Perjodohan

Patih Lodaya diusir Mpu Sagara ketika muda dulu karena memiliki hasrat membunuh dan keserakahan yang melebihi batas dalam keduniawian.

Para padepokan aliran putih pun hampir habis karena Patih Lodaya memanfaatkan jabatan untuk menyingkirkan aliran putih, Patih Lodaya yang lebih tertarik pada ilmu aliran hitam, selama ini lebih berpihak kepada para pendekar aliran hitam yang memang rata-rata bisa dia atur dan kontrol olehnya, mereka pun mau jika disuruh melakukan pekerjaan kotor karena aliran hitam yang penting adalah mendapat bayaran sepadan jadi tolok ukur mereka adalah uang.

Tidak sedikit para Guru-guru aliran putih yang memilih menutup padepokan dan menyamar menjadi orang biasa agar hidupnya tidak terusik dan menutup mata dari kedzaliman yang terjadi, lalu menjalani kehidupan sebagai petani ataupun pedagang yang penting hidup mereka aman dan sentosa tanpa sadar melanggar sumpah pengabdian memayu hayuning bawono, yang merupakan ajaran leluhur yang sepatutnya selalu dihidupi dalam kehidupan.

Padepokan Gagak Ireng adalah milik dari Patih Lodaya yang menopang Kerajaan Nagari, sehingga membuat Padepokan Gagak Ireng semakin besar, Anggotanya pun semakin banyak dan membuka beberapa Padepokan ditiap wilayah Kadipaten diwilayah Kerajaan Nagari dan karena menjadi bagian dari Padepokan Gagak Ireng memiliki kebebasan bertindak dan tidak akan diganggu ketika gerombolan rampok ataupun ketika perjalanan sedang terjadi pembegalan, karena mereka memiliki kode etik tidak boleh mengganggu sesama anggota Gagak Ireng dan jika melanggar gerombolan itu akan ditumpas sendiri oleh Patih Lodaya.

Sedangkan Sang Raja dari Kerajaan Nagari Prabu sendiri konon tidak pernah keluar dari Keraton karena Patih Lodaya selalu menghasut bahwa rakyat makmur dan wilayah kekuasaan pun semakin meluas, Sang Raja menurut kabar hanya menjadi Boneka dari Patih Lodaya, hampir semua yang bermukim dipusat pemerintahan adalah anggota dari Gagak Ireng, Sehingga Rakyat yang berada di Ibukota Kerajaan Nagari sangat makmur hidupnya karena setiap dari mereka yang kesusahan akan disengkuyung dari sesama anggota Gagak Ireng serta mereka wajib saling mengisi jika mereka berdagang akan memiliki kewajiban membeli dagangan dari anggota dan tidak boleh merugikan sesama anggota, jadi kehidupan mereka otomatis akan terangkat, walaupun jika dilihat hal itu seperti ada negara didalam negara, yaitu kerajaan dibalik layar Gagak Ireng dan Patih Lodaya tentunya yang mengatur dan memungut iuran wajib dari setiap anggota Gagak Ireng dengan dalih sebagai balas budi kepada Padepokan Gagak Ireng sedangkan iuran itu dinikmati sendiri oleh Patih Lodaya.

Walau sebenarnya banyak sekali yang masuk Gagak Ireng tapi batin mereka tersiksa karena mereka paham betul dengan seharusnya menjadi manusia, bukan manusia tapi berkarakter seperti binatang.

Dan aliran putih hanya tinggal Padepokan aliran Kenaling Rogo saja yang masih bertahan dari gempuran karena letak padepokan dilereng gunung jadi dinilai belum membahayakan pengaruhnya oleh Patih Lodaya namun hal ini tetap menjadi sebuah perhatian dari Patih Lodaya, karena dia juga memendam rasa sakit hati karena baru sedikit mempelajari ilmu yang diwariskan oleh Mpu Sagara, hanya 7 muridnya saja yang masing-masing memiliki kesaktian merata dari Mpu Sagara.

***

Waktu pun cepat berlalu sekarang sudah 5 Tahun usia dari Ganendra Wisnu Wijaya, walaupun masih anak-anak dia sudah memiliki kemampuan beladiri yang lumayan karena faktor genetik dan bakat yang dia miliki, dia juga menjadi seorang yang sangat peka terhadap lingkungan sekitar, setiap murid-murid Padepokan sedang latihan dia selalu menonton sambil mempraktekkan gerakan yang dia tonton, jadi otaknya sudah menyimpan rekaman jurus dan kegiatan para murid-murid ketika latihan, dimulai saat dia genap usia 5 Tahun sudah mulai dididik oleh Boponya dengan puasa dan meditasi ketenangan, jadi Ganendra Wisnu Wijaya secara tidak langsung sudah sangat baik dalam mengontrol aliran cakra tenaga dalam karena rohaninya sudah digembleng sejak dini, Ganendra Wisnu Wijaya juga merupakan anak yang cekatan dan sangat mudah mengingat. Seperti ketika Ganendra Wisnu Wijaya ikut bersama Guru Gunakan kehutan mencari tanaman obat, walau masih 5 Tahun Ganendra Wisnu Wijaya sudah mulai mempelajari ramuan obat-obatan yang sering Guru Gunawan racik dan perjalanan kehutan membuat fisik dan tulang Ganendra Wisnu Wijaya menjadi terlatih dan kuat.

"Nak Ganendra ingat baik-baik dengan setiap hal yang Aku lakukan" ucap Guru Gunawan

"Baik Guru Gunawan" jawab Ganendra Wisnu Wijaya

"Guru Wijaya Karna tidak memperbolehkan dirimu digendong kecuali oleh ibumu dan keadaan tertentu seperti ketika Nak Ganendra Wisnu Wijaya sakit atau mengantuk ketika perjalanan kehutan, itu adalah keuntungan Nak Ganendra karena medan dilereng gunung sangat baik untuk melatih badan secara alami dapat membentuk fisik yang tangguh, serta dataran tinggi yang membuat stamina bagus karena kadar oksigen akan lebih sedikit disana dan mandi air dingin juga menjadi penguat otot serta syaraf dirimu Nak Ganendra" ucap Guru

"Baik Guru Gunawan, Aku tidak merasa keberatan dengan metode seperti ini" jawab Ganendra Wisnu Wijaya dan setiap menjelang malam Ganendra Wisnu Wijaya selalu diajari tentang ilmu kehidupan, walau dia belum paham betul isinya namun anggota padepokan selalu memberi contoh keseharian tentang budi pekerti dan nilai-nilai kehidupan.

Ketika Guru Wijaya Karna bermeditasi Beliau mendapatkan kabar bahwa saudara Seperguruan dari Padepokan Gunung Pangrango bahwa Istri dari Guru Dirgajaya melahirkan bayi perempuan yang diberi nama Diah Ayu Wardani

"Dinda baru saja Kakang mendapatkan kabar ketika meditasi, Adimas Dirgajaya sudah memiliki Anak, Istrinya Nyimas Eis melahirkan seorang putri yang diberi nama Diah Ayu Wardani" ucap Guru Wijaya Karna kepada istrinya Nyai Maharani

"Berarti Kakang harus kesana, ajaklah Ganendra Wisnu Wijaya agar tidak hanya dihitung saja pengalaman Anak Kita Kakang" jawab Nyai Maharani

"Baiklah Dinda" ucap Guru Wijaya Karna, dengan menggunakan ilmu Sepi Angin bukanlah hal yang sulit bagi Guru Wijaya Karna untuk ke Padepokan Gunung Pangrango tapi Beliau tetap pamitan kepada istri tercinta Nyai Maharani serta mengajak Guru Gunawan dan sesuai pesan dari Nyai Maharani untuk mengajak serta Ganendra Wisnu Wijaya

***

Karena situasi tidak terlalu kondusif berbeda ketika masa kelahiran Ganendra Wisnu Wijaya, sehingga membuat Guru Dirgajaya tidak mempermasalahkannya, sehingga Guru Dirgajaya hanya mengundang Saudara seperguruannya dulu itu pun lewat jalur telepati, karena bagi mereka bahwa pertemuan dengan saudara seperguruan sudah sangat membahagiakan.

Setelah sampai di Padepokan Gunung Pangrango ternyata Diah Ayu Wardani belum berhenti menangis dari sejak keluar dari rahim ibunya, jadi para Guru pun sekalian memberikan doa dan restu juga memikirkan cara agar Diah Ayu Wardani bisa berhenti menangis.

"Silahkan Kakang Wijaya Karna untuk berikutnya" ucap Guru Dirgajaya, kemudian Guru Wijaya Karna maju mendoakan dan memberi restu, tak lama setelah Guru Wijaya Karna selesai Ganendra Wisnu Wijaya maju dan menghibur memegang pipi dari Diah Ayu Wardani

"Hai Adik kecil, kenapa Kamu menangis?" tanya Ganendra Wisnu Wijaya seketika Bayi ini langsung diam dan tidur, para Guru pun tersenyum seakan kejadian itu mengisyaratkan sesuatu.

"Bopo Adik Diah Ayu Wardani sudah diam dan tidur" ucap Ganendra Wisnu Wijaya

"Ya sudah karena Adik Diah Ayu Wardani sudah tidur, kita kembali keluar saja ya biar adik sukma tidak nangis lagi" jawab Guru Wijaya Karna

Lalu para Guru kembali untuk mengobrol diruang tamu utama padepokan, dan salah satu Guru menyela pembicaraan tanpa sengaja salah seorang Guru menyela Pembicaraan "Mohon maaf Kakang Guru Wijaya Karna kalau boleh menyampaikan isi hati tapi beribu maaf jangan tersinggung ya kakang, dari Saya melihat kejadian tadi apakah tidak alangkah baiknya jika Ganendra Wisnu Wijaya dijodohkan dengan Dyah Ayu Wardani? Mohon ampun kakang sebelumnya kalau Saya lancang" ucap Guru Thole.

Semua Guru pun tersenyum dan mengangguk, lalu Guru Wijaya Karna dan Guru Dirgajaya saling menatap dan tersenyum langsung berjabat tangan dan saling berucap "Saya Setuju" dan para Guru pun sangat bersyukur dengan kesepakatan perjodohan tersebut

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

wah., novel silat nusantara baru.👏

2022-06-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!