Bab 5. Mengenang Masa Lalu

"Inayah," panggil Raka pada adiknya dan sedikit menjauhkan tubuh Inayah dari hadapan Aditia.

setelahnya, Raka mendorong tubuh Aditia hingga tubuh Aditia bergerak dari tempatnya.

"Jangan coba-coba dekati adik aku. Anda paham?"

"Maaf, apakah sebelumnya kita pernah saling mengenal?"

Raka tersenyum mendengar perkataan Adita yang menurut Raka, Aditia pura-pura mengenalnya.

"Jangan berpura-pura tidak mengenalku, Tuan Aditia."

"Maaf. Tetapi, aku memang tidak mengenal anda, Tuan."

"Bagaimana mungkin anda begitu cepat melupakan kejadian beberapa bulan lalu? Apa perlu aku ingatkan?"

Aditia terdiam. Dia mencoba mengingat masa lalunya. terlihat Aditia memegang kepalanya.

"Kak Aditia, baik-baik saja?"

"Inayah, berhenti memberikan perhatian padanya. dia bukan siapa-siapa kamu. pulang!"

"Kak, tapi Aditia tidak baik saja."

"Stop, Inayah." Raka menarik tangan Inayah sementara Amira melihat betapa marahnya Raka pada Inayah.

"Inayah, jangan pergi!" teriak Aditia sambil memegang kepalanya. penglihatannya mulai buram.

Inayah yang terus di tarik oleh Raka hanya mampu mengikuti seribu langka pria tersebut.

Begitu Inayah kembali menoleh, seketika tubuh Aditia tergeletak di atas tanah yang membuat Inayah menjerit

"Kak Adit!" pekik Inayah.

Entah apa yang membuat dirinya spontan saja berteriak. memangnya siapanya Aditia? tidak Lain Inayah berteriak hanya sekadar Spontan saja. Namun tak dapat di indahkan, Inayah terlepas dari genggaman Raka dan berlari menghampiri Aditia yang menutup matanya.

Mendengar teriakan Inayah memanggil Aditia mengundang para pengunjung panti asuhan Permata Bundaku keluar dan melihat apa yang terjadi? Bahkan semua penghuni panti asuhan pun melongo.

Langkah sang ibu dari pria tersebut kalah cepat dari Inayah. Inayah pun terhenti tepat di depan kerumunan orang-orang yang membatu Ibu Hanum mengangkat tubuh Aditia masuk ke dalam panti asuhan.

Raka menarik tangan Inayah agar ikut dengannya. Inayah tidak bisa berbuat apa-apa. Toh juga tidak ada hubungannya dengan Aditia. Inayah hanya kasihan pada Aditia. itu saja.

"Kita pulang! Mengenai Ummi, biar aku yang bicara sebentar, jika kamu ikut pulang denganku.

dan masalah mobilmu, biarkan saja di sini. Nanti supir Udin yang membawa mobilmu pulang bersama Ummi," Papar Raka. kemudian menuju tempat parkir diikuti oleh istrinya, Amira. dan Amira sendiri hanya diam sambil berjalan beriringan dengan Inayah.

Ada rasa tidak enak hati pada adik iparnya itu. Bagaimana jika Inayah bertanya seputar masa lalunya? apa dirinya siap? ada banyak hal yang terpikir di benak Amira. Masa lalu itu masih sangat membekas.

Sampai di rumah, Inayah langsung masuk kamarnya. Inayah masih terpikir dengan Ucapan Raka sebelumnya. siapa sebenarnya Aditia? dan apa hubungan Aditia dan Amira, kakak iparnya.

"Bagaimana kabar Kak Aditia? Apa dia baik-baik saja? Ya Allah, ada apa dengan hatiku. Tapi, aku tidak bisa membohongi diriku. Aku khawatir dengannya. Ya Allah, ampuni hamba." segera mungkin Inayah menepis semuanya dan segera mungkin mengambil air wudhu.

Sementara Amira sendiri terlihat duduk termenung di ats kasurnya. Ada rasa jijik mengingat masa lalu itu. Bayangan itu pun menuju masa lalunya.

***

Semenjak Aditia meninggalkan rumah ia tak pernah lagi memunculkan wajahnya di hadapan kedua orang tuanya.

Dan semenjak Aditia gagal dalam percintaan pertamanya ia seakan menutup hatinya dari seorang wanita.

Bahkan mungkin hatinya sudah mati. Dimana Aditia seperti ketaatan tak akan membuatnya merasa bahagia dan kemaksiatan tak akan membuatnya resah.

Baginya sekarang hidup dinikmati, mencari kesenangan dan kepuasan tanpa batas. Ia menganggap bahwa seseorang akan merasakan bahagia dengan cara mencari kebahagiaan sebanyak mungkin serta dengan cara bagaimana pun harus menghindar dari perasaan yang dapat membuatnya merasakan sakit.

Waktu terus berjalan. Aditia makin hari makin tak menentu arah tujuan hidupnya. Ia seakan lupa dengan tujuan hidup di dunia ini.

Dari kabar yang ia dengar bahwa ayahnya akan memberikan warisan pada putranya jika mereka membawa istri masing-masing dihadapannya.

Aditia tidak sudi jika sampai warisan ayahnya harus jatuh ditangan putra anak dari istri kedua ayahnya sendiri. Bagaimana nasib adik adan ibunya jika hal itu terjadi.

"Carikan aku seorang wanita yang mau bekerja sama denganku."

"Wanita? Bukannya kamu sudah tidak ingin berurusan dengan seorang wanita bro." Ledek temannya.

"Sudah. Aku akan membayarnya. Ia cukup menjadi istri bohongan."

"Bagaimana jika kamu sampai benar-benar jatuh cinta padanya?" Canda temannya lagi.

"Itu tidak akan terjadi." Aditia yakin tidak akan lagi jatuh cinta pada seorang wanita.

Sementara Amira wanita yang sangat membutuhkan pekerjaan untuk ayahnya berobat mendapat tawaran dari temannya.

"Aku mendapat kabar dari pacarku katanya ada temannya mencari seorang wanita untuk dijadikan pacar bohongan. Barangkali kamu minat?" kata Mawar sahabat Amira.

"Pacar? Kamu yakin? Tapi aku tidak mengenal pacaran.

"Sudahlah. Terima saja dulu. Lumayan bayarannya untuk kamu gunakan ayahmu berobat."

Amira cukup lama berfikir. Pada akhirnya ia pun setuju. Mawar pun menelpon pacarnya, Jika sahabatnya, Amira setuju.

"Aku sudah menemukan wanita untukmu. Besok kamu bertemu dengannya di sebuah Kafe." Kata Rio.

"Baiklah. Kamu atur saja. Besok aku akan menemuinya dan siapkan kerja kontraknya," Kata Aditia dibalik telpon.

Usai menelpon Aditia duduk memikirkan apa yang akan dilakukannya untuk misi selanjutnya. Ia harus meyakinkan pada ayahnya. Bila perlu ia ingin ayahnya menceraikan ibu tirinya. Aditia berfikir bagaimana cara mencari bukti jika putra ayahnya yang dianggap anak kandungnya itu bukan darah daging ayahnya melainkan anak orang lain.

Kebohongan yang dibuat oleh ibu tirinya harus berakhir. Aditia benar-benar hanyut dalam pikirannya sendiri sampai ia tertidur. Nasibnya sungguh dikatakan kurang beruntung sebagai anak seorang pengusaha sukses.

***

Esok hari tepat waktu dan tempat Amira sudah berada di kafe. Ia duduk seorang diri sedang menunggu seseorang. Jika bukan karena kebutuhan Amira tidak ingin melakukan kebohongan ini.

Ayahnya tidak pernah mengajarkannya berbohong apalagi berpacaran. Sungguh diluar ilmu pengetahuan yang diajarkan ayahnya.

Amira menganggap ilmu agama yang selama ini diajarkan gurunya seakan sirna. Amira melihat sekeliling. Cukup bersyukur karena mesti harus duduk berduaan dengan tuan Aditia sebentar tidak mesti duduk berduaan.

"Oh Tuhan, ini pilihan tidak benar. Aku tahu, tapi aku butuh uang secepatnya," batin Amira.

Berulang kali Amira melihat jam di ponselnya. Cukup lama sudah dirinya menunggu di sana.

Sementara Aditia sudah diparkiran sedang menerima chat dari temanya. 'Wanita itu memakai gaun warna Pink, duduk di meja no 10. ingat meja no 10 namanya Amira'.

Aditia masuk dalam kafe mencari sosok wanita yang dimaksud temannya. Dari sekian beberapa pengunjung hanya satu orang berbaju pink duduk di kursi dengan meja no 10 sesuai yang dimaksud temannya.

Aditia mengerutkan keningnya. Wanita yang dimaksud ternyata memakai hijab. Tidak salah? Aditia tidak pernah menyangka jika seorang wanita berhijab mau jadi istri bohongannya. Adita cukup penasaran, Karena ia hanya melihat dari arah belakang.

Aditia berdeham dengan kedua tangannya dimasukkan dalam saku celananya. Amira mengangkat kepalanya. Dengan cepat Amira membuang pandangannya.

Pandangan pertama membuat Aditia tidak berkedip. Sosok wanita berhijab di depannya membuatnya salah tingkah.

"Kenalkan aku Aditia." Aditia mengulurkan tangannya, namun Amira justru tersenyum sambil menyebut namanya.

Dengan terpaksa Aditia menarik tangannya dan meminta Amira kembali duduk.

Sambil mengecup tangannya Aditia berkata, "Apa karena tanganku bau?"

"Maksud tuan?" Tanya Amira kurang mengerti.

"Aku ingin berkenalan denganmu tapi kamu mengabaikannya."

"Maaf, tuan. Saya tidak biasa berkenalan seperti itu."

"Benarkah? Kamu jangan munafik. Buktinya hari ini kamu datang di sini. Itu artinya kamu siap jadi istri bohonganku. Bukankah berbohong dosanya lebih besar?" Aditia meledek.

"Apa? Bukankah pacar bohongan?" kata Amira menjelaskan.

"Aku tidak butuh pacar. Yang aku butuhkan istri. Tapi, istri bohongan." Aditia menatap kedua bola mata gadis itu.

"Kalau begitu ... aku... mau kita

ba—"perkataan Amira terpotong dengan suara Aditia.

"Tidak ada kata batal. Aku tidak suka rencanaku gagal. Kamu harus mau." Paksa Aditia terus menatap kedua bola mata gadis itu yang terlihat sedikit ketakutan.

"Kamu mau ayahmu meninggal, jika tidak mendapat pertolongan?" Sahut Aditia ketika Amira hendak berdiri dari tempatnya. "Kamu cukup menandantangani kontrak sebagai istri bohonganku. Dan hari ini juga kamu dapat uangnya. Tapi ingat, jangan coba-coba menipuku," Ancam Aditia.

Amira terdiam ditempat dan berfikir kembali. Ia ingin menolak, tapi disisi lain ayahnya membutuhkan uang. Bingung. harus bagaimana?

"Duduklah. Kita bisa bicarakan, Nona," Kata Aditia lagi.

Dengan pelan Amira duduk dan melepaskan tasnya disampingnya.

"Darimana Tuan tahu aku membutuhkan uang ini untuk pengobatan ayahku?" kata Amira.

"Aku tahu semuanya. Bahkan jika aku ingin tahu siapa dirimu aku bisa lakukan. Tapi, itu tidak penting bagiku. Yang terpenting sekarang kamu harus mau jadi istri bohonganku." Aditia menyeruput minumannya beberapa teguk.

"Kenapa kau terlihat gemetar. Aku tidak akan memakanmu. Santailah, Nona." Aditia merasa lucu dengan gadis di depannya.

Aditia pun menatap gadis itu dan berkata, "kau cukup mengaku bahwa kita benar sepasang suami istri di hadapan kedua orang tuaku nantinya. Jika, mereka meminta kita bermalam dirumahnya kau harus mau satu kamar denganku."

"Apa? Itu tidak mungkin! Kau dan aku bukan mahram. Bagaimana bisa kita satu kamar?" suara Amira tiba-tiba terdengar cukup besar tidak seperti suara sebelumnya. Juga terdengar sangat pemberani.

Aditia semakin tertantang mendengar ketegasan Amira membahas tentang mahram.

"Andai tidak terpaksa. Aku tidak akan pernah mau melakukan hal tidak wajar ini, tuan."

Aditia tertawa mendengar pengakuan Amira. "Jadi, karena uang kamu rela melakukan ini? Jika seandainya aku meminta kamu melayaniku dan membayarnya melebihi dari ini apa kamu juga mau?"

Plak! Satu tamparan tepat mengenai pipi Aditia yang membuatnya meringis.

"Jaga ucapan anda tuan! Aku sangat menghargai kehormatanku sebagai wanita dan melakukan ini masih dalam hal wajar. Walau aku harus membuang rasa takutku pada Tuhanku. Aku sudah bekerja dengan berbagai pekerjaan, akan tetapi uang yang aku butuhkan masih belum cukup, sementara waktu yang diberikan terbatas untukku." Jelas Amira dengan sorot matanya yang tajam.

"Kehormatan? Anda membahas tentang kehormatan. Oya? Itu seperti dongeng buat saya. Wanita diluar sana menjual kehormatannya demi uang. Aku tidak percaya anda akan mempertahankan itu, jika sudah melihat jumlahnya," ledek Aditia yang belum jera.

"Stop tuan! Aku bukan gadis di luar sana yang anda samakan. Asal anda tahu, kehormatan bagi saya adalah izzah dan menjaganya adalah iffah. Memang sulit menjaga izzah itu. Namun, dibalik kesulitan itu seorang wanita mampu mendapat kemuliaan. Maka dasar dari makna kehormatan itu sendiri adalah akhlak, memiliki rasa malu, ketika seorang wanita memiliki rasa malu maka dirinya akan takut melakukan hal yang bisa menghilangkan iffah mereka."

"Sudahlah. Aku tidak ingin berdebat denganmu. Anda menampar saya dengan tanpa rasa bersalah? Jika saya melaporkanmu kamu bisa masuk penjara." Kata Aditia kembali ingin melihat rekasi Amira.

"Silahkan saja. Aku tidak takut. Asal anda tahu. Aku tidak menampar Anda, jika Anda tidak memancing saya."

Aditia semakin salut dengan ketegasan Amira. Ia tidak berharap perkataan itu. Ia mengira amura akan memohon untuk tidak dilaporkan. Ternyata ia salah.

"Tunggu! Cegah Aditia.

"Aku minta maaf." Kata Aditia entah mengapa hatinya menjadi luluh.

Amira berbalik. "Jika anda menganggap uang adalah segalanya bagiku. Anda salah. Aku tidak akan pernah merusak kehormatanku hanya kerena uang.

Terpopuler

Comments

Idham Adhang

Idham Adhang

Aku padamu Author

2022-11-05

1

Idham Adhang

Idham Adhang

hmmm....

2022-11-05

1

Idham Adhang

Idham Adhang

awas jatuh cinta sama Amira,,😁😁

2022-11-05

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pertemuan Aditia dan Inayah
2 Bab 2 Kembali kerumah
3 Bab 3 Mengantar Aditia
4 Bab 4 Bertemu Dengan Masa Lalu
5 Bab 5. Mengenang Masa Lalu
6 Bab 6. Luka Terkuak Kembali
7 Bab 7. Frustasi
8 Bab 8 Di lema
9 Bab 9 Perasaan Yang Rumit
10 Bab 10 Lamaran
11 Bab 11. Aditia mendapatkan ingatannya.
12 Bab 12. Tidak Saling Memiliki
13 Bab 13. Keputusan Inayah Keikhlasan Aditia
14 Bab 14. Kata Hati
15 Bab 15. Pertemuan Tidak Terduga
16 Bab 16. Kepergian Aditia
17 Bab 17. Hari Bahagia
18 Bab 18. Pertama Bagi Inayah
19 Bab 19. Malam Yang Panjang
20 Bab 20. Kekasih halal
21 Bab 21 Sesak di Dada.
22 Bab 22. Salah Menilai
23 Bab 23. Tak Tersentuh
24 Bab 24. Sesal
25 Bab. 25 Mengikuti kemauan Ibu
26 Bab 26. Terlalu Menyakitkan
27 Bab 27. Wasiat
28 Bab 28. kembalinya Aditia dan Duka Inayah.
29 Bab 29. Kabar Duka
30 Bab 30. Pertemuan Tidak Terduga
31 Bab 31. Pertemuan Singkat
32 Bab 32. Terkuaknya Sebuah Fakta Yang Sebenarnya.
33 Bab 33. Memaafkan
34 Bab 34. Kepergian Adam
35 Bab 35. Rencana Aditia
36 Bab 36. Menatap Dari Jauh
37 Bab 37. Penawaran Aditia
38 Bab 38. Kekesalan Inayah Kemenangan Aditia
39 Bab 39. Menemui Inayah
40 Bab 40. Ke putusan Inayah
41 Bab 41. Tentang Rasa
42 Bab 42. Kata Hati.
43 Bab 43. Mendebarkan
44 Bab. 44 Denyut Jantungku
45 Bab 45. Janji Suci
46 Bab 46. Malam Resepsi
47 Bab 47. Berat Berpisah
48 Bab 48. Menghabiskan Waktu Bersama
49 Bab 49. Perhatian
50 Bab 50. Cemburu lagi
51 Bab 51. Kejujuran
52 Bab 52. Rindu
53 Bab 53. Dilema
54 Bab 54. Kabar Gembira
55 Bab 55. Penjelasan Amira
56 Bab 56. Cerita Alina
57 Bab 57. Tentang Perasaan
58 Bab 58. Berjuang Tanpa Suami
59 Bab 59. Permintaan Inayah
60 Bab 60. Naluri Seorang Istri
61 Bab 61. Rapuh Tanpamu
62 Bab 62. Penyemangat Aditia
63 Bab 63. Permintaan Tuan Subari
64 Ban 64. Pengharapan Aditia
65 Bab 65. Kesediaan
66 Bab 66. Sifa Vs Zaki
67 Bab 67. Rencana Aditia dan Inayah
68 Bab 68. Harapan Inayah
69 Bab 69. Merajuk Bahagia
70 Bab 70. Bakti Seorang Istri
71 Ban 71. Terpksa Setuju
72 Bab. 72 Rayyan vs Aditia
73 Bab 73 Kelucuan Rayyan
74 Bab. 74 Kembalinya Aditia dan Inayah
75 Bab 75. Rencana Bulan Madu
76 Bab. 76 Kecurigaan Aditia
77 Bab. 77. Pernikahan Sifa
78 Bab 78. Perpisahan Sifa
79 Bab 79. Pertemuan Sifa dan Yolanda
80 Bab. 80 Rasa Penasaran Aditia
81 Bab. 81 Berita Tak Terduga
82 Bab. 82 Masalah Baru
83 Bab. 83 Cerita Tuan Subari
84 Bab 84. Menemui Marina
85 Bab 85. Tersampaikan
86 Bab 86. Klarifikasi
87 Bab 87. Cucu Kedua
88 Bab 88. Tanda Tanya
89 Bab. 89 Dua Garis Merah
90 Bab 90. Rasa Itu Mulai Hadir
91 Bab 91. Kurang Sehat
92 Bab 92. Kado Spesial
93 Bab 93. Jangan Pergi
94 Bab 94. Pesan Aditia
95 Bab 95. Periksa kandungan
96 Bab 96 Berita Buruk
97 Bab 97. Kembalilah Untukku
98 Bab 98. Kontraksi
99 Bab 99. Mengapa Tidak Jujur
100 Bab 100. Komplikasi
101 Bab 101. Mencintaimu
102 PENGUMUMAN NOVEL BARU
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 Pertemuan Aditia dan Inayah
2
Bab 2 Kembali kerumah
3
Bab 3 Mengantar Aditia
4
Bab 4 Bertemu Dengan Masa Lalu
5
Bab 5. Mengenang Masa Lalu
6
Bab 6. Luka Terkuak Kembali
7
Bab 7. Frustasi
8
Bab 8 Di lema
9
Bab 9 Perasaan Yang Rumit
10
Bab 10 Lamaran
11
Bab 11. Aditia mendapatkan ingatannya.
12
Bab 12. Tidak Saling Memiliki
13
Bab 13. Keputusan Inayah Keikhlasan Aditia
14
Bab 14. Kata Hati
15
Bab 15. Pertemuan Tidak Terduga
16
Bab 16. Kepergian Aditia
17
Bab 17. Hari Bahagia
18
Bab 18. Pertama Bagi Inayah
19
Bab 19. Malam Yang Panjang
20
Bab 20. Kekasih halal
21
Bab 21 Sesak di Dada.
22
Bab 22. Salah Menilai
23
Bab 23. Tak Tersentuh
24
Bab 24. Sesal
25
Bab. 25 Mengikuti kemauan Ibu
26
Bab 26. Terlalu Menyakitkan
27
Bab 27. Wasiat
28
Bab 28. kembalinya Aditia dan Duka Inayah.
29
Bab 29. Kabar Duka
30
Bab 30. Pertemuan Tidak Terduga
31
Bab 31. Pertemuan Singkat
32
Bab 32. Terkuaknya Sebuah Fakta Yang Sebenarnya.
33
Bab 33. Memaafkan
34
Bab 34. Kepergian Adam
35
Bab 35. Rencana Aditia
36
Bab 36. Menatap Dari Jauh
37
Bab 37. Penawaran Aditia
38
Bab 38. Kekesalan Inayah Kemenangan Aditia
39
Bab 39. Menemui Inayah
40
Bab 40. Ke putusan Inayah
41
Bab 41. Tentang Rasa
42
Bab 42. Kata Hati.
43
Bab 43. Mendebarkan
44
Bab. 44 Denyut Jantungku
45
Bab 45. Janji Suci
46
Bab 46. Malam Resepsi
47
Bab 47. Berat Berpisah
48
Bab 48. Menghabiskan Waktu Bersama
49
Bab 49. Perhatian
50
Bab 50. Cemburu lagi
51
Bab 51. Kejujuran
52
Bab 52. Rindu
53
Bab 53. Dilema
54
Bab 54. Kabar Gembira
55
Bab 55. Penjelasan Amira
56
Bab 56. Cerita Alina
57
Bab 57. Tentang Perasaan
58
Bab 58. Berjuang Tanpa Suami
59
Bab 59. Permintaan Inayah
60
Bab 60. Naluri Seorang Istri
61
Bab 61. Rapuh Tanpamu
62
Bab 62. Penyemangat Aditia
63
Bab 63. Permintaan Tuan Subari
64
Ban 64. Pengharapan Aditia
65
Bab 65. Kesediaan
66
Bab 66. Sifa Vs Zaki
67
Bab 67. Rencana Aditia dan Inayah
68
Bab 68. Harapan Inayah
69
Bab 69. Merajuk Bahagia
70
Bab 70. Bakti Seorang Istri
71
Ban 71. Terpksa Setuju
72
Bab. 72 Rayyan vs Aditia
73
Bab 73 Kelucuan Rayyan
74
Bab. 74 Kembalinya Aditia dan Inayah
75
Bab 75. Rencana Bulan Madu
76
Bab. 76 Kecurigaan Aditia
77
Bab. 77. Pernikahan Sifa
78
Bab 78. Perpisahan Sifa
79
Bab 79. Pertemuan Sifa dan Yolanda
80
Bab. 80 Rasa Penasaran Aditia
81
Bab. 81 Berita Tak Terduga
82
Bab. 82 Masalah Baru
83
Bab. 83 Cerita Tuan Subari
84
Bab 84. Menemui Marina
85
Bab 85. Tersampaikan
86
Bab 86. Klarifikasi
87
Bab 87. Cucu Kedua
88
Bab 88. Tanda Tanya
89
Bab. 89 Dua Garis Merah
90
Bab 90. Rasa Itu Mulai Hadir
91
Bab 91. Kurang Sehat
92
Bab 92. Kado Spesial
93
Bab 93. Jangan Pergi
94
Bab 94. Pesan Aditia
95
Bab 95. Periksa kandungan
96
Bab 96 Berita Buruk
97
Bab 97. Kembalilah Untukku
98
Bab 98. Kontraksi
99
Bab 99. Mengapa Tidak Jujur
100
Bab 100. Komplikasi
101
Bab 101. Mencintaimu
102
PENGUMUMAN NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!