Kirana menenteng ember pel dan berjalan menuju arah lift. Dia ditugaskan untuk membersihkan toilet wanita di lantai sepuluh.
Di depannya sana, ada dua pria berpakaian jas rapi yang kebetulan masuk ke dalam lift.
Sebelum pintu lift menutup, Kirana buru-buru menyelinap masuk bergabung bersama dua pria tadi. Lalu benda logam itu membawa mereka naik ke atas.
Kirana dapat mendengar salah satu pria itu berdehem yang otomatis membuat Kirana menoleh.
“Maaf, kenapa kamu masuk ke lift ini?” tanya pria yang sedang melayangkan tatapan tajam pada Kirana.
Pria yang satunya lagi ikut menoleh pada Kirana, dan ternyata dia adalah Nakula, adiknya sendiri.
Nakula melotot karena kaget akan kehadiran Kirana. Secara refleks dia menyapa, “Kak Kira…”
Namun, secepat kilat Kirana menginjak kaki Nakula kuat-kuat agar adiknya itu tidak memanggil dengan nama asli Kirana. Nakula pun mengaduh.
“Tuan Nakula, ada apa?” tanya pria yang tadi menatap tajam Kirana.
“T-Tidak. M-maksudku, kaki ra…sanya sakit diinjak oleh wanita ini,” ucap Nakula menunjuk Kirana.
“Hai, kenapa kamu injak kaki Tuan Nakula?”
“Oh, maaf, Tuan. Saya tidak sengaja,” kata Kirana berpura-pura bersalah.
“Kamu tahu dia siapa? Dia itu Tuan Nakula. Putra dari Tuan Balin, CEO kita di sini,” oceh si pria menampilkan wajah galaknya.
Ya ya ya kalau itu aku juga tahu. Gerutu Kirana dalam hati. Dia berdecak kesal dan memutar kedua bola matanya.
Melihat respon Kirana, pria itu malah bertambah marah. Dia meneliti penampilan Kirana yang ala kadarnya dan memakai seragam office girl. Wajahnya tampak asing. Baru kali ini dia melihat Kirana.
Pastilah wanita ini office girl baru. Begitu pemikiran pria yang bersama Nakula.
“Sudahlah, Raka. Tidak perlu diperpanjang,” kata Nakula yang menyadari kakaknya mendapat lirikan penuh amarah dari sang sekretaris.
“Kamu belum jawab pertanyaanku. Kenapa kamu naik lift ini?” tanya Raka.
“Memangnya tidak boleh?” Kirana balik bertanya menantang Raka.
“Ini lift khusus untuk CEO.”
Raka mendengus dan memandang Kirana dengan tatapan mencemooh.
“Kamu pasti OG baru di sini. Siapa namamu?”
“Namaku Kira…”
Kirana mendelik, tidak meneruskan kata-katanya. Dia pun nyaris lupa kalau dia sedang dalam penyamaran. Hampir saja dia menyebutkan nama aslinya. Kirana.
Bola mata Kirana melirik Nakula yang berusaha menahan tawa. Lalu dia melempar pandangan pada Raka yang menaikkan kedua alisnya. Menunggu jawaban dari Kirana.
“Namamu Kira siapa?” tanya Raka.
“Namaku kira… kira-kira siapa ya?” Kirana terkekeh dengan ulahnya sendiri.
Nakula yang sudah tidak tahan, akhirnya tergelak. Berbeda dari Raka yang tetap mempertahankan sikap dinginnya.
Dasar gadis aneh. Umpat Raka dalam hati.
“Mana aku tahu,” ucap Raka membuang muka dan melipat tangan di depan dada. Lalu bergumam, “Nama kamu sendiri saja kamu lupa.”
“Nama saya Raya, Tuan,” Kirana menunduk hormat.
Seketika Raka mengendurkan lipatan tangan, tatapannya berubah nanar selama beberapa detik. Namun kembali lagi ke tatapan yang dingin.
Ting.
Pintu lift terbuka. Raka segera menyuruh Raya alias Kirana keluar dari lift.
***
Kirana berjalan megendap-endap seperti maling yang sedang beraksi. Di tangannya tergenggam kanebo dan cairan pembersih kaca.
Manik hitam Kirana menelisik keadaan sekitar. Sejauh pantauannya, semua karyawan bekerja sesuai desk job masing-masing. Tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan.
Setiap kali Kirana berpapasan dengan karyawan lain, Kirana segera berlagak bersih-bersih. Mengelap jendela, meja, atau benda apapun yang ada di dekatnya.
Hingga ketika Kirana berada di sebuah lorong yang sepi, ada suara yang menegurnya. Membuat gadis cantik itu terlonjak kaget.
Kirana menoleh. Ternyata yang menegurnya adalah seorang wanita berambut cokelat yang sudah berkacak pinggang menatapnya.
Kirana melirik sekilas name tag si karyawati itu. Namanya Clara, staf di bagian Finance.
“Sedang apa kamu di sini?” tanya Clara melayangkan tatapan sinis.
“Bersih-bersih,” jawab Kirana santai.
“Bukannya satu jam lalu sudah ada OB yang bersih-bersih?”
Clara meneliti dan menilai penampilan Kirana dari ujung kaki hingga ujung kepala, lalu bergumam meremehkan Kirana yang hanya seorang office girl.
“Gadis kampungan.”
Kirana tidak peduli akan sikap Clara yang meremehkannya. Karena tujuan utama Kirana bukan untuk bertengkar dengannya.
“Ya, sudah. Pergi sana! Kenapa masih berdiri saja di sini?” bentak Clara dengan kedua bola matanya melotot seperti mau keluar.
“Maaf, apakah di bagian keuangan sudah tidak ada pekerjaan lain sehingga harus mengatur seorang OG?” tanya Kirana mengibarkan bendera perang.
“Berani-beraninya kau, gadis kampungan! Baru jadi OG saja sudah belagu.” seru Clara.
Kirana menaikan bahunya, berbalik badan hendak meninggalkan Clara. Namun, wanita itu dengan cepat menahan dan berniat memelintir lengan Kirana.
Sayangnya insting Kirana bekerja jauh lebih cepat. Kirana berhasil meloloskan lengannya dari cengkeraman Clara dan keadaan berbalik.
Sehingga kini lengan Clara yang justru dipelintir oleh Kirana.
Clara menjerit kesakitan. Tak lama, Kirana melepaskan lengan wanita itu.
“Jangan cari masalah denganku ya, gadis kampungan!”
Kirana menyeringai, “Justru aku bekerja di sini untuk mencari musuh.”
Kemudian Kirana berlalu pergi. Namun, baru beberapa langkah dia menoleh ke belakang dan mendapati kini giliran Clara yang berjalan mengendap-endap mencurigakan.
Clara berbelok di ujung lorong.
Sementara langkah kaki Kirana mengikuti wanita itu. Dia merapatkan diri ke tembok, dan mengintip Clara yang sedang memeluk seorang pria dari arah belakang.
Clara menggesekkan wajahnya di punggung pria itu, meski mendapatkan penolakan, wanita itu tidak mau melepaskan pelukannya.
“Sebentar saja, Raka. Kenapa kamu seolah tidak mengenalku seperti ini? Padahal kita sudah lama saling mengenal.”
Ternyata pria yang sedang dipeluk oleh Clara adalah Raka. Pria itu membebaskan diri dari tangan Clara. Lalu menatap dingin pada wanita yang menyentuhnya sembarangan.
Dari tempat persembunyiannya, Kirana berdecih memergoki dua karyawan Irawan Group sedang bermesraan di waktu kerja.
“Clara, jangan ganggu! Aku sedang sibuk,” kata Raka jengah.
“Ayolah, Raka. Mumpung si Balin tua galak itu tidak ada.”
Clara mengedipkan satu matanya yang khas dilakukan oleh wanita penggoda, lalu mencubit nakal dagu Raka yang diam tak bergeming.
Kirana yang mendengar Clara mengatai ayahnya ‘Balin tua galak’, merasa tidak terima.
Menurut Kirana, ayahnya itu bukan seorang yang galak, melainkan tegas, dan mengenai tua, Balin memang sudah berumur tapi tetap saja tampan dan mempesona.
“Nanti kita pulang sama-sama, bagaimana?” tawar Clara.
“Tidak. Kamu duluan saja.”
“Raka, aku akan membantu membalaskan dendammu jika kamu mau jadi pacarku,” kata Clara dengan nada serius.
“Tidak perlu ikut campur urusanku, Clara.”
Apa Clara bilang? Balas dendam? Raka punya dendam ke siapa? Mencurigakan. Batin Kirana yang menyipitkan mata melihat Raka dan Clara.
Lalu Kirana mundur satu langkah, dan kakinya membentur ember yang berisi air kotor bekas mengepel.
Dia ingat akan perkataan Clara kalau satu jam yang lalu sudah ada OB yang membersihkan area itu.Sepertinya OB tersebut lupa meninggalakan ember bekas mengepel di sana.
Terlintas di benak Kirana ide gila untuk memberi pelajaran pada Clara yang telah mengatai ayahnya ‘Balin galak’.
Kirana mendengar suara Clara dan Raka menyudahi pertemuan singkat mereka yang kemudian disusul oleh bunyi derap langkah mendekat ke arah Kirana berada.
Derap langkah itu semakin jelas terdengar, sementara Kirana sudah siap dengan ember kotornya. Dalam hitungan ketiga, dia akan menyiram air kotor itu tepat ke muka Clara.
Satu. Dua. Tiga.
“Rasakan ini, Nenek Lampir!” seru Kirana menyiram air ke seseorang yang ada di depannya.
Kirana tertawa lepas. Saking gembiranya, dia belum juga menyadari siapa yang dia siram. Hingga sebuah suara bariton membuat Kirana tersentak.
“KAMU!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Sweet Girl
Jangan nakal nakal Kirana..., nanti kamu dipecat JD OG...
2025-01-10
0
Sulaiman Efendy
DENDAM SAMA SIAPA TU RAKA...
2023-02-15
0
Erlina Purwanty Moe
ya ampun Kirana croboh skali sich hehehe
2022-12-02
1