Jantung Maura berpacu dengan cepat, hatinya berdebar-debar. Bukan karena dia bahagia, tapi melainkan karena dia merasa tegang merasakan ada yang berbeda dari suaminya.
Tatapan Bara yang biasanya lembut, kini terlihat tajam dan menyala, seolah memendam rasa benci padanya. Apakah dia salah lihat?
"Sayang, kamu kenapa? Apa ada yang salah?" Tanya Maura pada pria yang berada diatas tubuhnya itu.
Sabar Bara, ini belum waktunya.
Bara menatap Maura dengan tatapan tajam, jari-jarinya memainkan rambut Maura yang panjang. Kemudian matanya melihat ke arah pakaian yang dikenakan istrinya itu, pakaian yang tipis cocok di pakai pada malam pertama.
"Tidak apa-apa sayang, hanya saja aku lapar. Aku ingin makan," ucapnya sambil beranjak bangun dan duduk di ranjang, membiarkan sang istri berbaring sendirian.
"Kamu mau makan? Bukankah tadi sebelum kemari kita sudah makan malam ya?" Tanya Maura sambil duduk disamping suaminya. Suara wanita itu mengalun lembut apalagi saat berhadapan dengan Bara, pria yang sudah berpacaran dengannya selama kurang lebih empat tahun dan kini pria itu sudah menjadi suaminya.
"Oh.. jadi aku tidak boleh makan lagi? Sayang, aku lapar!" Ucap Bara sambil melirik ke arah istrinya dengan tajam.
"A-aku gak bilang begitu. Ya udah, aku akan pesankan makanan untuk kamu ya sayang?" Mendadak Maura menjadi gugup didepan Bara yang bersikap ketus padanya.
Kenapa Bara bersikap sinis padaku? Ah.. ini pasti karena dia lelah dan lapar. Pikirnya dalam hati.
"Gak, aku gak mau makanan hotel. Kamu tau kan aku lebih suka masakan rumahan, lebih baik kamu pergi ke dapur hotel dan memasak untukku. Aku mau masakan kamu!" Seru Bara dengan ketus dan suara yang mulai meninggi.
"Ba-baiklah sayang kalau itu mau kamu, aku akan turun ke bawah dan melakukan apa yang kamu mau. Kamu jangan marah-marah ya, kamu istirahat saja disini." Maura menatap suaminya dengan tatapan polos seperti biasa.
Bara menyeringai melihat istrinya yang polos itu. Maura selalu melakukan segalanya untuknya. Dan Bara sangat menantikan hari dimana Maura menderita di bawah kakinya dengan status sebagai istrinya.
"Makasih ya sayang, kamu memang yang terbaik." Bara mengecup kening Maura sebelum gadis itu akan pergi ke dapur hotel.
"Iya sayang, kamu tunggu aku ya." Maura tersenyum manis.
Dia mengambil jaketnya, kemudian keluar dari kamar pengantinnya untuk melaksanakan perintah dari Bara, suaminya. Sementara itu Bara merebahkan dirinya di ranjang penuh dengan kelopak bunga mawar dan wewangian yang mengisyaratkan bahwa itu adalah malam pertama untuk mereka.
"Ckckck, dasar wanita polos dan bodoh. Salahmu sendiri kenapa kau menjadi anak dari pria bajingan itu," Bara tersenyum menyeringai kemudian dia mengambil ponselnya yang berada di atas meja.
Bara menelpon seseorang, "Halo, cepat kamu kemari! Kamarnya nomor 1023! Jangan lupa gunakan jubah perangmu," ucap Bara pada seseorang yang sedang bicara dengannya di telepon itu. Entah apa yang direncanakannya kali ini.
Tut..
Bara langsung menutup teleponnya setelah itu.
"Kamu tunggu saja Samuel Argadana, aku akan membuat putrimu bahagia.. sangat bahagia," ucap Bara sambil mengepalkan tangannya dengan penuh amarah.
Dengan senang hati, Maura melakukan perintah sang suami dan memasak sendiri makanan untuk suaminya di dapur hotel. Beberapa menit kemudian setelah selesai memasak, kini dia dalam perjalanan membawa makanan itu ke kamarnya sambil tersenyum bahagia.
"Pasti Bara lelah, makanya sikapnya agak sedikit berbeda. Tadi saja sebelum aku pergi, dia mengecup keningku dulu." Pikir Maura selalu positif pada suaminya.
Ting!
Pintu lift terbuka, dia sampai di lantai tempat dirinya dan Bara menginap. Maura berjalan menuju ke kamarnya yang letaknya berada di paling ujung. Di tangannya dia membawa kresek makanan dengan dua kotak di dalamnya. Satu untuknya dan satu untuk suaminya.
Ceklet!
Maura membuka pintu kamarnya, bibirnya yang tadi tersenyum berubah menjadi kekecewaan dan kebingungan. Matanya melebar melihat seorang wanita asing tengah berada di atas ranjang pengantinnya bersama sang suami yang baru saja dia nikahi.
"Pelan-pelan sayang, geli.. AHHHhhh.." rintih si wanita asing yang berada dibawah tubuh Bara itu.
"Kamu ini, katanya mau gerakan pelan? Dikasih pelan malah geli.." ucap Bara sambil mencium pipi wanita itu sambil terkekeh-kekeh.
"Ba..ra.." lirih Maura dengan matanya melebar melihat apa yang ada di depannya.
"Oh Maura? Kamu sudah datang?" Bara menyambut kedatangan istrinya sambil tersenyum pada Maura. Dia beranjak dari tubuh si wanita asing itu dengan tubuh telanjang dada. "Simpan saja makanannya di atas meja," titahnya pada Maura dengan wajah datar.
"Bara? Kamu apa-apaan sih? Siapa wanita ini? Kenapa kamu dan dia..." Maura naik pitam melihat suaminya dengan kondisi telanjang dada dan wanita asing itu yang hanya memakai pakaian tipis sama seperti pakaian miliknya.
"Maura apa kamu tidak bisa melihatnya?" Tanya Bara sambil mengambil rokok dan menyalakan rokok itu dengan pemantik api. Kemudian dia menghisap rokoknya.
Bara kan tidak merokok? Kenapa dia merokok? Sejak kapan dia merokok?
"Bara, sejak kapan kamu merokok?" gumam wanita itu terperangah.
Maura masih berdiri di depan pintu kamarnya. Dia menatap suaminya dengan keheranan. Anak baik dan lemah lembut itu, kini seperti asing didepan matanya.
"Mas, dia istri kamu ya?" Tanya si wanita itu sambil membelai dada bidang milik Bara dengan senyuman genit di bibirnya.
"Iya, dia istriku." Jawab Bara sambil menatap Maura dengan tajam. Hingga membuat gadis itu tercekat.
"Sudah punya istri cantik, masih saja kamu bermain denganku..haha.." wanita itu memeluk Bara dengan mesra.
Tangan Maura mengepal dengan gemas dan menahan marah ketika suaminya dipeluk oleh wanita lain.
"Sepertinya kalau urusan ranjang dan kecantikan.. lebih menarik kamu dibanding dia. Kamu tetap lebih menarik bagiku, sayang..." ucap Bara pada wanita itu dengan mesra dan lembut.
Hati Maura seperti tertusuk benda tajam dan tercabik-cabik, saat mata tidak bisa menipunya lagi. Bahwa sang suami sudah berubah menjadi orang asing di malam pernikahan mereka.
Maura memberanikan diri untuk melangkah dan mengusir wanita itu dari ranjang pengantinnya. "Pergi kamu dari sini! Kamu pasti yang menggoda suami ku kan? Keterlaluan kamu, ini ranjang pengantinku!" Maura mendorong wanita berpakaian tipis itu ke lantai dengan kasar.
Wanita itu jatuh ke lantai, dia merintih kesakitan. Kemudian Bara beranjak dari ranjangnya untuk menolong wanita itu.
"Mas.. sakit.." rintih wanita itu dengan manja sambil menarik tangan Bara.
"Maura, kamu apa-apaan sih?!" Bara membentak istrinya dengan keras.
"Kamu yang apa-apaan? Kenapa kamu menolong dia dan malah membentakku? Kenapa kamu bersama dia di kamar ini,bahkan di ranjang ini!" Maura menahan tangisnya, hatinya yang sakit tambah sakit lagi melihat Bara membela wanita asing itu.
"Maura, katanya kamu sayang dan cinta sama aku sampai bisa melakukan apapun. Lalu kenapa aku tidak boleh melakukan ini? Apa jangan-jangan cintamu itu bohong?" Bara menatap sang istri yang sedang marah, matanya merah dan berkaca-kaca.
"Bara.. kamu bicara apa sih? Tentu saja aku mencintaimu!" Ujar Maura tegas.
"Ya sudah, kalau begitu biarkan wanita ini tinggal di kamar kita. Dia akan tidur denganku malam ini, karena dia kekasihku!" Seru Bara tegas.
"Apa?" Maura terperangah.
Hati Maura lagi-lagi terkena serangan panik, kenapa semuanya bisa jadi seperti ini? Kemana Bara yang selalu memperlakukannya dengan lembut? Kenapa dia berubah di malam pertama mereka?
Tanpa peduli bagaimana perasaan Maura, Bara membawa wanita itu kembali berbaring di ranjang pengantinnya. Maura menangis melihat suaminya bersama wanita itu. Dan Bara malah tersenyum puas melihat Maura yang menangis berdiri di ujung kamar dengan tatapan sakit hatinya.
Samuel Argadana, ini baru permulaan dari penderitaanmu.
...----****----...
Berhubung ini hari Senin, boleh gak author minta vote, gift dan komennya🥺🥺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Ara Aulia
sakiiiit banget, itu ranjang buat maura ama bara malah di pake bara am cewe laen... ora punya hati si bara... karma itu berlaku tau bara
2022-08-19
1
lina
😭😭 jahat s bara
2022-08-01
2
lina
yg sabar y maura, cerei aja yuk
2022-08-01
0