Exca berkacak pinggang, ia bingung bagaimana membangunkan perempuan yang sedang tertidur pulas di depan komputer itu.
Exca
Shen, saya hitung sampai tiga.
Exca
1
Exca
2
Shena
3
Shena
Iya pak saya bangun nih
Dengan sekuat tenaga, Shena membuka matanya yang masih berat karena kantuk
Exca
Baguslah kamu bangun, saya tidak perlu menggendong jadinya
Shena
Bapak mau gendong saya?
Exca
Bukannya kamu sudah sering tidur di rumah saya?
Shena
[Shena membelalakan matanya]
Shena kembali mengingat kejadian yang lalu, dirinya merasa malu. Ternyata orang yang selama ini memindahkan dari ruang kerja ke tempat tidur itu adalah pak Exca.
Exca
Tidak usah berpikir macam - macam, saya tidak melakukan apapun kepadamu.
Shena
[meneguk ludah]
Shena
Saya pulang sendiri saja pak, terima kasih sudah membangunkan saya
Exca
Jangan
Shena
Eh
Exca
Bahaya. Akhir - akhir ini ada preman yang berkeliaran.
Shena
Tenang saja pak, saya kan punya sertifikat bela diri
Shena
[sambil tersenyum lebar, hendak lekas pulang karena malu]
Exca memegangi kepalanya yang terus berdenyut. Ia yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres jika ia biarkan perempuan itu keluar sendirian.
Shena
Pak, anda kenapa?
Shena
[Shena cemas melihat Exca berkeringat dan wajah yang memucat itu]
Exca
Tolong
Exca
Menginap saja
Setelah mengatakan kalimat yang tidak begitu terdengar itu, Exca jatuh tersungkur. Tepat di pelukan Shena
Comments