AWAL MULA
Waktu menunjukkan pukul 11 malam, seorang gadis terlihat sedang menunggu bakso yang ia pesan, angin berhembus dengan bulan dan bintang yang bersinar dengan terangnya.
Tidak tahu apa yang gadis ini pikirkan mungkin ia tidak mempunyai rasa takut, bagaimana bisa ia membeli bakso ditengah malam begini, bahkan sendirian.
Mang Ujang
Ini neng Citra baksonya
Citra
Oh iya mang Ujang, ini uangnya, 10 ribu kan ya?
Citra menyodorkan uang 10 ribu kepada mang Ujang, lalu segera melangkah pulang.
Citra
Ku kira kita asam dan garam~
Citra berjalan dengan santai sambil bersenandung, dengan earphone terpasang ditelinganya, memutarkan lagu yang berjudul 'Hati-hati di jalan ' yang dinyanyikan Tulus itu. Memejamkan matanya sambil berjalan merasakan angin malam yang menerpa diwajahnya.
Citra tidak memperhatikan jalan, karena ia terlalu asik dengan dunianya sendiri, sampai tidak melihat ada batu besar didepannya.
Angin dingin berhembus diwajahnya tiba-tiba, seketika ia merinding.
Citra
Buset, apaan tuh yang lewat?
Citra melihat sekeliling, ia berdiri tepat dibawah pohon mangga yang berada disamping rumahnya.
Matanya seperti sedang mencari sesuatu namun tidak ditemukannya, kali ini hati dan pikirannya seperti membahas hal yang sama, disatu titik matanya tertuju pada ujung pohon mangga, ia melihat apa yang tadi ia cari.
Kuntilanak bertengger diujung pohon mangga, menatap Citra yang diam membeku, mata mereka pun saling bertemu. Sampai suatu waktu, tiba-tiba kuntilanak itu tertawa cekikikan
mb kunti
hihihihihihahahaha~
Citra tersadar dari lamunannya, ia segera berlari kedalam rumahnya lalu membanting pintu.
Citra
Abang! Bang Revan! Gue t-tadi habis lihat kuntilanak di pohon mangga!
Teriaknya lalu menyelonong masuk ke kamar Revan, kakaknya.
Revan
Salah liat mungkin lo!
Jawab Revan dengan santai. Revan sebenarnya tau jika ada mbak kunti dipohon mangga, karena ia juga sering melihatnya ketika ia baru pulang nongkrong ditengah malam.
Namun Revan tidak menghiraukannya, jika Revan memberi tahu adik perempuannya itu, Citra tidak akan mau tinggal dirumah ini lagi karena takut. 'sialan tuh kuntilanak, ngapain ngeliatin wujudnya ke adek gue njir' batinya.
Percayalah, Revan begitu tenang menghadapi adiknya padahal sebenarnya hatinya ketar ketir karena ketakutan juga.
Citra
Nggak bang! Liat sendiri sono, kuntinya nungguin gue di depan rumah
Bantah Citra yang sedang bersembunyi dibalik selimut.
Revan
Udah sih Cit, sana tidur ke kamar lo lagian lo tengah malem keluar ngapain?
Citra menjawab sambil mengangkat bungkus plastik yang berisi bakso, memperlihatkan kepada Revan.
Revan berdecak sambil memasang mata malasnya.
Citra berdiri dari posisinya tadi,
Citra
Lah, biarin--urusan perut itu nggak bisa ditunda, harus segera di atasi sekalipun ketemu mbak kunti dipohon mangga, sekian terimakasih
Citra tersenyum lebar namun terpaksa, lalu ia membalikkan badanya berjalan menuju ke kamarnya.
Sesampainya didepan kamarnya, Citra menoleh ke jendela ruang tamu yang gordennya belum tertutup,
Citra
anjing, dia masih disitu ******
mbak kunti berdiri disana dengan tatapan tajam, muka hancur dengan mulut yang tersenyum dengan lebar sampai ke telinga.
Citra langsung berlari kedalam kamarnya lalu menyalakan semua lampu yang ada dikamarmya dan tidak lupa dengan menutup kelambu jendela agar mbak kunti tidak mengintipnya. Mungkin malam ini ia akan tidur dengan semua lampu yang menyala, dengan begitu hatinya akan tenang.
Citra
Bakso gue jadi dingin kan, gara-gara mbak kunti nih nyegat gue di bawah pohon, kurang kerjaan banget tuh mbak kunti
gerutunya sambil membuka bungkus bakso yang tadi ia beli.
Fyi: kamar citra lengkap dengan berbagai kelengkapan makan, ada dispenser, kompor listrik, mangkok, piring, gelas, alat makan, banyak deh pokoknya.
Citra memakan baksonya sampai tidak tersisa,
Citra
Bakso mang Ujang emang nggak ada lawan deh
beberapa menit ia terdiam membiarkan bakso yang ia makan tadi bisa tercerna diperutnya.
Waktu menunjukkan sudah tengah malam, matanya yang dari tadi menahan kantuk akhirnya terpejam. Beberapa menit Citra memejamkan matanya tiba-tiba jendela kamar yang tadi tertutup tiba-tiba terbuka, angin dingin yang berhembus dengan kencang, lampu yang tadinya menyala dengan terang tiba-tiba padam, hanya sinar rembulan yang menyinari kamar Citra.
Terlihat sesosok perempuan berbaju merah lusuh dengan wajah rusak dan kaki yang tidak menapak menyeringai di jendela kamar Citra. Namun tidak membangunkan tidur Citra, gadis itu tetap memejamkan matanya.
Ayam jago sudah mulai berlomba-lomba berkokok untuk mengawali hari, matahari sudah mulai terbit, cahayanya sudah menembus ke jendela kamar Citra, membuat ia terbangun karena silaunya tembus dari kelambu putih tipis itu.
lenguhan Citra sambil tubuhnya menggeliat meregangkan otot-ototnya.
Citra
Heumm, bau angin pagi
Citra menghirup udara yang sejuk dipagi hari, sambil mengingat tadinya ia akan melakukan apa.
Ia segera beranjak dari tempat tidurnya menuju ke kamar mandi untuk mandi, ia harus bersekolah.
Tidak butuh waktu lama, ia sudah keluar dari kamar mandi dengan keadaan segar dengan pakaian seragam sekolah yang sudah melekat pada tubuhnya.
Setelah itu--ia harus menyiapkan sarapan untuknya dan kakaknya, ketika pagi mungkin ia dan kakanya hanya bisa memakan roti dengan selai dan segelas susu, mau membuat nasi goreng atau semacamnya? Tidak akan sempat, sekolahnya berada di kota sedangkan Citra tinggal di tempat terpencil, butuh waktu lima belas menit untuk sampai ke sekolahnya.
Bukan karena tidak mampu jika ia tinggal di tempat terpencil seperti itu--melainkan karena ia suka suasana di desa itu. Mempunyai tetangga yang ramah dan suasana lingkungan yang nyaman membuatnua betah tinggal di sana.
Citra
Abang! Sarapannya udah ada dimeja ya, Citra berangkat dulu
Pamit Citra dengan sedikit berteriak
Dibalas teriakan juga oleh Revan, karena ia sedang dikamar mandi, bersiap untuk bekerja.
Citra berjalan menuju pangkalan ojek didekat rumahnya, sebenarnya bisa saja ia mengendarai sepeda motor yang ada dirumahnya, namun ia sedang malas mengendarainya jadilah ia memilih naik ojek saja.
Citra
Pak Yadi, anterin saya ke sekolah
pinta Citra dengan ramah.
Pak Yadi
Ayo atuh neng Citra, naik
Dibalas anggukan oleh Citra, ia segera menaiki motor pak Yadi.
Perjalanan berlalu dengan aman, Citra sudah sampai di sekolahnya.
Citra
Ini pak Yadi uangnya, makasih ya
Ucap Citra sambil menyodorkan uang 20 ribu kepada pak Yadi,
Pak Yadi
iya neng sama-sama
Citra mulai berjalan di lorong sekolahnya menuju ke kelasnya. Terlihat anak-anak sedang berhamburan masuk ke kelas karena mendengar bell masuk, begitu pun dengan Citra, ia berlari masuk ke kelasnya.
Satu jam--dua jam pelajaran berlalu,
Citra
Hoam, kenapa pelajaran matematika selalu bikin ngantuk
Bel istirahat berbunyi, semua murid berhamburan keluar kelas menuju ke kantin. Saat ini semua warung sudah diisi oleh siswa dan siswi yang mengantri dengan berdesak desakan.
Citra saja sampai bingung harus duduk dimana,
Citra
Ini ngantri makanan apa simulasi train to busan sih heboh banget, males gue mending ke kelas aja tidur
Citra memutuskan kembali ke kelas--ia terlalu malas jika harus mengantri atau berdesak desakan dengan orang orang yang kelaparan.
Matahari sudah berada diatas kepala, hari mulai panas. Sekolah sudah selesai, murid-murid sudah pulang semua. Saat ini hanya ada Citra dan beberapa anak yang sedang menunggu angkutan umum untuk mereka naiki.
Baru saja ia melihat bus yang mengarah ke halte bus, namun di arah berlawanan datang seorang laki-laki berjaket kulit berwarna hitam yang menghampiri Citra.
Citra
Bangsat lo bang, ngagetin aja
Revan datang untuk menjemput Citra, tadi pagi ia melihat motor Citra yang masih ada di garasi rumahnya, jadi ia berinisiatif menjemput adiknya itu agar pulang dengan aman.
Walaupun mereka sering sekali bertengkar karena masalah spele, namun Revan sangat menyayangi Citra, karena kaluarganya yang tersisa hanya adiknya itu, begitupun dengan Citra.
Revan
Ah udahlah--lo mau naik apa nggak? Kalo nggak gue tinggal nih
Citra
Eh! Jangan dong, nanggung udah di sini juga
Citra segera naik ke jok motor Revan sebelum abangnya itu berubah pikiran.
Citra menikmati perjalanan pulangnya, jarang sekali ia bisa jalan berdua dengan abangnya itu. Kasihan dengan Revan, hampir setiap hari ia harus lembur untuk pekerjaannya, jadi tidak ada waktu untuk Citra.
Citra
Bang, langsung pulang kan? Gue ngantuk
Tanya Citra dengan nada lesu.
Revan
Iya lah, gue juga kebetulan pulang awal. Ngantuk mau tidur
Mereka sampai dirumah, Citra berlari ke kamarnya untuk bersih-bersih dirinya. Dari mulai mandi, berganti pakaian, lalu pergi makan. Kebetulan tadi sebelum menjemput dirinya, Revan membeli sate di pinggir jalan.
Citra
Kenyang, bang mau tidur bye
Revan
Dasar, anak gadis apaan lo? Selesai makan langsung tidur, orang mah cuci piring dulu gitu
Citra
Iya iya cuci piringnya nanti pas udah bangun tidur
Revan
Ck, yaudah sana biar gue yang nyuci
Citra
Bang Revan baik deh, sayang deh pokoknya
Citra memuji Revan sambil mengacungkan jempol.
Sementara itu, Revan tersenyum malu mendengar Citra berbicara jika ia sayang padanya. Pasalnya Citra sangat jarang hampir tidak pernah bilang begitu.
Adzan Maghrib berkumandang, Citra baru bangun dari tidurnya.
Citra
Buset, gue tidur atau mati suri?
Ia saja terkejut dengan dirinya sendiri, karena ia tidur hampir setengah hari.
Citra mencari kakaknya itu, di dapur, kamar, ruang tamu, tetap saja tidak ketemu,
Citra
Ia pun mengecek ponsel genggamnya, terlihat notifikasi pesan dari Revan.
Citra
Oalah ke kantor toh. Yaudah, sesuai perintah. Bakso mang Ujang I'm comming
Citra segera mengambil uang lalu jalan ke bakso mang Ujang.
Jalan yang sepi, hanya ada beberapa penerangan lampu jalan yang menyala, tetangga tetangganya pun sudah berada didalam rumah.
Mereka takut jika harus berkeliaran di malam hari, tidak seperti Citra, beli bakso tengah malam alhasil ketemu mbak Kunti.
Citra
Mang, bakso kayak biasanya
Mang Ujang
Siap neng Citra, silahkan duduk
Balas Citra sambil mengacungkan jempol.
Tidak sampai 10 menit, bakso pesanannya sudah jadi. Citra beranjak dari duduknya, membayar baksonya, lalu berjalan pulang. Entah mengapa, ia sedang ingin berjalan di jalan raya, jalan raya yang tidak begitu ramai.
Citra
Kok kayak ada yang ngikutin ya?
Citra menoleh ke belakang, namun nihil tidak ada siapapun.
Lagi-lagi ia seperti ada yang mengikutinya,
Citra
Siapa sih njir, keluar lo! Jangan sembunyi!
Ia menoleh ke belakang lagi, merasa ada yang tidak beres. Ia membalikkan badannya lagi, lalu boom!
sangat terkejut, ada wajah hancur yang ia lihat kemarin dipohon mangga berada tepat didepan wajahnya.
Citra lari sekencang tenaga, sampai satu detik ia membeku kaku, apakah ini akan menjadi saat terakhirnya? Apakah ia tidak bisa diberi kesempatan untuk berpamitan dengan kakaknya? Banyak pertanyaan di benaknya.
Lampu mobil yang menyorotnya semakin mendekat, lalu--
Kejadiannya begitu cepat, tabrakan tidak bisa dihindari, tubuhnya terpental sepersekian meter dari tempatnya berdiri.
Revan berjalan di lorong rumah sakit, nafasnya memburu, mendorong brankar yang ditiduri Citra menuju ke UGD.
Revan
Hiks, Dek? Lo harus bertahan, kalau lo mati gue nggak punya siapa-siapa lagi dek
hisakan Revan terdengar di telinganya, namun tubuhnya kaku tidak bisa digerakkan sama sekali.
'Gue nggak boleh mati, masa gue harus mati gara-gara kuntilanak sih. Kasihan abang gue, nanti sendirian ga ada yang ngabisin duitnya' batinnya.
Sudah seminggu Citra koma, abangnya yang sering lembur sekarang lebih sering menjaga Citra di rumah sakit.
Revan
Dek? Lo nggak capek tidur mulu?
Inilah yang dilakukan Revan, selalu berbicara sendiri, katanya sih supaya Citra nggak kesepian.
Citra
Lo kangen sama gue bang?
Suara Citra terdengar di telinga Revan, namun samar samar.
Revan
Hah? Gue nggak salah dengar kan? Lo udah sadar dek?
Revan masih tidak percaya, namun inilah yang terjadi.
Citra membuka matanya perlahan, ia berada di ruangan yang bernuansa putih dengan suara alat Monitor Holter yang berbunyi dan banyak alat-alat medis yang lain.
Revan
Lo dari kapan sadar?
Citra masih diserbu pertanyaan oleh Revan.
Balasnya sambil tersenyum.
Revan
Huft... syukur deh, mulai sekarang lo, dek! Nggak boleh keluar sendiri, harus gue yang nganter lo
Citra hanya tersenyum melihat tingkah Revan, ia senang jika Revan peduli dengannya walaupun ia harus kecelakaan terlebih dahulu.
Sore menjelang malam, Citra mendapat kabar dari dokter bila ia sudah bisa pulang malam ini, namun jika ia ingin tinggal disini sampai besok pagi pun tidak mengapa. Dua minggu ia pemulihan, akhirnya sudah di izinkan untuk pulang ke rumah.
Citra
Ayo bang, kita pulang
balas Revan sambil mengemasi pakaian Citra.
Mereka memesan taxi untuk pulang ke rumah, sangat senang rasanya ia sudah bisa menghirup udara segar kembali.
Sepanjang perjalanan matanya tertuju pada jalanan yang padat, terjadi kemacetan entah ada apa di sana sampai macet begini. Sampai ia melihat ada kecelakaan mobil, dan korbannya di kekilingi banyak orang, samar samar ia mendengar bahwa orang itu sudah tidak bernyawa.
Mata Citra melotot mendapati apa yang ia lihat saat ini,
Citra
Hah? Gue nggak salah lihat? Itu kan disitu, terus yang berdiri siapa?
Citra berguman pelan sambil menunjuk-nunjuk apa yang baru saja ia lihat dari balik kaca jendela mobil.
Revan melihat adiknya bingung lalu ia bertanya,
sontak suara Revan membuat Citra terkejut.
Pukul 21:00 mereka sampai dirumah, turun dari taxi Citra dikejutkan lagi dengan 'mereka'.
Citra
Bang, lo liat ada cewe berdiri dilampu jalan nggak?
Citra memastikan dengan bertanya kepada Revan.
Revan
Iya, liat. Palingan juga tetangga
Citra
Bang? Kalo manusia pasti ada bayangannya dong, itu ada apa nggak?!
Mengetahui jawaban Citra, mereka langsung berlari masuk ke dalam rumah.
Revan
Dek? Itu beneran yang gue lihat tadi?
Revan bertanya-tanya seolah tidak menyangka apa yang ia lihat.
Balas Citra sambil sedikit menekankan ucapannya.
Citra
Bang asal lo tau, gue kecelakaan gara-gara itu kuntilanak!
Citra
Ck iya, nggak percayaan banget sih lo
Citra memasang mata malasnya.
Revan
Udah-udah, lo tidur gih ke kamar. Baru sembuh juga
Perintah Revan dibalas dengan anggukan oleh Citra.
mb kunti
Vote sama komen ya! Biar aku semakin terkenal
mb kunti
kalau nggak, aku hatuin sampe ke rumah kaliah hihi
Kalau rame bakal aku lanjut, kalau rame ya! atau nggak kalian bisa baca di ******* aku😋
Tapi masih Comming soon ya kalau di WP alias belum di publish😁✌️
nama WP aku: @amelyayuliartini
Instagram: @a.pluviophileee
baca ceritaku yang lain di sana ya🤩
publish: 28 Mei 2022
ini di tulis 2200 kata, banyak banget kan?
Comments