" Udawa..."
" Ya,"
" Besok aku ingin bicara sesuatu padamu? "
" kenapa tidak sekarang saja yanti?"
" Cobalah panggil aku dengan Riri, yanti rasanya terlalu 90-an untuk aku yang milenial"
" Seharusnya kamu protes pada bapak mu yanti, bukan padaku "
" kalau aku protes pada bapakku, apakah kamu mau menikahi ku? hi..hi.. "
" Baiklah, tak usah kau protes pada bapak mu soal nama yang di diberikannya, karena aku masih ingin tebar pesona pada gadis-gadis kampung sebelah tidak mau buru-buru menikah"
" kadang aku membenci diri sendiri karena menyukai mu udawa"
" bisa ku tebak, besok kau ingin bilang kau mencintai ku, bukan begitu yanti?"
" Dan aku merasa semakin benci dengan diriku, karena menyukai pria yang terlalu percaya diri"
" Sudahlah Yan, aku pulang dulu tak akan ada habisnya bila kita terus berdebat, sayang waktuku terus disini padahal kucing ku di rumah belum makan"
" Sudahlah, aku pun semakin benci diriku sendiri"
Yanti dan Udawa memilih jalan masing-masing, Udawa pulang ke rumahnya di batas kampung, sedangkan Riyanti dengan hati yang sedikit kesal menuju rumah Adnan sahabat karibnya sejak kecil.
" Ri, kenapa muka mu masam begitu? "
" Aku merasa jijik pada diriku sendiri"
" Bukannya dari dulu begitu ?"
"Diam kau Adnan Rifaldi, kau teman ku bukan? buat hatiku bahagia"
" Hmmm...baiklah apa yang buatmu bahagia? cinta? "
" Seblak, Adnanyanto"
" Sudah pasti "
" Carikan aku seblak sekarang, Adnan"
" Baiklah Ibu Riyanti Rifaldi "
" Hmmmmm"
Riyanti memandang keluar rumah teras Adnan, sejuk sedang suasana sore hari itu, mentari sudah bersiap pulang ke peraduannya, awan putih agak kehitaman menutupi sebagian sinar matahari sore sehingga terlihat sekelebat ukiran pelangi di langit kekuningan.
Apakah yang akan disampaikan Riyanti kepada Udawa besok hari?...
❤️❤️❤️
Comments