Crazy Rich Bagian 5
Oleh Sept
Gedung Global Tourshine Groups
"Tuan, ini semua information tentang Nona Hanum."
Sekretaris Gadhi memberikan sebuah map hijau pada Gadhi.
"Hanya ini?"
Gadhi membolak-mbalik map tersebut, cukup tipis untuk sebuah informasi tentang latar belakang seseorang.
"Maaf, Tuan. Tapi hanya ini yang kami dapat saat ini. Kami masih mencoba mencari lebih banyak."
"Hemm! Baiklah ... kau boleh pergi." Gadhi mengacuhkan tangan, meminta sekretaris Jo meninggalkan ruangannya.
Pria bernama Jonathan tersebut lantas undur diri ketika Gadhi memintanya keluar.
"Permisi, Tuan."
Gadhi hanya menatap sekilas, kemudian fokus pada berkas di depannya.
"Siapa gadis ini? Mengapa kakek ingin sekali aku menikah dengannya? Siapa dia?" ucap Gadhi sambil matanya mulai membaca deretan huruf yang menceritakan latar belakang Hanum.
"Bramantyo? Nama yang tidak asing. Ayahnya sudah meninggal lama. Dia sekarang tinggal dengan seorang ayah sambung yang hobby mabuk.. Astaga! Apa kakek tidak salah? Memilih gadis dengan latar seperti ini?" Gadhi terus saja bicara sendiri.
"Apa ini? Ibunya ada di panti? Kakek!!! Sepertinya ada yang tidak beres!" gerutu Gadhi. Seolah tidak ada hal bagus dari Hanum yang membuatnya pantas menjadi pendamping Gadhi.
Hanum benar-benar jauh dari standard Gadhi. Latar belakang sangat tidak jelas, keluarga miskin dan kebiasaan keluarga yang kurang baik. Tentu sangat tidak cocok dengan keluarga mereka yang terkenal konglomerat tersebut. Sangat kontras sekali jika kakek tetap memaksa ia harus menikahi gadis cupu pilihan kakek itu.
"Kita lihat, hal minus apa lagi tentang gadis ini!" ujar Gadhi sembari kembali membuka berkas yang ia pegang.
"Hanya gadis biasa! Kuper dan jarang bergaul. Selera pakaiannya pun kuno. Sebenarnya apa yang ia lakukan pada kakek, kenapa Kakek bisa memilih dirinya?"
Gadhi memegang kepalanya, memijit pelipisnya yang lama-lama terasa pusing. Ia masih belum menemukan jawaban, mengapa harus Hanum? Mengapa harus gadis yang bukan siapa-siapa tersebut.
Tok tok tok
"Masuk!" seru Gadhi. Pria itu langsung memasukkan berkas dalam laci saat melihat siapa yang datang.
"Ma."
"Mama habis dari rumah Kakek, kami membicarakan persiapan pernikahan kalian."
"Apa?" mata Gadhi seolah mau melompat dari tempatnya.
"Jangan shock begitu, Kita sudah bahas sebelumnya. Apa susahnya pura-pura menikah. Tenang saja, Mama akan bungkap mulit gadis udik itu."
"Astaga Mama ...!"
"Kenapa? Jangan bilang kamu mulai suka dengan udik itu!" sindir Nyonya Geni.
Alis Ghadi semakin menyatu, ia menatap mamanya dengan tatapan jengkel.
"Sampai kapanpun Gadhi tidak akan menyukai wanita itu!"
Nyonya Geni melirik tajam.
"Awas saja kalau kamu berani menyukai si udik itu nanti setelah kalian menikah!" ujar Nyonya Geni sinis. Ada ancaman dalam kata-kata wanita paruh baya tersebut. Ia merasa Hanum berada jauh di bawah mereka. Meskipun nanti Gadhi menikahi Hanum, putranya itu dilarang jatuh cinta. Sedangkan Gadhi, ia hanya tersenyum kecut.
***
Kediaman Akas Gunatama
"Aku dengar Gadhi akan menikah," ucap Nyonya Suha, istri Akas. Wanita itu kemudian membantu Akas melepaskan jas hitam yang semula dikenakan suaminya itu.
"Tidak usah khawatir, orang kepercayaan papa sudah banyak yang membelot pada Kita. Meksipun Gadhi menikah, semua tidak ada pengaruhnya dengan Kita."
"Benarkah? Bagaimana kalau Geni mulai ikut campur?"
Akas terdiam, bayangan wajah Nyonya Geni tiba-tiba muncul dalam benaknya.
"Jangan khawatir, aku bisa urus semuanya. Yang jelas, awasi Gradi. Bukannya membantuku di perusahaan, anak itu malah asik dengan dunia malamnya."
"Dia masih muda, biarkan di main-main dulu!" Nyonya Suha tidak terima putra satu-satunya disudutkan.
Melihat sikap lunak Suha pada putra mereka, membuat Akas jenggah. Pria itu kemudian pergi setelah ponselnya berdering.
***
Rumah Hanum, lebih tepatnya rumah tempat Hanum menumpang selama ini, itu adalah kata Tommy, kakak tirinya.
"Kenapa meja makan kosong?" sentak Adam. Bau minuman menyengat, malam ini Adam pulang dengan kondisi mabuk.
Tommy yang sedang rebahan sambil memainkan ponsel, langsung memanggil Hanum.
"Hanum! HANUM!! Kau tidak punya telinga?" teriak Tommy kencang.
Hanum yang baru tidur, langsung bangun saat mendengar Tommy berteriak.
Begitu pintu terbuka, Tommy langsung main perintah.
"Siapkan makan untuk kami!" titah Tommy kasar.
Adam yang mabuk, ikut mendekati Hanum.
"Kau tidak berguna ... sama seperti ibumu!" setelah mengatakan itu, Adam malah terkekeh. Pria itu sepertinya mabuk parah.
"Jangan berdiri saja. Cepat masak sesuatu!" sentak Tommy."
Hari ini adalah hari paling buruk bagi Hanum, tidak di tempat kerjaan, tidak di rumah. Semuanya membuat Hanum muak. Dan tanpa banyak bicara, Hanum langsung kembali masuk ke kamar.
"Hey ... apa kau tu li?" tanya Tommy dengan nada kasar.
Tommy membuka paksa kamar Hanum, ia terlihat marah saat melihat Hanum mengeluarkan baju dalam lemari.
"Berani kau meninggalkan kamar ini, ibumu yang akan menerima akibatnya!" ancam Tommy.
Rasanya Hanum ingin menjerit, semua orang hanya bisa menindasnya. Sambil mengusap pipi, Hanum langsung berjalan keluar. Ia kemudian ke dapur dan menyiapkan makan untuk dua orang yang bertingkah seperti sampah tersebut.
***
Pagi hari.
Langit tampak mendung, semendung hati Hanum. Bagaimana tidak, uang untuk ibunya di panti, yang ia simpan di bawah ranjang kini telah raib. Pasti Tommy yang mengambilnya.
Marah campur benci tapi hanya bisa ia tahan. Pagi itu, setelah menyiapkan makan, Hanum keluar rumah untuk bekerja dengan hati murung. Surat pengunduran diri masih ia simpan dalam tas, kalau tidak butuh uang, ia juga sudah keluar dari Samudera group.
Untuk menghemat uang yang tersisa, Hanum naik bus. Karena tidak ada bangku kosong, Hanum lantas berdiri. Matanya menatap kosong pada jalanan yang ia lewati. Ia tidak sadar, sebuah mobil mewah terus mengikuti sejak ia keluar dari rumah sampai berada dalam bis.
Di dalam mobil mewah keluaran terbatas, hanya ada 5 buah di dunia. Gadhi menatap ke samping.
"Apa maksud Kakek memaksaku menikah dengan gadis miskin ini? Sejauh ini Hanum tidak ada bagus-bagusnya," ucap Gadhi.
"Iya, Tuan ... ada apa?" tanya sekretaris Jo.
"Aku tidak bicara denganmu!" ketus Gadhi.
Seketika sekretaris Jo menelan ludah, ia pikir atasannya itu bicara pada dirinya.
'Dia tidak sedang mengenakan earphones, ponselnya pun ada padaku di depan sini dan sedang dicas. Mengapa dia bicara sendiri? Apa terlalu banyak uang bisa membuat orang stress?' batin sekretaris Jo sembari tetap fokus pada jalan di depannya.
Sesaat kemudian
"Tuan, kita ke mana lagi sekarang?" tanya sekretaris Jo ketika mereka sudah berada di dekat halte. Bus yang ditumpangi Hanum rupanya sudah berhenti.
"Ikuti dia!"
"Baik, Tuan."
Dilihatnya Hanum berjalan kaki di trotoar. Mereka mengikuti jauh di belakang. Dan tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di samping gadis itu. Seorang pria turun dan memaksa Hanum untuk masuk.
"Tidak, Pak. Saya jalan kaki saja!" Hanum beringsut. Ia masih takut dengan Bagas.
"Maafkan saya. Untuk yang kemarin itu ... saya benar-benar khilaf. Masuklah ... Saya tidak akan melakukan apapun."
Hanum ragu, ia masih takut. Tapi Bagas malah memegang lengannya, berusaha memaksa Hanum masuk dalam mobil pria tersebut.
"Astaga kakek. Lihat gadis macam apa yang kakek pilih! Aku rasa ini sudah keterlaluan!"
"Tuan ... Tuan tidak turun? Sepertinya Nona itu dipaksa masuk. Tapi kelihatannya juga meronta tidak mau." Komentarnya sekretaris Jo.
Gadhi hanya melirik.
"Ya sudah! Hadang mobil itu!" titah Gadhi dengan setengah hati. BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
girl bos💐🌹
udh di screenshot yaa awas aja km
2023-06-23
0
Ika Purbaningsih
lagian Hanum simpan uang kok dibawah bantal, SDH tau kakaknya kelakuannya bgtu,,
2023-03-18
0
erni hernawan
setengah hati kyk e uda di hanum tuhhh
2023-02-04
0