lagi mencoba segala cara agar Nayla mau menuruti keinginannya,, biar bagaimanapun Devan tentu tidak ingin jika Jessica tau semua ini dan dia akan melakukan apapun agar Nayla tidak membuka mulut mengenai yang telah terjadi diantara mereka berdua.
"Uang?" ucap Nayla seakan mengasihani dirinya sendiri,, karena Devan sepertinya menganggap uang bisa membeli harga diri Nayla.
Devan dengan segera menganggukkan kepalanya dan berharap Nayla akan mau.
"Aku tidak perlu uang Tuan Devan dan aku akan menutup rapat-rapat apapun yang terjadi diantara kita,, jadi tuan Devan tidak perlu khawatir,," ucap Nayla menahan isak tangisnya menganggap Devan sangat merendahkan dirinya karena Nayla hanya pembantu di rumahnya.
Devan mengangguk dengan perasaan bahagia mendengar jawaban Nayla.
"Terima kasih Nayla," ucap Devan sambil tersenyum pada Nayla.
Setelah itu Devan berlalu meninggalkan Nayla di dapur.
Mengapa orang kaya selalu berpikir uang adalah segala-galanya untuk menyelesaikan masalah,, uang bisa membeli harga diri seseorang,, batin Nayla yang begitu sakit.
Hari-hari terus berlalu,, dan Nayla tak lagi terlalu bersedih perlahan Nayla mulai bangkit dengan perasaan ikhlas tanpa ada dendam sedikitpun,, dan yang membuat Nayla semakin merasa bahagia karena Denis sang kekasih hati tetap mau menerima apapun yang terjadi pada Nayla setelah Nayla menceritakan semua yang terjadi pada dirinya meskipun tidak bilang bahwa Devan anak majikannya sendiri yang melakukan hal itu pada dirinya.
"Mbak Nayla,," ucap Rani karena kesal akhir-akhir ini Nayla selalu saja muntah-muntah dan tidak bisa terlalu mengurus dirinya.
Nayla merasa muntah-muntah terus,, badan sangat lelah dan juga merasa sangat pusing.
"Maaf sayang,, sepertinya Mbak Nayla masuk angin," ucap Nayla mencoba menjelaskan pada Rani,, anak yang diasuhnya selama ini,, keponakan Devan.
Rani mengangguk mencoba mengerti dengan keadaan Nayla,, saat ini Rani sedang duduk menunggu untuk Nayla menyuapi dirinya namun lagi-lagi Nayla berlari ke wastafel,, perut yang sudah lapar membuat Rani sedikit kesal.
"Kamu kenapa sayang?" tanya Devan yang baru saja datang ke meja makan tapi melihat wajah Rani sangat tertekuk itu tidak seperti biasanya,, sambil Devan menarik kursi untuk Jessica dan Jessica pun segera duduk,, Devan duduk berhadapan dengan Rani penasaran apa yang terjadi pada ponakan kesayangannya itu.
"Itu Ayah,, Mbak Nayla membuat Rani kesal,, dari kemarin Mbak Nayla terus saja muntah-muntah sampai sekarang,, Rani sudah sangat lapar Ayah," ucap Rani dengan ekspresi wajah kesalnya karena kelaparan.
Dari kemarin? batin Devan.
"Rani,, hari ini biar Bik Ina yang menyuapi mu yah,?" ucap Bik Ina yang segera menggantikan pekerjaan Nayla untuk sementara.
Rani segera mengangguk karena sudah sangat lapar.
"Bik Ina,, apa Nayla sedang sakit?" ada keraguan dalam pertanyaan Devan tapi juga sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada Nayla,, perasaan Devan tak tenang jika belum mengetahui apa yang terjadi pada Nayla.
"Sayang, kamu apa-apaan sih,," ucap Jessica kesal karena lagi-lagi Devan menanyakan Nayla.
Jessica sangat tidak suka suaminya perhatian kepada wanita lain.
"Sayang aku ini dokter,, jadi kamu tau kan tugas dokter,," ucap Devan lembut sambil mengelus rambut Jessica.
Lagi-lagi Jessica kesal mendengar ucapan Devan yang selalu membawa-bawa pekerjaan,, karena Jessica tidak terima perhatian Devan kepada Nayla yang dianggapnya berlebihan.
Melihat ekspresi wajah kesal Jessica membuat Devan menghentikan tanya-tanya mengenai Nayla,, tapi perkataan Rani sangat menggangu dirinya.
Setelah sarapan,, Devan segera mengantar Jessica ke rumah orang tuanya dan akan menjemputnya nanti malam. Devan tidak langsung ke rumah sakit melainkan pulang lagi ke rumah nya.
"Bik Ina,, Nayla ada di dalam?" tanya Devan begitu melihat Bik Ina sedang bersih-bersih dihalaman rumah.
Bik Ina sedikit terperanjat kaget karena Devan bertanya tiba-tiba pada dirinya.
"Devan,, kenapa kamu menanyakan Nayla?" tanya Ana.
Devan benar-benar terkejut karena Ana mendengar dirinya menanyakan mengenai Nayla,, Devan seketika memikirkan cara agar tidak ada kecurigaan Ana pada dirinya.
Dan Ana terlihat bingung melihat Devan.
"Nayla?" tanya Devan kembali berpura-pura Ana salah mendengar.
Ana lagi-lagi mengernyitkan dahinya bingung,, karena merasa dirinya tidak salah mendengar.
"Aku menanyakan Rani Ma," ucap Devan sambil memberikan kode pada Bik Ina,, Bik Ina yang mengerti kode dari Devan segera menganggukkan kepalanya.
"Loh,, aku nggak mungkin salah dengar tadi kamu menanyakan Nayla," ucap Ana lagi yang merasa dirinya tidak salah dengar sama sekali.
"Bik,, tadi aku menanyakan Rani kan?" ucap Devan sambil melihat Bik Ina. Bik Ina langsung saja mengangguk karena takut pada Devan walaupun sebenarnya Bik Ina tidak ingin berbohong.
Ana pun mengangguk lalu segera pergi dari hadapan Devan dan Bik Ina.
Hingga tak lama Nayla datang setelah mengantar Rani dan Raka ke sekolah,, Nayla segera turun dari mobil lalu lari ke kamar mandi,, Nayla bahkan tidak menggubris Bik Ina yang memanggil dirinya karena Nayla hanya ingin ke kamar mandi untuk segera muntah.
"Bik Ina,, apa Nayla selalu muntah-muntah seperti itu?" tanya Devan yang sangat ingin tau.
"Iya Tuan,, sejak kemarin Nayla selalu muntah-muntah,, Nayla seperti orang hamil saja,," ucap Bik Ina.
Deg!
Segera wajah Devan langsung memucat,, jantung Devan juga berdetak sangat kencang karena sangat takut apabila yang dikatakan Bik Ina benar adanya.
"Tuan, Tuan kenapa?" Bik Ina sudah memanggil Devan beberapa kali karena sejak tadi Devan hanya diam saja larut dalam pikirannya.
Devan yang tersadar tak menggubris tetap larut dalam pikirannya sendiri hingga tiba-tiba Ana dari dalam rumah teriak.
"Aaaaaa Nayla,," teriak Ana.
Devan dengan segera berlari menuju kepada Ana. Dan melihat Nayla sudah tergeletak di dapur tidak sadarkan diri.
"Nayla," Ana coba menyadarkan Nayla.
Devan segera menggendong tubuh Nayla menuju sofa,, Nayla tampak sangat pucat dan lemah.
"Nayla,, kenapa Devan?" tanya Ana tak sabar karena sangat khawatir dengan kondisi Nayla apalagi saat ini Nayla belum sadarkan diri.
"Emm Nayla,," Devan hanya diam padahal Ana sudah sangat penasaran,, bahkan Devan terlihat sangat aneh begitu selesai memeriksa keadaan Nayla.
"Devan,, Nayla kenapa?" tanya Ana lagi yang semakin khawatir pada Nayla.
"Nayla tidak apa-apa Ma,, Nayla hanya masuk angin,," jawab Devan dengan nada suara yang teramat kecil sambil Devan memijat kepalanya yang mendadak terasa pusing dan mata Devan yang melihat Nayla terbaring lemah belum sadarkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
mintil
emmm kayaknya ketinggalan cerita malam pertama devan sama jesika thor. udah apa belum??
2022-10-07
0
bungaAaAaA
mending resign nay nay
2022-09-10
1
Nci
Wah saktinya tongkat Devan..
Devan minta tolong lah sama Bik Ina unt membantu Nayla dan minta merahasiakan dari keluarganya kalau Natla sedang hamil..
2022-08-04
0