"Ini sudah larut malam, Kak. Sebaiknya Kakak segera pulang! Pasti papa dan mama mengkhawatirkan Kakak!" saran Baruna, berharap Ardila segera pulang karena tidak seharusnya seorang gadis masih berada di luar rumah saat hari sudah selarut itu.
"Iya kamu benar, Una. Papa dan mama tidak akan bisa tidur kalau Kakak belum pulang," sahut Ardila.
"Tapi bagaimana Kakak bisa pulang dengan keadaan seperti ini, Una?" gerutunya dengan perasaan resah, saat menyadari blouse yang dikenakannya, robek di bagian dada.
"Kakak kan sudah pakai jaket punyaku?" sanggah Baruna enteng.
"Jaket kamu bau alkohol, Una. Selain itu, kalau Kakak pulang dengan memakai jaketmu ini, apa kamu mau papa sama mama curiga kalau sebenarnya kamu sudah kembali ke tanah air? Mama Mutiara tahu pasti loh, kalau ini adalah jaket yang paling sering kamu pakai," tangkis Ardila seraya menggelengkan kepalanya.
"Lalu aku mesti gimana, Kak?" tanya Baruna sambil mengusap rambut dan menggaruk kepalanya walau tidak gatal.
"Tolong belikan Kakak baju yang baru di butik!" perintah Ardila.
"Memangnya masih ada butik yang buka sudah larut malam begini, Kak?"
"Butik yang ada di lobby hotel ini buka 24 jam, Una. Kakak minta tolong kamu belikan baju buat Kakak disana," terang Ardila. Dia ingat di lobby utama hotel itu ada sebuah butik yang menjual produk fashion brand international.
Baruna menganggukkan kepalanya paham. "Ok, Kak. Aku akan turun ke lobby untuk membelikan baju buat Kakak. Tunggu aku disini sampai aku kembali!"
Gegas Baruna keluar dari kamarnya untuk mencari baju yang sangat dibutuhkan Ardila saat itu.
Setelah Baruna keluar, Ardila menghela nafas dalam-dalam sambil menyandarkan punggungnya di headboard tempat tidur di kamar itu.
"Huh, untung saja Baruna datang menolongku. Kalau tidak, mungkin saja Diaz sudah berhasil merampas kesucianku," gumamnya merasa bersyukur karena selamat dari pria yang hampir saja merusaknya malam itu.
"Baruna, keluarkan aku dari sini, Bar!"
Ardila menautkan kedua ujung alisnya saat mendengar sebuah teriakan lirih dan memelas dari kamar mandi di kamar itu.
"Suara siapa itu?" Ardila turun dari ranjang itu dan mencari sumber suara.
Dugh! Dugh! Dugh!
Terdengar suara seseorang sedang menggedor pintu dari kamar mandi.
"Baruna, cepat buka pintunya, Bar!
Suara itu semakin jelas di telinga Ardila. Merasa ingin tahu, Ardila lalu mendekat ke arah pintu kamar mandi untuk meyakinkan pendengarannya.
"Ada siapa di dalam sana? Kenapa Baruna mengurung seorang pria di kamar mandi seperti ini?" batin Ardila menggerutu dan merasa sangat penasaran.
"Jangan-jangan Baruna ... aahh, tidak mungkin!" Ardila menampik semua pikiran buruknya tentang adiknya.
"Apa ada orang di dalam?" pekik Ardila berusaha memastikan kalau memang benar ada orang yang tengah terkurung di kamar mandi itu.
"Tolong bukakan pintu! Baruna sialan itu mengurungku disini!"
Mendengar suara rengekan itu, tanpa pikir panjang Ardila langsung membuka pintu kamar mandi karena merasa khawatir dengan adanya seseorang yang terkurung di sana.
Ceklek!
Setelah pintu kamar mandi terbuka, seorang pria keluar dari balik pintu dengan langkah terseok dan terhuyung karena pengaruh alkohol masih memenuhi aliran darahnya.
"Aaaaaa!" Ardila berteriak seraya menutup kedua matanya dengan telapak tangannya dan segera membalikkan badannya membelakangi Jeffrey, yang saat keluar dari kamar mandi sedang bertelanjang dada dan hanya melilitkan sebuah handuk kecil di pinggangnya, untuk menutupi area intinya.
"Hei, kamu siapa? Kenapa ada di kamar ini?" tanya Jeffrey dengan suara beratnya. Namun, Ardila hanya bisa diam memalingkan wajahnya tidak mau melihat ke arah Jeffrey.
"Aah, rupanya Baruna sengaja menyediakan seorang bidadari untuk menemaniku di kamar ini," kekeh Jeffrey saat melihat seorang gadis ada di dalam kamarnya.
Matanya seketika berbinar. Birrahi memenuhi otak kotornya dan sangat bernafsu ingin menikmati santapan lezat di depan matanya.
Jeffrey mengira kalau Ardila adalah gadis bayaran yang sengaja disediakan oleh Baruna untuk melengkapi kesenangannya malam itu.
Ardila mundur beberapa langkah saat melihat pria itu menatapnya sangat garang bagai seekor singa yang sedang kelaparan dan siap menerkamnya.
"Tidak! Jangan mendekat!" pekik Ardila ketakutan, saat Jeffrey semakin mendekat ke arahnya dengan sorot mata penuh hasrat dan membuatnya bergidik ngeri.
"Ck, ck, ck! Cantik dan sangat seksi! Ehmm, Baruna memang tahu seleraku," decak Jeffrey terkekeh dengan pupil matanya yang melebar sempurna saat melihat Ardila terpaku dan tersudut di dinding ruangan itu.
"Uuuhh!" Jeffrey mengerucutkan bibirnya dan menggeleng pelan, sangat terpesona dengan kecantikan gadis di hadapannya.
Dengan jelalatan, mata nakalnya tertuju ke belahan dada padat dan montok milik Ardila yang terlihat sangat indah karena saat itu hampir setengah terbuka akibat baju yang dikenakannya sudah robek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Hanifa Wilda Amrullah
haduch..... una ko pergi g bilang ad orang lain ddalam. bahayaaa....kaan
2022-08-03
2
Don't Ask Myname
Wadaw jangan sampai jeff berbuat aneh aneh sama dila thor
2022-07-25
2
Aditha S
aduh mau diapakan Ardila Thor
2022-07-24
2