Bab 3

Sebuah Cafe dengan konsep kebun bunga yang dipadukan dengan arsitektur semi jadul, menjadi pilihan para anak muda menghabiskan waktu untuk sedikit bersantai dari hiruk-pikuk kota yang padat. Desain interior yang terbuat dari kayu jati belanda, dengan hiasan pot berisi tanaman hias seperti puring, suplir, keladi red star, sirih gading sampai yang sedang populer saat ini aglaonema, siap memanjakan mata pengunjung. Membuat para pengunjung betah duduk berlama-lama dan ingin kembali lagi sekedar menikmati secangkir kopi.

Cafe inilah tujuan Aneesha dan Lion setelah seharian berkeliling demi sebuah hobi. Lion memarkirkan mobilnya di depan cafe, keduanya turun lalu masuk kedalam. Saat melewati pintu masuk seorang karyawan menyambut mereka. Karyawan itu menunjukkan tempat dimana seorang teman telah menunggu kedatangan mereka berdua dari tadi.

“Lama banget,sih, kalian. Kupikir nggak jadi datang.” seorang pria yang sedang duduk santai menyambut Aneesha dan Lion dengan omelan.

Pria ini adalah zaheer bimasena, sang Pemilik cafe. Pria ini lahir di keluarga berada, dengan kemampuan otak yang minimal. Selepas lulus SMA dia tidak melanjutkan kuliah, malah membuka cafe yang cukup laris ini. Walau sempat diprotes ayahnya, Bima tetap keukeh pada pendirannya. Pada kenyataanya Bima bisa membuktikan bahwa usahanya berhasil, Dia membuktikan tanpa kuliahpun bisa menjadi seorang pengusaha.

“Ya, maaf, Bim. Ibu negara gak mau berhenti kalau dah pegang buku gambar sama pensil.” jawab Lion sambil duduk di sebelah pria pemilik cafe itu.

“Gambar rumah sakit lagi, Sha?” Bima mengalihkan pertanyaan kepada Aneesha. Aneesha yang duduk didepannya hanya mengangguk, dan mengeluarkan kamera dari tasnya.

“Kau seperti tidak tau Dia saja, Bim. Hanya ada dua yang akan dilakukan Aneesha, memotret dan menggambar rumah sakit. Iya, kan?” Seorang pria memakai setelan kemeja dan celana panjang hitam khas pekerja kantor, datang menghampiri mereka.

Aneesha yang sedang sibuk dengan kameranya langsung meletakkan kamera karena tahu siapa yang datang.

“Lho, Kak Tara kok disini? Memangnya sudah pulang kerja, ya?” Aneesha bertanya kepada pria yang baru saja datang.

“Aku bukan kerja rodi, Sha. Jam kantor cuma sampai jam 4 sore.” jawab pria bernama Tara itu sambil mengelus kepala Aneesha seperti layaknya seorang kakak kepada adiknya.

Taraka Dhyra

Pria yang dilahirkan 27 tahun yang lalu ini mempunyai nasib yang paling tidak beruntung diantara mereka berempat. Menjadi yatim piatu sejak kecil dan tinggal di panti asuhan yang dikelola oleh orang tua Aneesha, sebelum ada keluarga baik yang mengadopsinya.

Tara dan Aneesha dekat sejak kecil. Karena sebuah kejadian, Tara menempatkan diri sebagai penjaga untuk aneesha. Dia seperti anggota pemadam kebakaran yang siap dipanggil jika Aneesha membutuhkan bantuan. Tara bekerja di kantor milik Ayah Aneesha. Mereka berempat adalah murid di padepokan silat yang sama.

“Oh...,” Aneesha hanya ber 'oh' ria dan membenarkan letak jilbabnya yang sedikit miring karena ulah Tara.

“Kata ayahmu kau pergi sejak pagi, Sha. Kemana saja kalian?” tanya Tara yang sekarang sudah duduk di sebelah Aneesha.

“Biasa kak, keliling surabaya. Ha ha ...,” jawab Lion diakhiri tawa.

“Hanya berdua?” tanya Tara menatap curiga pada Lion.

“Walaupun hanya berdua juga nggak akan aku apa-apain Dia, kak.” jawab bima dengan nada lesu.

"Jadi beneran Kamu tolak Lion, Sha?" tanya Bima yang sudah menahan tawanya. Aneesha mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Bima.

Seketika Tara dan Bima tertawa. Aneesha cuek dengan candaan ketiga temannya. Hal ini sudah biasa bagi Aneesha. Aneesha merasa nyaman saja berteman dengan mereka. Bukannya Aneesha tidak gampang bergaul, tapi gadis itu memang membatasi pertemanannya. Menurut Aneesha tidak masalah mempunyai sedikit teman, dari pada punya banyak teman tapi tidak tulus, hehe……

“Apa rencanamu setelah ini, Sha?” tanya Tara sambil meminum espreso coffee yang baru saja diantarkan oleh karyawan cafe.

“Aku mau cari kerja.” jawab Aneesha masih fokus pada kameranya, memilih gambar mana yang dia suka dan tidak. Dia akan menghapus foto yang menurutnya jelek.

“Buahahahaha...,” Jawaban Aneesha yang tanpa ekspresi malah mendapat tawa dari Lion dan Bima. Mereka sangat tahu siapa Aneesha, apa yang dia miliki. Karena Aneesha tidak pernah menyembunyikan apapun dari ketiga sahabatnya ini.

Aneesha memutar bola matanya jengah, melihat tingkah kedua sahabatnya ini. Tanpa memperdulikan mereka yang masih menertawakan jawabannya, Aneesha malah mengambil buku gambar dari tas ranselnya. Dia melihat-lihat kembali hasil gambarnya.

“Kamu serius mau cari kerja, Sha?” tanya Bima setelah menyelesaikan tawanya.

“Aku jawab jujurpun kalian gak akan percaya, kan?” Aneesha mengembalikan pertanyaan kepada kedua sahabatnya.

Lion dan Bima saling berpandangan, sedangkan Tara hanya mengendikkan bahu tanda tak tahu.

“Kau bisa mulai belajar mengurus usaha ayahmu, sha.” Ucap Tara.

“Gak, Kak. Aku mau usaha cari kerja sendiri.” jawab Aneesha singkat, masih tanpa menoleh lawan bicaranya.

Ayah Aneesha adalah pemilik usaha percetakan yang cukup besar di surabaya, juga sebuah minimarket yang tidak pernah sepi pembeli. Tapi Aneesha tidak pernah ingin turun tangan ikut belajar mengurus usaha orang tuanya.

“Iya, Sha. Kenapa nggak kerja sama Ayahmu saja? Atau kau bisa minta kerjaan sama Papamu." Lion memberi ide yang malah makin membuat Aneesha malas menanggapi.

“Kalian tahu siapa aku, kan?” Aneesha berkata singkat, nada bicaranya sudah berbeda. Dia memang tidak terlalu senang jika membicarakan harta dan usaha orang tuanya.

“Tapi Kau ini anaknya, Sha. Semua yang mereka miliki juga akan menjadi milikmu kelak.” Bima tidak bisa melanjutkan ceritanya.

“Aku hanya seorang Aneesha, aku bukan siapa-siapa. Semua itu bukan hakku” Aneesha meninggikan nada suaranya, sambil meletakkan buku gambar secara kasar di meja. Semua yang ada disana terdiam, suasana mendadak hening.

Adzan maghrib berkumandang, menandakan umat yang beragama muslim harus menghentikan aktifitasnya sejenak untuk bertemu sang Maha Pencipta. Begitu pula dengan empat anak muda yang sedang terdiam menikmati minumannya di sebuah cafe. Mereka segera beranjak untuk menunaikan kewajibannya.

“Pulang, yuk, Sha!” Lion berbicara dengan Aneesha yang sedang memakai sepatu di teras mushola, setelah mereka melaksanakan sholat maghrib di mushola cafe.

“Baru jam segini, Li.” jawab Aneesha.

“Memangnya kau mau pulang jam berapa?” Tara menghela nafas panjang, anak majikannya ini selalu membuatnya repot. Dia sampai ditempat ini juga karena Ayah Aneesha meminta untuk mencari putri sulungnya yang sedikit bandel itu.

“Kakak mau antar Aku pulang?” Rayu Aneesha dengan mata berbinar. Entah hanya perasaan Lion dan Bima atau memang benar. Mereka merasa Aneesha menyukai Tara.

“Sha, sha ... Kau ini! Tadi Kau pergi dengan Lion, kan? Kau juga harus pulang bersamanya, aku cuma bawa motor. Aku tidak mau boncengin Kamu.” Tara balik bertanya, kembali menghela nafas kesal. Bagi Tara Aneesha adalah adik kecil yang masih kekanak-kanakkan.

“Iya, sha. Dah malam juga. Kau mau Lion dapat ceramah dari Ayahmu? Atau Kak Tara dipotong gajinya karenamu?” Bima ikut merayu Aneesha.

“Oke, oke! Nggak usah kalian bilang semua itu! Aku akan pulang!” Aneesha berdiri, mengambil tas ransel. Kemudian mendahului Lion berjalan menuju mobil. Lion segera menyusulnya dengan berlari kecil mensejajari langkah Aneesha.

Lion menghidupkan mesin mobil dan melajukannya meninggalkan halaman cafe. Bima dan Tara melihat sampai mobil itu hilang di kerumunan kendaraan lainnya.

“Kak, sepertinya Aneesha suka padamu.” Bima berkata kepada Tara.

“Jangan ngawur Kamu!” jawab Tara dengan memukul bahu Bima.

“Aku liatnya gitu, Kak. Kalau iya gimana, kak? Kakak suka sama Aneesha?”

“Aku ini siapa, Bim. Aku siapa, Dia siapa? Aku tidak mau menjadi pagar yang makan tanaman yang seharusnya kujaga.” Tara memasukkan tangan ke dalam saku celana. Gadis yang sedang mereka bicarakan adalah gadis yang sudah Ia lindungi sejak kecil. Mana mungkin dia berani menaruh hati pada anak majikannya?

Bima tersenyum masam, tidak berniat melanjutkan obrolan mereka tentang Aneesha. Bima tahu betul posisi mereka,

.

.

.

Bersambung........

Mohon kritik dan saran, ini novel pertamaku di MT, hehe.....

Terpopuler

Comments

Irdhi Aminuddin

Irdhi Aminuddin

bukannya ini novel ke 2 ya ...

neesha dan tara ....

2022-12-31

0

Athaya

Athaya

cinta segitiga 🤭🤭

2022-06-29

0

Ika Sriwulandari

Ika Sriwulandari

bahasa nya bagus, bisa dipahami 👍👍👍

2022-05-19

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1
3 Bab 2
4 Bab 3
5 Bab 4
6 Bab 5
7 Bab 6
8 Bab 7
9 Bab 8
10 Bab 9
11 Bab 10
12 Bab 11
13 Bab 12
14 Bab 13
15 Bab 14
16 Bab 15
17 Bab 16
18 Bab 17
19 Bab 18
20 Bab 19
21 Bab 20
22 Bab 21
23 Bab 22
24 Bab 23
25 Bab 24
26 Bab 25
27 Bab 26
28 Bab 27
29 Bab 28
30 Bab 29
31 Bab 30
32 Bab 31
33 Bab 32
34 Bab 33
35 Bab 34
36 Bab 35
37 Bab 36
38 Bab 37
39 Bab 38
40 Bab 39
41 Bab 40
42 Bab 41
43 Bab 42
44 Bab 43
45 Bab 44
46 Bab 45
47 Bab 46
48 Bab 47
49 Bab 48
50 Bab 49
51 Bab 50
52 Bab 51
53 bab 52
54 Bab 53
55 Bab 54
56 bab 55
57 Bab 56
58 Bab 57
59 Bab 58
60 Bab 59
61 Bab 60
62 Bab 61
63 Bab 62.
64 Bab 63
65 Bab 64
66 Bab 65
67 Bab 66
68 Bab 67
69 Bab 68
70 Bab 69
71 Bab 70
72 Bab 71
73 Bab 72
74 Bab 73
75 Bab 74
76 Bab 75
77 Bab 76
78 Bab 77
79 Bab 78
80 Bab 79
81 Bab 80
82 Bab 81
83 Bab 82
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 98
100 Bab 99
101 Bab 100
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Vote & Gift
112 Bab 110
113 Bab 111
114 Bab 112
115 Bab 113
116 Bab 114
117 Bab 115
118 116
119 Bab 117
120 Bab 118
121 Bab 119
122 Bab 120
123 Bab 121
124 Bab 122
125 Bab 123
126 bab 124
127 Bab 125
128 Bab 126
129 Bab 127
130 Bab 128
131 Bab 129
132 Bab 130
133 Bab 131
134 Bab 132
135 Bab 133
136 Bab 134
137 Bab 135
138 Bab 136
139 Bab 137
140 Bab 138
141 Bab 139
142 Bab 140
143 Bab 141
144 Bab 142
145 Epilog
146 Maturnuwun
147 Part but not a part
148 Part but not a part 2
149 Novel baru rilis
Episodes

Updated 149 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1
3
Bab 2
4
Bab 3
5
Bab 4
6
Bab 5
7
Bab 6
8
Bab 7
9
Bab 8
10
Bab 9
11
Bab 10
12
Bab 11
13
Bab 12
14
Bab 13
15
Bab 14
16
Bab 15
17
Bab 16
18
Bab 17
19
Bab 18
20
Bab 19
21
Bab 20
22
Bab 21
23
Bab 22
24
Bab 23
25
Bab 24
26
Bab 25
27
Bab 26
28
Bab 27
29
Bab 28
30
Bab 29
31
Bab 30
32
Bab 31
33
Bab 32
34
Bab 33
35
Bab 34
36
Bab 35
37
Bab 36
38
Bab 37
39
Bab 38
40
Bab 39
41
Bab 40
42
Bab 41
43
Bab 42
44
Bab 43
45
Bab 44
46
Bab 45
47
Bab 46
48
Bab 47
49
Bab 48
50
Bab 49
51
Bab 50
52
Bab 51
53
bab 52
54
Bab 53
55
Bab 54
56
bab 55
57
Bab 56
58
Bab 57
59
Bab 58
60
Bab 59
61
Bab 60
62
Bab 61
63
Bab 62.
64
Bab 63
65
Bab 64
66
Bab 65
67
Bab 66
68
Bab 67
69
Bab 68
70
Bab 69
71
Bab 70
72
Bab 71
73
Bab 72
74
Bab 73
75
Bab 74
76
Bab 75
77
Bab 76
78
Bab 77
79
Bab 78
80
Bab 79
81
Bab 80
82
Bab 81
83
Bab 82
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 98
100
Bab 99
101
Bab 100
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Vote & Gift
112
Bab 110
113
Bab 111
114
Bab 112
115
Bab 113
116
Bab 114
117
Bab 115
118
116
119
Bab 117
120
Bab 118
121
Bab 119
122
Bab 120
123
Bab 121
124
Bab 122
125
Bab 123
126
bab 124
127
Bab 125
128
Bab 126
129
Bab 127
130
Bab 128
131
Bab 129
132
Bab 130
133
Bab 131
134
Bab 132
135
Bab 133
136
Bab 134
137
Bab 135
138
Bab 136
139
Bab 137
140
Bab 138
141
Bab 139
142
Bab 140
143
Bab 141
144
Bab 142
145
Epilog
146
Maturnuwun
147
Part but not a part
148
Part but not a part 2
149
Novel baru rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!