Masih di rumah makan
Annisa baru keluar dari toilet. Fitri menghampirinya.
"Lama amat sih ditoilet! Sepertinya ada sesuatu yang membuatmu lama bersemedi ditoilet!"
"Sesuatu? apa itu? nggak ah, nggak ada apa-apa! lebih baik kita balik kerja, sebelum ratu melihat kemesraan kita, perang dunia pertama akan terulang!" Annisa dan Fitri menahan tawa
sementara Furqan, tujuannya untuk mengawasi Annisa sia-sia. Sudah berjam-jam nongrong, baru sekali melihat Annisa.
"Pelayan!"
Kali ini Egi yang menghampirinya.
"Ia pak, ada yang mau di pesan lagi?"
"Nggak ada. Saya ingin bertemu dengan bosmu. Bisa panggilkan!"
"Baik pak!" Jawab Egi
Egi segera keruangan Bu Farah. Saat Egi hendak mengetuk pintu, Bu Farah lebih dulu membuka pintu.
"Bu, ada pelanggan yang ingin bertemu?"
"Di mana?"
"Di meja nomor 19, Bu!" jawab Egi sambil menunjuk ke arah orang yang di maksud.
"Ya sudah, suruh dia ke ruangan saya!" Perintah Bu Farah pada Egi
Egi pun menghampiri Furqan dan menyuruhnya untuk menemui bos diruangannya.
Furqan mengetuk pintu ruangan Bu Farah.
tok tok
"Masuk! silahkan duduk!"
Furqan duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan itu. Karena ingin secepatnya pulang, dirinya langsung ketujuannya.
"Bu Farah! saya ingin memesan satu paket makanan dari rumah makan ini, setiap hari Rabu selama enam bulan! dan, harus diantar ke kantor saya. Ibu tidak perlu khawatir, saya bayar tiga kali lipat. Saya yang akan menentukan, siapa yang harus mengantarnya. Bagaimana, Bu Farah setuju?"
"Saya setuju! siapa yang bapak inginkan untuk mengantarkan makanan itu?"
"Pelayan bernama Annisa. Jangan beritahu, kalau dia yang akan mengantar paket makanan ke kantorku, ini alamatnya!"
"Terima kasih atas kepercayaannya!"
"Kalau begitu, saya permisi". Furqan meninggalkan ruangan Bu Farah. Saat keluar ruangan, Furqan berpapasan dengan Annisa yang hendak membawakan pesanan pelanggan. Furqan berlalu tanpa memperdulikan Annisa. Apalagi Annisa, yang selalu menghindari Furqan, berlalu begitu saja tanpa menoleh pada orang yang mengaguminya tersebut.
Saat ini engkau menghindar Annisa Darmawan, tapi Rabu depan, dirimu tak bisa lagi lari dariku! Senyum bahagia terlukis di bibirnya. Kemudian, Furqan kembali kekediamannya.
Karena besok mereka libur kerja, Annisa tidak pulang ke rumahnya, melainkan ke rumah pamannya Hermawan. Hermawan merupakan adik almarhum bapaknya. Pamannya seorang PNS, golongan empat. Pamannya juga memiliki toko kecil yang cukup maju dan di kelola adik iparnya. Pamannya memiliki dua orang anak, yaitu Fardan dan Aisyah. Fardan masih kuliah sedangkan Aisyah masih sekolah tingkat pertama. Keluarga pamannya sangat menyayangi Annisa. Saat orang tua Annisa meninggal, pamannya mengajak Annisa tinggal bersama mereka, tapi Annisa menolak dengan alasan ingin mandiri.
Sudah cukup lama Annisa tidak bertemu dengan mereka setelah orang tuanya meninggal. Annisa memesan ojek online.
sepuluh menit menunggu, ojek online pun datang.
"Bang, ke alamat ini ya!"
"Baik dek!" jawab si tukang ojek
Sampai di alamat yang di tuju, Annisa turun dan membayar ongkos ojeknya.
"Berapa, pak?"
"30 ribu ,dek!"
Annisa menyerahkan uang lima puluh ribu.
"Kembaliannya untuk bapak saja!".
"Terima kasih dek!" jawab tukang ojek sambil berlalu meninggalkan Annisa
Meskipun hidupnya pas-pasan, tapi Annisa selalu berbagi walau tak seberapa.
Rumah sederhana pamannya masih seperti dulu, asri dan sejuk. Paman dan bibinya rajin menanam bunga dan tanaman pelindung.
Annisa mengetuk pintu dan mengucapkan salam "Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!" Aisyah yang sedang nonton tivi menjawab dan membuka pintu.
"Kak Annisa....!" Aisyah kaget dan langsung memeluk kakaknya.
"Kak Annisa ke mana saja? mengapa kakak baru datang sekarang? kakak g sayang kita ya?" Annisa tertawa mendapatkan pertanyaan beruntun dari adik sepupunya
"He he he! kamu ini, kalau bertanya jangan kelewatan dong, macam bunyi kereta lewat aja".
"Paman dan bibi dah tidur?"
"Udah kak". jawab Aisyah
"Ya udah kalau gitu, kakak langsung tidur aja. Soalnya kakak sangat lelah!"
"Tunggu kak, aku juga dah mau tidur, dah ngantuk!"
Mereka berduapun tidur dalam satu kamar karena rumah pamannya hanya memiliki tiga kamar.
Annisa bangun lebih pagi untuk melaksanakan kewajibannya dan tidak lupa membangunkan adiknya. Karena kebiasaan itu sudah ditanamkan sejak masih kecil, akhirnya mereka terbiasa. Tak pernah ada keluhan walau harus bangun tengah malam atau subuh.
Setelah selesai Shalat subuh, Annisa dan Aisyah pergi ke dapur untuk membuat sarapan.
Meskipun sarapan yang mereka buat hanyalah bubur ayam tapi sangat nikmat jika disantap bersama keluarga. Aisyah dan Annisa menunggu bapak, ibu dan kakaknya Fardan
"Kak, pasti orang di rumah ini bakalan heboh karena melihat kakak pagi-pagi sudah ada di sini!" Ujar Aisyah pada Annisa dengan senyum khasnya.
"Pak Hermawan dan istrinya keluar dari kamar. Mereka berdua kaget melihat ada Annisa.
"Annisa...kapan kamu datang nak?" tanya Bu Tuti. Belum sempat keponakannya itu menjawab, Bu Tuti balik tanya pada suaminya.
"Pak, ni anak kapan datangnya? pagi-pagi begini udah duduk manis dengan Aisyah, dimeja makan pula!"
"Mengapa ibu tanya sama bapak? bapak aja kaget. Sekarang aja kagetnya belum hilang". pak Hermawan kembali diam dan menatap keponakan dan anaknya.
"Ehemm! Paman, bibi, saya berada di sini sejak semalam. Saat saya tiba di rumah, paman, bibi dan juga Fardan sudah tidur. Hanya bocah ini yang matanya masih terbuka di depan tivi". Jawab Annisa sambil melirik Aisyah. Merasa di lirik, Aisyah pun cengar cengir sendiri.
"lho, kok ada kak Annisa!" reaksi Fardan sama dengan orang tuanya.
"Hari ini kakak libur! selesai kerja kakak langsung ke sini. Kakak kangen kalian semua. Dah lama juga kan, kakak ke sini?!" Jelas Annisa
"Sekarang kita sarapan dulu, selesai sarapan baru dilanjutkan obrolannya!" Bu Tuti menyela dan mengajak keluarganya menikmati sarapan paginya
Setelah selesai sarapan, Annisa dan Aisyah membersihkan meja makan. Paman, bibi dan Fardan ke ruang tengah. Tak lama, Annisa dan Aisyah ikut bergabung.
"Paman, bibi, maafin Nisa yah, karena baru bisa menemui kalian. Bukan Nisa tidak mau, tapi setelah bapak dan ibu meninggal, selain Nisa kuliah, Nisa juga kerja. Alhamdulillah, Nisa bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu. Dan sekarang, Nisa dah kerja dirumah makan!" Annisa menceritakan keadaannya
"Nisa, apa tidak ada keinginan untuk tinggal bersama paman? tidak baik anak gadis tinggal sendiri, bahaya nak! Paman akan merasa bersalah pada almarhum bapakmu. Paman sudah berjanji untuk menjagamu. Memang, rumah paman tidak mewah, tapi kehidupan paman jauh lebih baik dari abang. Paman bisa memenuhi kebutuhanmu. Kamu tidak ada bedanya dengan Fardan dan Aisyah, kamu juga putri paman. Kamu tidak harus menghadapi semua kesulitan sendirian. Jangan membuat paman menanggung dosa Nisa!" Kesedihan nampak jelas di wajah pak Hermawan saat berbicara dengan keponakannya.
"Paman, terima kasih sudah menyayangi dan peduli denganku. Bukannya aku tidak mau paman, Nisa tidak ingin jadi beban bagi paman. Paman memiliki tanggung jawab, ada Fardan dan Aisyah yang sangat membutuhkan paman dan bibi. Nisa lebih bahagia seperti ini paman. Jangan sampai adik-adikku mengalami nasib sepertiku, kehilangan kasih sayang orang tuanya!" Annisa memeluk pamannya. Annisa berusaha untuk tidak menangis, tapi air matanya seperti diundang, hadir dengan sangat sempurna.
Bu Tuti, Fardan dan Aisyah ikut nangis. Keluarganya sangat menyayangi Annisa. Bu Tuti berdiri menghampiri dan memeluk Annisa.
"Nisa, jika kamu butuh sesuatu, jangan ragu untuk memberitahu paman dan bibi. Kami akan selalu ada untukmu nak! sering-seringlah menemui kami!" Bu Tuti mengingatkan Annisa
"Iya Bi, mulai sekarang Annisa akan sering menemui kalian!".
Fardan yang tadinya diam mulai bersuara. "Sekarang, jangan ada yang sedih lagi. Kita semua harus semangat dan bahagia. Kalau sedih terus, bisa-bisa aku jadi gemulai dan namaku berganti menjadi Farida!" Kelakar Fardan membuat semua orang tertawa.
Tak terasa hari sudah siang. Annisa memberitahu pamannya akan pulang ke rumahnya siang ini. Ternyata pamannya sudah menyiapkan sesuatu untuknya.
"Nisa, terimalah ini. Kamu tidak boleh menolak pemberian paman dan bibi!" Pamannya memberikan amplop yang berisi uang tunai pada Annisa
"Apa ini paman?" tanya Annisa.
"Bukalah!"
Annisa membuka amplop yang diberikan pamannya. Ia kaget melihat uang yang menurutnya cukup banyak. Sebelum ia bicara, paman lebih dulu angkat suara
"Jangan menolak, jangan protes, itu hakmu nak!"
"paman...!" Annisa memeluk pamannya karena terharu. Bu Tuti, Fardan dan Aisyah pun merasakan hal yang sama.
Karena sudah waktunya pulang, Annisa pamit pada keluarganya.
"Paman, bibi, Ais, saya pamit pulang ya. Nanti aku ke sini lagi!"
"Hati-hati ya, nak!" Ucap pak Hermawan dan Istrinya bersamaan
"Hati-hati kakakku yang cantik, nanti ada cogan yang culik, he he he!" Ucap Aisyah dengan bercanda.
"Iya adikku yang cerewet!"Jawab Annisa sambil mencubit pipi Aisyah
"Assalamualaikum!" Annisa mengucapkan salam
"Waalaikumsalam!" jawab mereka bersamaan
Annisa naik ojek yang telah ia pesan sebelumnya. Satu jam perjalanan, Annisa pun sampai di rumahnya. Annisa turun dan membayar ongkos ojeknya. Sebelum masuk ke dalam rumah, Annisa mengamati sekelilingnya, khawatir si penguntit muncul lagi. Karena merasa aman, Iapun masuk ke dalam rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments