Keheningan menyelimuti kebersamaan Sherly dan Rey. Mereka berdua sama-sama diam dalam kebisuan. Tak sepatah kata pun keluar dari bibir Sherly maupun pria itu. Padahal sudah lebih dari 10 menit mereka berdua duduk bersama. Sampai salah satu dari mereka berdua membuka suaranya.
"Bagaimana kabarmu, Rey?"
Rey mengangkat wajahnya dan menatap perempuan di depannya yang juga menatapnya. "Seperti yang kau lihat, aku sangat baik. Lalu bagaimana denganmu?"
"Aku juga baik, mungkin. Kapan kau tiba di Jakarta? Aku pikir kau masih di China?"
"Beberapa hari yang lalu. Aku kembali ke sini karena ada proyek yang harus ku selesaikan di kota ini." Jelas Rey.
Rey sendiri adalah mantan kekasih Sherly saat masih kuliah dulu. Mereka berpisah secara baik-baik saat Rey memutuskan untuk kembali ke negara asalnya 'China' Sherly tidak bisa mencegah apalagi menahan laki-laki itu agar tidak pergi. Dan itulah yang membuat cinta mereka kandas.
Satu tahun setelah perpisahannya dengan Rey, Sherly bertemu dengan Bima. Mereka saling jatuh cinta dan akhirnya memutuskan untuk menikah. Tapi sayangnya pernikahan mereka kini berada di ujung tanduk karena orang ketiga dalam rumah tangga mereka.
"Maaf, Sherly. Saat kau menikah aku tidak bisa hadir. Aku ikut senang karena akhirnya kau menemukan pria yang tepat untukmu,"
Sherly hanya tersenyum masam mendengar apa yang Rey katakan. 'Menemukan orang yang tepat' rasanya itu hanya sebuah lelucon, karena suaminya bukan pria baik seperti yang Rey pikirkan.
"Lalu bagaimana denganmu? Apa kau sudah menikah dan memiliki anak? Berapa anak yang kau miliki? Satu, dua, tiga atau mungkin empat."
Rey terkekeh geli. "Anakku masih satu, dan itu Bubu!!" Jawabnya dan membuat mimik wajah Sherly berubah seketika.
"Dasar kau ini!! Aku bertanya serius dan kau malah bercanda." Perempuan itu menekuk wajahnya.
"Aku juga serius. Aku belum menikah apalagi memiliki anak. Bagaimana jika aku mengatakan masih menunggumu?"
"Dasar konyol!!"
Keduanya pun sama-sama tertawa. Rey terus menatap Sherly dengan tatapan yang sulit di jelaskan. Semua kenangan bersama perempuan itu tiba-tiba berputar kembali di kepalanya. Dan Sherly tetaplah secantik seperti yang terlahir Rey ingat.
"Sherly, maaf aku harus pergi sekarang. Aku ada meeting 30 menit lagi. Bisa kita saling bertukar kontak?"
"Nomorku masih sama. Kau bisa menghubungiku di nomor itu. Em, itu juga jika kau masih menyimpannya."
"Aku masih menyimpannya." Rey menyahut cepat.
Sherly mengangguk. "Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Rey, sampai ketemu lagi." Sherly bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja. Meninggalkan Rey yang masih belum beranjak sedikit pun dari tempatnya berdiri.
Rey tersenyum tipis, setelah membayar semua pesanannya dan Sherly, ia pun meninggalkan cafe tersebut.
-
-
"Dari mana saja kau? Pergi seharian, tidak menyiapkan makan siang, tidak bersih-bersih rumah. Lihat, semua pakaianku dan Sasa juga belum di cuci. Dasar menantu tidak berguna!!"
Sherly menghentikan langkahnya dan menatap sinis pada Ibu mertua serta kakak iparnya. Perempuan itu melihat kedua tangannya sambil menatap keduanya bergantian.
"Kalian bukan orang yang cacat, sehingga semua pekerjaan rumah harus aku yang mengerjakannya. Jika kalian ingin dilayani seperti seorang ratu, maka cari saja pembantu!!"
PLAKK...
Sherly menahan tangan Mirah yang hendak menamparnya. "Jaga tanganmu baik-baik, Ibu mertua, jika kau tidak ingin aku sampai mematahkannya!!" Ucap Sherly memperingatkan.
"Kau...!!!" Geram Mirah tertahan.
Ting...
Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Sherly. Bima mengiriminya pesan, dalam pesan singkat itu dia memintanya untuk memasak karena Bima mengatakan akan ada tamu malam ini. Tapi Sherly tidak peduli, itu adalah tamu Bima, bukan tamunya, jadi kenapa harus dirinya yang repot-repot memasak?!
Sherly terkejut saat papar bag yang ia pegang di tangan kirinya tiba-tiba di rebut oleh Sasa. Kedua mata Sasa membelalak melihat apa saja yang ada di dalam paper bag tersebut.
"Dari mana kau mendapatkan uang sebanyak ini untuk membeli perhiasan dan pakaian-pakaian mewah ini?"
Sherly merebut kembali barang-barang miliknya itu dari tangan kakak iparnya. "Bukan urusanmu!! Dari pada kau sibuk mengurusi dari mana aku mendapatkan uang-uang itu, sebaiknya siapkan saja makan malam. Karena adik tercintamu akan segera pulang dengan membawa tamu yang special!!"
"Sherly!!" Teriak Sasa emosi. "Bu, kau lihat perempuan itu. Semakin hari tingkahnya semakin menyebalkan saja. Kenapa orang bodoh dan polos seperti dia bisa berubah menjadi begitu mengerikan?!"
"Jangan-jangan itu memang sifat aslinya. Kita harus melapor pada Bima jika istrinya suka berfoya-foya dan kerjaannya hanya menghabiskan uang saja."
"Ibu benar. Dan sebaiknya Ibu segera hubungi Bima, tanyakan padanya siapa tamu yang akan datang ke rumah kita malam ini. Jika itu memang tamu yang penting, kita harus menyiapkan perjamuan terbaik."
"Ibu mengerti. Nanti Ibu akan tanyakan padanya. Sebaiknya segera pergi ke belakang dan cuci semua pakaian-pakaian kotor itu. Ibu mau tidur sebentar, kepala ibu rasanya mau pecah."
"Yak!! Kenapa malah aku yang harus mencuci semua pakaian kotor itu. Ibu, jangan pergi kau harus membantuku!!" Teriak Sasa namun dihiraukan oleh Mirah.
Sasa mengeram marah. Kenapa malah jadi dirinya yang harus mencuci pakaian yang menggunung itu?! Padahal dia baru saja mengecat kukunya. Seharusnya Sherly lah yang mengerjakan semuanya, bukan dirinya.
"Kalian semua menyebalkan. Sherly, awas kau!! Aku pasti akan membalasmu!!"
-
-
Bima menghampiri Delima yang sedang bersiap-siap untuk pulang. Mereka baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Kebetulan hari ini tidak lembut, itulah kenapa mereka bisa pulang lebih awal.
Delima tersenyum pada Bima yang juga tersenyum padanya. "Sudah siap?" Delima mengangguk. "Ayo, Ibu dan Kak Sasa sudah menunggumu, mereka tidak sabar untuk segera bertemu denganmu."
"Tapi bagaimana dengan istrimu? Bagaimana jika dia marah melihat aku datang ke sana?"
"Kau tenang saja, biar aku yang bicara padanya. Ayo, takutnya kita malah terjebak hujan. Sepertinya langit agak mendung."
Delima mengangguk. Ia dan Bima kemudian berjalan beriringan meninggalkan kantor tempat mereka bekerja. Keduanya berjalan beriringan menuju parkiran. "Oya, Bim. Kita mampir dulu di toko roti ya. Aku ingin memberikan oleh-oleh untuk Ibu dan kakakmu."
"Kau tidak perlu repot-repot. Tidak usah membawa apa-apa, mereka senang kau datang."
"Tidak apa-apa. Hanya kue, bukan sesuatu yang mahal."
"Baiklah, terserah kau saja."
Setelah 45 menit berkendara, mereka tiba di rumah Bima. Kedatangan Delima langsung disambut oleh Ibu dan kakak Bima. Mereka begitu baik dan ramah pada Delima, sangat berbeda sikapnya pada Sherly.
Bima pergi ke meja makan dan mendapati beberapa hidangan di sana. Tapi dia tau itu bukan masakan Sherly, tapi makanan yang di beli dari luar. Bima pergi ke menemui istrinya itu dan mendapati Sherly tengah mencoba cincin barunya.
"Darimana kau mendapatkan uang sebanyak itu untuk membeli cincin berlian seperti ini?!"
Sherly bangkit dari duduknya dan merebut cincin itu dari Bima. "Tentu saja uang yang kau berikan padaku. Kenapa? Apakah ada larangan seorang istri memakai uang suaminya?"
"Kenapa kau boros sekali? Seharusnya kau bisa lebih berhemat. Dan aku memintamu untuk memasak, tapi kenapa yang ada di luar malah masakan restoran?!"
"Kenapa harus aku yang sibuk dan repot menyiapkan makanan untuk tamu mu?! Kenapa kau tidak meminta Ibu atau kakakmu saja yang menyiapkannya?! Aku bukan pembantu di rumah ini, Bima. Tapi kenapa kalian selalu memperlakukanku layaknya pembantu?!"
"Aku malas berdebat denganmu, sebaiknya segera siapkan minuman untuk tamu kita. Dan bersikaplah baik padanya, jangan membuat ulah!!"
Brakk ..
Sherly tersenyum sinis. Rasanya dia ingin sekali memenggal kepala Bima. Suaminya itu sudah semakin keterlaluan saja. Dan malam ini dia malah mengundang dan membawa pulang seorang wanita. Jika Bima bisa melakukannya, kenapa dia tidak?!
"Rey, datanglah ke rumahku malam ini juga. Aku mengundangmu makan malam. Aku akan segera kirimkan alamatnya padamu!!"
Sherly memutuskan sambungan telfonnya begitu saja. Sebuah seringai tercetak menghiasi wajah cantiknya. "Suamiku tercinta, permainan yang sesungguhnya baru saja dimulai!!"
-
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
guntur 1609
mampus kau Bima. rasain kau. gak tahu ja kalian kalau sherly orang kaya
2025-04-30
0
Kusii Yaati
kalau aq jadi Serly juga ogah di suruh mencuci pakaian kakak iparnya 😏
2025-04-14
0
Pepe Black Street
bagus ak suka ceritanya kak
2023-05-01
0