Firas menbawa sepeda Aida menuju ke belakang mobilnya. Aida mengikuti Firas sambil berjalan dengan pincang. Kemudian Firas membuka bagasi mobilnya dan mengangkat sepeda Aida dimasukkan ke dalam bagasi mobil. Untung mobil Firas sebuah sedan mewah sehingga bagasinya cukup luas.
“Muatkan,” kata Firas.
“Sekarang kamu masuk ke mobil! Saya antar kamu pulang,” kata Firas.
Aida berjalan menuju pintu penumpang yang berada di sebelah kemudi dan kemudian masuk ke dalam mobil. Firas memperhatikan Aida dari belakang lalu menarik nafas lega karena Aida akhirnya mau diantar pulang. Kemudian Firas masuk ke dalam mobil dan mobil pun melaju.
“Nama kamu siapa?” tanya Firas sambil menyetir.
“Nama saya Aida,” jawab Aida.
“Saya Firas,” kata Firas.
Aida langsung menoleh ke arah Firas begitu mendengar nama laki-laki itu adalah Firas.
“Kenapa?” tanya Firas yang melihat gerak-gerik Aida dari ujung matanya.
“Namanya mirip seperti nama teman direktur tempat saya bekerja,” jawab Aida.
Firas langsung menoleh ke Aida.
“Oh, ya?” tanya Firas.
“Iya,” jawab Aida.
“Kamu pernah melihat teman direktur kamu itu?” tanya Firas kembali fokus ke depan.
“Belum pernah,” jawab Aida.
Aida melihat plang Indo juli di depannya, pertanda sudah sampai di depan rumahnya.
“Di depan berhenti, ya.” Aida menunjuk ke minimarket indojuli.
Firas menyalakan sein mobil ke kiri dan memarkirkan mobil di halaman minimarket Indojuli. Kemudian Firas membuka kaca jendela mobilnya.
“Bang, numpang parkir, ya,” kata Firas kepada Tukang parkir Indojuli.
“Iya, Mas,” jawab tukang parkir.
“Terima kasih, Bang,” ucap Firas kemudian menutup kembali kaca jendela.
“Ayo turun,” kata Firas sambil mematikan mesin mobilnya.
Aida keluar dari mobil Firas.
“Oh…ternyata Mbak Aida, saya kirain tamunya siapa?” sahut tukang parkir ketika melihat Aida keluar dari mobil.
Firas keluar dari mobil lalu menuju ke bagasi mobil dan mengeluarkan sepeda Aida dari dalam bagasi kemudian menutup kembali bagasi mobilnya.
“Terima kasih, Pak Firas,” ucap Aida.
“Saya bantu bawa sepedanya,” kata Firas dan mengambil alih stang sepeda dari tangan Aida.
“Tidak usah, Pak! Rumah saya sudah dekat,” tolak Aida.
“Tidak apa-apa, kasihan kaki kamu masih sakit,” kata Firas.
Firas mendorong sepeda Aida menuju ke jalan yang berada di samping mini market Indojuli. Aida menghela nafas melihat Firas yang berusaha untuk balas budi kepada Aida. Aida berjalan di belakang Firas dengan kaki yang pincang karena menahan rasa sakit pada bagian pinggulnya.
Jalan menuju ke rumah Aida sebenarnya cukup besar, hanya saja susah untuk parkir mobilnya.
“Stop, Pak!” seru Aida.
Firas menoleh ke belakang, “Di sini?” tanya Firas.
“Iya,” jawab Aida.
Aida membuka pintu pagar rumah kecil bercat putih yang berada di sebelah kiri Firas. Firas membawa sepeda masuk ke halaman rumah itu.
“Assalamualaikum,” ucap Aida sambil mengetuk pintu rumah.
“Waalaikumsalam.” Terdengar suara Ibu Ida dari dalam rumah.
Ibu Ida membukakan pintu rumahnya.
“Bagaimana keadaan Maira sekarang?” tanya Aida kepada Ibu Ida sambil masuk ke dalam rumah.
Aida melupakan Firas yang masih berdiri di halaman rumah.
“Masih panas, tapi sekarang Maira sedang tidur,” jawab Ibu Ida.
Aida masuk ke dalam kamar. Ibu Ida melihat Firas yang berdiri di halaman rumah Aida sambil memegang sepeda Aida.
“Silahkan masuk, Pak. Sini sepedanya saya bawa masuk,” kata Ibu Ida.
Firas memberikan sepeda Aida kepada Ibu Ida. Ibu Ida membawa masuk sepeda Aida. Firas mengikuti Ibu Ida dari belakang.
“Silahkan duduk, Pak,” kata Ibu Ida.
Firas duduk di kursi yang berada di ruang tamu. Firas memindai rumah Aida. Sebuah rumah yang cukup kecil seukuran dengan perumahan BTN type 21. Ruang tamu menyatu dengan ruang keluarga hanya saja dipisahkan dengan menggunakan sketsel. Di dinding ruang tamu hanya ada foto Aida berdua dengan anak perempuan yang usianya kira-kira satu tahun.
Kemana suaminya? Kok tidak ada fotonya? tanya Firas di dalam hati.
Apa jangan-jangan……. Ah….itu bukan urusanku, kata Firas di dalam hati.
Tak lama kemudian Ibu Ida datang membawa secangkir teh.
“Silahkan diminum, Pak,” kata Ibu Ida.
“Terima kasih,” ucap Firas.
Kebetulan Firas haus karena tadi ia habis berlari. Firas langsung meminum teh yang disajikan oleh Ibu Ida hingga habis.
Tiba-tiba Aida keluar dari kamarnya sambil menggendong anak batita. Aida kaget melihat Firas sedang duduk di ruang tamunya.
“Loh, Bapak masih di sini?” tanya Aida kepada Firas.
“Tadi Bapak ini berdiri di depan teras sambil memegang sepedamu. Jadi Ibu suruh ia masuk.” Ibu Ida mencoba menjelaskan.
“Kamu mau kemana?” tanya Firas.
Firas melihat Aida menggedong bayi yang sedang tidur sambil membawa tas sepertinya hendak pergi.
“Saya mau bawa anak saya ke puskemas,” jawab Aida.
Firas langsung berdiri dari tempat duduk, “Saya antar.”
“Tidak usah, saya sudah banyak merepotkan Bapak,” tolak Aida.
“Saya tidak merasa direpotkan. Saya hanya balas budi karena kamu sudah menyelamatkan mobil saya dari maling pecah kaca mobil,” jawab Firas.
“Ya sudah kalau memang itu keinginan Bapak. Tapi hanya mengantar saja, ya!” kata Aida.
“Oke,” jawab Firas.
Aida beralih ke Ibu Ida.
“Saya pergi dulu, Bu. Titip rumah ya, Bu,” kata Aida.
“Ya, hati-hati di jalan. Kalau ada apa-apa telepon Ibu, ya!” kata Ibu Ida.
“Ya, Bu. Assalamualaikum,” ucap Aida.
“Waalaikumsalam,” balas Ibu Ida.
Aida keluar dari rumahnya.
“Saya pamit dulu, Bu. Assalamualaikum,” ucap Firas.
“Waalaikumsalam,” balas Ibu Ida.
Firas pun keluar dari rumah Hanifa dan berjalan menyusul Aida.
“Lukamu belum diobati,” kata Firas ketika melihat luka lecet-lecet Aida masih belum diobati.
“Tidak sempat, sekarang saya harus ke puskemas anak saya sakit panas,” jawab Aida sambil jalan tergesah-gesah.
Firas menempelkan tangannya di kening anak yang digendong Aida.
“Panas sekali,” ujar Firas setelah menyentuh kepala anak itu.
“Saya tadi cepat-cepat pulang, karena anak saya panas tinggi,” kata Aida.
“Kamu sudah menelepon suami kamu?” Tanya Firas yang berusaha berjalan sejajar dengan Aida.
“Saya tidak punya suami. Saya belum menikah,” jawab Aida.
Firas kaget mendengar jawaban Aida.
“Terus anak ini?” tanya Firas.
“Maira adslah anak angkat saya. Saya menemukannya di pinggir sungai ketika ada seorang wanita setengah baya hendak membuangnya ke sungai,” jawab Aida.
“Oh….,” kata Firas.
Akhirnya mereka sampai di Indojuli tempat Firas memarkirkan mobilnya, Firas membuka kunci pintu mobilnya dengan menggunakan remote. Lalu membukakan pintu untuk Aida. Setelah itu barulah Firas masuk ke dalam mobilnya. Firas menjalankan mobilnya dan memberikan uang sebesar sepuluh ribu rupiah kepada tukang parkir.
“Terima kasih, Pak,” ucap tukang parkir.
“Hm,” balas Firas sambil menganggukkan kepalanya.
Mobil Firaspun melaju di jalan raya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Sandisalbiah
Sudah gadis baik..
2023-11-14
1
rindi yesna wati
🥰😋😻😻🤣☺️💟💟🥳😚🌹😂🌷🤩😁💝🤗❤👱♀️😗😗💖😍🎉💗💌💞😘
2022-09-10
1
Yani
Seru ni
2022-08-25
1