Jam terus berlalu, perlahan namun pasti jam pulang akhirnya datang juga. Semua murid kecuali Damar pulang. Hari ini ia sudah berjanji kepada gurunya untuk melakukan belajar tambahan . Walaupun akhir-akhir ia jadi sering berbohong, tapi kali ini ia tak ingin ingkar dengan janjinya.
Sebelum belajar ia meminta waktu sebentar untuk istirahat . Ia ingin makan bekalnya dulu. Mengerjakan soal yang menguras pikiran kalau perutnya kosong otaknya seperti tak mau bekerja. Walaupun soal mudah sekalipun. Pernah sekali ia mengalaminya dulu. Semenjak itu ia tak pernah melakukannya lagi.
"Pak, aku udah siap sekarang," setelah selesai makan ia langsung menuju keruangan dimana hanya ada mereka berdua saja.
"Oh ya. Sekarang kita fokus ngerjain soal dulu ya. Nanti kalau udah selesai bilang bapak biar nanti bisa kita bahas bersama," Seorang guru berkacamata tebal berkata lalu memberikan selembar kertas berisi soal-soal yang terlihat mustahil untuk dikerjakan.
Damar segera mengerjakan soal yang ada dihadapannya . Sesekali terlihat ia menggaruk kepala tanda sedang bingung bagaimana cara menyelesaikan soal yang cukup sulit untuknya.
Semangat dirinya terpacu saat melihat ucapan semangat yang ia baca semalam. Pada awalnya ia tak begitu peduli, bahkan ia sempat berencana untuk kalah sebelumnya. Kini ia tak ingin jadi pecundang dengan melakukan hal bodoh sedemikian rupa. Ia akan berusaha semaksimal mungkin.
Dulu awalnya ia cuma iseng saja saat tahu ada pendaftaran olimpiade. Tapi ya memang otak encer, iseng juga bisa lolos olimpiade . Awalnya ditingkat sekolah, kemudian tingkat kecamatan. Dan yang akan dilalui adalah tingkat kabupaten. Saingannya kali ini pasti sangat sulit dibanding yang telah lalu.
Tahun ini sekolah menerapkan sistem yang berbeda untuk menyeleksi siswa yang ikut olimpiade. Biasanya berdasarkan pilihan guru, namun kali ini tidak. Tentu saja siapa berminat untuk ikut saja yang ikut. Kemudian diadakan ujian seleksi. Dari situ terpilih satu orang. Dan orang itu adalah Damar.
Setengah jam lagi, tenggat waktu yang diberikan oleh gurunya untuk mengerjakan soal yang kali ini terfokus pada soal trigonometri. Damar sedikit bernafas lega karena akhirnya ia berhasil mengerjakan soal yang seharusnya dikerjakan oleh anak kuliahan. Masih ada sisa waktu untuk otaknya beristirahat sebentar.
Entah mengapa ia kemudian membayangkan saat ia juara nanti . Pasti ada kebanggaan yang didapat dari orang-orang disekitarnya. Orangtuanya bakal ikut bangga atau tidak ya? Dia sebenarnya terpikirkan hal itu juga. Namun ia tidak ingin memikirkan terlalu jauh. Menurutnya hal itu hanya merusak konsentrasi saja. Ia sebenarnya sayang mereka, namun ia benci sikap mereka yang tak peduli dengannya.
Mungkin yang paling bangga dengannya adalah penggemarnya yang dia tak tahu siapa orangnya. Yang dia tahu hanyalah orang itu selalu memperhatikannya. Dia peduli, Damar rasa itu sudah cukup untuknya .
Di dunia yang ini, apakah ada ya orang sama dengannya? Kadang Damar memikirkan hal itu saat ia hendak tidur. Ia ingin berbagi cerita dengan orang yang sama. Tapi ia tak tahu siapa orang yang sama dengannya.
"Sekarang kita akan akan mulai membahas soal yang tadi kamu kerjakan. Udah selesai semua kan?" Waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal telah benar-benar habis.
"Udah pak."
"Oke, sekarang kita mulai dari nomor satu ya," Pembahasan dimulai, satu demi satu soal mereka bahas .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments