Gejolak Hati

Seruni Dendam Istri Pertama Bagian 4

Oleh Sept

Meski pahit, sepertinya harus tetap aku telan. Aku sudah sampai di sini, aku tidak bisa pulang sebelum aku mengetahui apa yang sudah mas Erwin lakukan di belakangku. Aku harus mengetahui, bersama siapa selama ini suamiku main belakang.

Meski jantung ini berdegup kencang, bergemuru seperti guntur saat hujan lebat. Aku mencoba mengerakkan tangan ini. Mencoba mengetuk meskipun takut. Takut jika yang muncul tidak sesuai apa yang aku harapkan.

Mulanya aku mengetuk cukup penuh tenaga, tapi begitu ketukan berikutnya, rasanya aku ingin mundur. Apalagi saat kudengar suara derap langkah yang kian mendekat.

"Sebaiknya aku pergi!" gumamku berbalik. Aku tidak sanggup melihat kenyataan di balik pintu itu.

KLEK

Ketika aku berbalik, suara pintu terbuka. Seorang wanita muncul dengan handuk di kepala. Aku panik, dan dengan bodohhh nya malah langsung bersembunyi. Dari balik pot besar di dekat tembok, aku mengintip.

Seorang wanita, bisa kutaksir usianya jauh lebih tua dariku. Astaga, jantungku berdegup kencang. Apalagi saat wanita itu berjalan ke arahku. Untung ia kembali berbalik dan mengunci pintu.

Siapa dia? Apa dia wanita yang dipanggil sayang oleh suamiku? Tapi ... Aku mencoba berpikir, semoga bukan. Pasti bukan, aku lihat wanita itu usianya mungkin dua kali lipat usiaku. Dia cocok jadi ... emm. Maaf, wanita itu lebih cocok jadi ibuku. Mas Erwin pria mapan, ganteng, pekerjaan oke, dan meskipun aku istri hasil perjodohan, aku cukup manis, dan masih muda.

Ya ampun, ada apa dengan kepalaku? Tidak mungkin mas Erwin bermain api dengan tante-tante. Ini hal gilaa, mas Erwin tidak mungkin seperti itu. Kalau dia mau, aku yakin sekali. Banyak gadis di kantor yang jauh lebih dariku.

Aku menggeleng pelan, ini pasti tidak mungkin. Tidak mau melihat lebih jauh. Aku memilih pergi dan menunggu di dalam mobil saja. Jantungku sudah tidak aman, tubuhku pun lemas. Jika aku teruskan, aku yakin, aku tidak bisa.

Masih dengan hati yang tidak tenang, aku menunggu di dalam taksi yang sudah aku sewa. Kulihat sopir menunggu di depan mobilnya sambil bersandar ketika aku keluar.

"Apakah Kita pulang, Mbk?"

Aku menggeleng, tidak bisa berkata-kata. Lidahku masih keluh. Dan sopir tadi hanya mengangguk, sepertinya dia mengerti.

Satu jam berlalu, aku sudah gelisah di dalam mobil seorang diri. Sedangkan sopir tadi, ia meminta ijin ngopi dulu di depan kedai yang ada tidak jauh di sekitar sana. Waktu terasa sangat lamban, dan mataku terus saja mengamati sekeliling.

Aku mulai panik ketika melihat sosok yang sangat familiar. Ya, suamiku berjalan keluar hotel. Hanya sendiri, lalu ke mana wanita yang tadi? Aku tambah penasaran. Saat mas Erwin akan ke mobil yang ternyata tidak jauh dari tempatku bersembunyi.

Panik, aku langsung merunduk. Entah kenapa aku malah bersembunyi. Aku memarahi diriku sendiri yang sama sekali tidak mampu menampakkan diriku. Alasannya sama, aku takut. Takut jika suamiku benar-benar bermain api dengan wanita lain. Dan aku melihatnya sendiri. Sampai di titik ini, aku berusaha menepis kenyataan. Menolak fakta, bahwa suamiku habis dari hotel, dan sekamar dengan seorang wanita.

Aku menolak kenyataan. Aku tidak mau menerima, meskipun semua sudah terpampang jelas. Aku tidak mau kehilangan pernikahan yang baru seumur jagung ini. Apalagi wanita yang aku lihat dia sangat tua dibanding aku. Aku tidak terima, hatiku tidak bisa menerima kenyataan ini karena dia adalah suamiku.

***

Selepas suamiku pergi, aku buru-buru menghubungi driver lewat aplikasi. Hari ini cukup sampai di sini. Aku butuh waktu untuk mencerna dan menyusun hati yang terlanjur tidak karuan ini. Ya, aku butuh waktu, karena ini cukup membuatku tidak bisa berpikir jernih lagi.

"Langsung balik, Mbak?" tanya sopir padaku. Aku mengangguk tanpa menatap. Karena hatiku sedang kacau.

Tidak butuh waktu lama, perjalanan pulang dan saat berangkat tadi cukup jauh. Ya, karena pas berangkat tadi kami harus hati-hati. Sedangkan saat pulang, perjalanan sangat lancar tanpa hambatan, tidak seperti hatiku. Rasanya masih sesak, seperti ada batu besar yang menimpanya.

"Mbak ... mbak ... kita sudah sampai!" seru sopir tersebut. Mungkin dia memanggil beberapa kali tapi aku tidak dengar, sehingga ia berbicara dengan nada tinggi.

"Sudah sampai?" Aku menatap jendela. Kulihat pagar rumah yang sepi. Ya, sesepi hatiku sekarang.

"Terima kasih," ucapku kemudian mengambil beberapa lembar uang lagi.

"Mbak, tadi sudah."

"Tidak apa-apa," ucapku kemudian membuka pintu mobil.

Aku berjalan dengan lesu. Benar-benar tidak ada tenaga, bayangan wanita memakai handuk di kepalanya, membuatku benar-benar terusik.

Baru kali ini perasanku sangat kacau, ingin mengalihkan perhatian, aku keluarga semua piring dalam rak lemari. Aku bersihkan satu per satu. Mungkin karena hatiku yang terlalu kacau, bukannya beres, aku malah menambah masalah.

Ya, satu piring koleksi pemberian ibu mertuaku malah aku pecahkan karena larut dalam lamunan.

"Semoga ibu, nggak marah!" ucapku lirih.

Nyatanya, merapikan sebagian rak piring beserta lainnya tidak membuatku melupakan kejadian di hotel tadi. Aku pun mencoba melihat TV. Hatiku makin sakit saat yang kulihat adalah sinetron dengan teman suami yang memiliki wanita lain.

Suami dalam TV malah rela menceraikan istri pertama demi wanita yang baru hadir. Sakit, aku matikan TV cepat-cepat. Seharian ini moodku hancur, apa yang aku lakukan salah. Ingin menyiapkan makan malam untuk mas Erwin malah gosong.

Tuhan, rasanya hatiku benar-benar hancur. Tidak tahan lagi, aku langsung ke kamar mandi. Masih dengan pakaian lengkap, aku nyalakan shower. Membiarkan air deras itu menguyur tubuhku. Tidak peduli dinginnya air, aku hanya ingin mendingan kepalaku yang panas dan mau pecah ini.

"Dia suamiku! Dan wanita itu orang lain ... hanya orang lain."

Aku berguman, kemudian melepaskan semua pakaian yang sudah basah kuyup. Kutatap pantulan tubuhku di depan cermin setinggi badan.

"Aku lebih mudah! Dan ku istrinya!" Aku mulai bicara pada pantulan diriku sendiri. Ku tatap tajam, kulihat ada kemarahan di mataku.

***

Pukul 7 malam

Apa dia sudah melakukan pagi hari? Sehingga sekarang pulang lebih cepat? Ya, bagiku jam 7 malam adalah pulang lebih awal. Sebab suamiku sering pulang malam.

Tidak mau suamiku curiga, aku bersikap seperti biasa. Kutawarkan air hangat dan makan malam.

"Aku siapakan air hangat ya, Mas?"

Suamiku mengangguk. Kemudian melepaskan sepatu. Aku ambil, sambil berjalan ke kamar mandi.

Ketika aku balik, suamiku tumben membuka obrolan. "Siapakan baju, besok aku dinas 2 hari."

Aku langsung panik, gelisah. Pasti akan bersama wanita yang aku lihat di hotel tadi. Pikiranku mulai berkecamuk, aku memikirkan hal yang bukan-bukan. Tapi bibirku mengiyakan seperti biasa.

"Iya, Mas."

Hatiku yang gunda ini, menyiapkan makan malam. Aku terpaksa memesan on line. Ini karena sebagian masakanku gosong, hancur seperti suasana hatiku seharian ini.

Sesaat kemudian

Mas Erwin sudah memakai pakaian casual, aku pun mengajaknya makan.

"Aku sudah makan tadi."

Jawabnya suamiku membuat aku semakin dilema. Dengan siapa dia makan tadi? Apa wanita itu? Hati yang terlanjur tercacar ini pun berusaha baik-baik saja. Masih ada kesempatan, belum terlambat, pikirku.

Waktu semakin malam, kulihat suamiku masih di depan meja kerjanya, masih di ruangan yang sama. Ya, karena kamar kami sangat lebar, tapi terasa hampa.

Tidak mau suamiku jajan, meski ini hanya dugaan, aku pun ke kamar mandi. Mengganti pakaian yang kemarin gagal aku tunjukkan.

"Tidak apa-apa, aku tidak boleh malu!" gumamku saat menatap pantulan tubuhku di depan kaca kamar mandi. Baju ini ... sama sekali membuatku tidak percaya diri. Karena memperlihatkan dengan jelas lekuk dan gambar tubuh ini. Hampir tidak ada yang tertutup, apalagi celana ini? Malu sekali. Ini hanya seutas tali pita, pikirku.

Tapi demi menjerat hati suamiku, akan aku coba, meskipun memalukan. Tidak mau mengejutkan mas Erwin dengan pakain ini, aku terlebih dahulu memakai bathrobe, malu rasanya kalau tiba-tiba keluar memakai baju seperti ini.

Tap tap tap

Aku seperti maling yang takut ketahuan saat berjalan mendekati suaminya. Ku tarik napas panjang. Kemudian berdehem.

"Kopi lagi, Mas?" kulirik gelas kopi mas Erwin yang sudah kosong.

Pria itu hanya menggeleng, matanya tidak beralih dari laptop.

'Jangan mundur,' batinku kemudian memberanikan diri menyentuh pundak mas Erwin.

"Aku pijitin ya, Mas."

"Tidak usah, kamu tidur dulu saja!" jawabnya dingin dan membuatku membeku.

Rasanya aku ingin menangis, tapi masih bisa aku tahan.

"Mas," bisik ku memberanikan diri.

"Ya."

Seumur-umur aku tidak pernah meminta duluan, aku tepis egoku. Demi mendapat perhatian lebih dari mas Erwin, aku tepis rasa malu ini.

Aku tatap mata mas Erwin dengan lekat, kemudian tanganku yang pemalu ini tiba-tiba saja seperti punya kekuatan entah dari mana. Ku lingkaran lenganku pada mas Erwin. Hari ini, aku harus jadi pe lacur, ya ... sepertinya aku tidak punya cara lain.

"Aku masih ada pekerjaan," ucap mas Erwin menghindar dari tatapanku yang penuh harap. Terluka, pasti. Bahkan mataku hampir berkaca-kaca. Baru pertama meminta duluan, tapi ditolak. Rasanya hancur.

'Seruni ... tunjukkan sisi liarmu," batinku.

Meski aku ditolak, aku tidak menyerah. Karena kesempatan berikutnya, aku langsung saja menempelkan bibirku. Rasa maluku sudah lenyap, aku sesap saja bibir suamiku. Aku bahkan bisa merasakan dinginnya sikap suamiku sama seperti saat bibir kami beradu.

'Tidak bisa ... tidak bisa begini!' Aku menjerit dalam hati ketika ciumannnn kami terasa hambar.

Marah, sedih, gelisah, cemas, spontan aku sentuh milik suamiku. Masih lembek, aku semkain panik. Tidak mau kalah dengan wanita lain, aku mulai memainkan jariku, harus bangun! Aku istrinya yang sah!

BERSAMBUNG

Aduh, aku kok berasa jadi SERUNI? wkkwkw merinding bokkkk!

Terpopuler

Comments

putia salim

putia salim

bener2 nyesek😭

2023-03-16

2

anisa

anisa

gemesshh sama Seruni...tp mungkin seperti klo aq di posisi dia...bingung, kalut, takut klo bayangan di otak kita jadi kenyataan, alhasil malah kabur pas pintu hotel terbuka 🤦‍♀

2023-01-23

0

Cecilia Gracemargaretha

Cecilia Gracemargaretha

GK terima GK terima goblok seruni,pengecut kau yg ada cowok akan menjadi2 gitu terus

2022-11-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!