Chapter 2 | Shyclore [Revisi]

“Lo... beneran saudara kembarnya Aron?” tanya Lana ingin tahu.

Raniya menoleh ke sebelah Lana. Ia baru sadar jika Aron berada di meja yang sama. Lelaki itu tampak menundukkan kepala dalam, tidak berani menatap Raniya.

“Aku nggak tau,” jawab Raniya dingin.

Deg!

Aron mendongak cepat dan menyorot Raniya tak percaya. “Nggak tau..?” lirihnya sendu.

Raniya tersenyum kecil. “Maaf, ya, kami pamit dulu. Selebihnya, kamu bisa tanya ke Aron sendiri.”

Usai mengatakan itu, Raniya menggiring Rafael dan Thalia menuju meja kantin yang baru ditinggal penghuninya. Mereka duduk di sana dan mulai menyantap jatah makanan masing-masing. Tidak memedulikan keheningan yang tercipta akibat obrolan mereka barusan.

Braakk!

Aron tiba-tiba menggebrak meja kuat. Sontak menarik atensi seluruh insan yang ada di kantin. Mereka tercengang melihat Aron terus menatap Raniya dengan pipi basah.

Ya, Aron menangis.

Sebegitu bencinya lo sama gue, Kak, sampe lo nggak mau ngakuin gue sebagai adek lo sendiri?

Raniya melirik ke arah Aron yang pergi meninggalkan kantin. Sedetik kemudian, ia tersenyum kecut. Apa yang Aron rasakan saat ini tidak lebih dari penderitaannya selama ini. Lelaki itu tidak akan mengerti bahwa rasa sakit yang Raniya terima jauh dari bayangan siapa pun.

Gadis ini pemilik sejuta pesona dengan paras yang menawan. Tubuhnya tinggi semampai walaupun masih berusia 18 tahun, kulitnya putih bersih, dan rambutnya panjang bergelombang.

Yakin, deh, bidadari aja kalah, Bro!

Sayangnya, takdir yang Tuhan tuliskan untuk Raniya tidak seelok parasnya. Hidup gadis itu dikatakan sangat tragis untuk ukuran remaja seperti dirinya. Bahkan, dia hidup menderita sejak kecil! Sejak umur 7 tahun!

Bisa dibayangin nggak tuh? Gimana anak kecil semacam Raniya dipaksa melewati rintangan kehidupan seperti itu?

Huh, acap mengingatnya, Raniya selalu kesal. “Ini hanya bagian kecil dari rasa sakit Kakak, Aron.”

Kakak cuma mau kamu ngerasain sedikit aja..

...🔫🗡️🔫...

Usai kepergiannya dari kantin, Aron tidak kembali ke kelas. Ia pergi ke apartemennya, meraung kencang di sana, menghancurkan segala barang di sekitar. Lalu berakhir menangis sesenggukan dengan tubuh yang merosot ke lantai.

“Hiks.. nggak gini.. bukan kayak gini yang gue mau, hiks..” Aron menjambak rambutnya kasar. Ia mengumpat berulang kali di dalam hati, merutuki seluruh pemikiran bodoh yang dilakukannya di masa lampau. Apa cuma gue yang kangen sama lo, Kak? Lo nggak kangen sama gue?

Detik berganti, Aron tertawa miris. “Nggak mungkin dia kangen sama gue. Gue yang ngebuat dia menderita..”

Hari itu, Aron berganti pakaian dengan cepat. Seragam perwira melekat di tubuh tegapnya. Sepasang kakinya berayun keluar dari apartemen. Menggunakan motor sport kesayangan, Aron pergi ke markas dan menawarkan diri untuk menangani beberapa kasus.

Yap, Aron adalah seorang polisi. Ia merupakan salah satu anggota Youth Police Group, sebuah perkumpulan polisi khusus yang beranggotakan pribadi berusia remaja, namun memiliki kemampuan mumpuni yang bisa diandalkan.

Hari itu, Aron bagaikan orang kesurupan. Apa pun kasusnya, ia pasti terima. Goresan di hatinya dilampiaskan dengan memukuli para penjahat yang berhasil ia tangkap. Karakter Aron benar-benar berubah 180° seharian itu.

Bahkan, jika tidak dihentikan rekan kasusnya, Aron mungkin telah menghabisi nyawa seseorang. Beruntung kewarasan lelaki itu segera kembali walau tidak sepenuhnya.

Rekan Aron yang mengerti kalau Aron sedang dalam situasi tak mengenakkan. Hati lelaki remaja itu tengah kalap dan butuh pelampiasan. Sepertinya masalah yang Aron hadapi saat ini benar-benar menyesakkan jiwa.

“Pulanglah, ini hampir malam,” pinta rekan Aron seraya menepuk bahu Aron. Sekali lagi, Aron berhasil menyelesaikan sebuah kasus kecil berupa pencarian pencuri barang.

Aron hanya diam, ia bahkan tidak menatap rekannya itu. Kepalanya tetap menunduk ke bawah, menyembunyikan raut penyesalan yang pasti begitu kentara terpasang di parasnya. “Saya pulang dulu, Kak,” katanya pelan.

Tanpa menanti jawaban, lelaki itu melangkah gontai menuju motornya. Sepanjang perjalanan, pikiran Aron masih sama kalutnya. Nyatanya, pelampiasannya barusan tidak berdampak dengan rasa sakit di hatinya. Lelaki itu tetap kacau, tidak bergairah melanjutkan aktivitas apa pun.

Bugh! Bugh!

Brakk!

Aron menghentikan laju motornya dengan cepat. Sepasang manik lelaki itu terbelalak melihat pemandangan di depan. Seorang pria bertubuh besar terkapar di tanah. Dari mulutnya keluar suara ringisan yang cukup keras, menandakan bahwa rasa ngilu yang dideritanya bukan main sakitnya.

“Aaaakkh..” rintih pria itu.

Sementara si pelaku merupakan sosok bertopeng dengan pakaian serba hitam. Entah dia laki-laki atau perempuan, sosok itu hanya diam sembari menatap pria yang terkapar.

Di tepi jalan sana, ada pribadi gadis lainnya tengah duduk meringkuk di tepi jalan. Tubuh gadis itu gemetar, layaknya orang ketakutan.

“Itu Shyclore..” lirih Aron geram.

Siapa, sih, yang tidak mengenal Shyclore?

Negara X digemparkan dengan hadirnya sosok bertopeng yang sering ditemukan tengah memukuli seseorang hingga orang tersebut tewas penuh memar dan luka. Berulang kali anggota kepolisian mencoba untuk menangkap, namun tak kunjung membuahkan hasil. Shyclore masih berkeliaran bebas di luar sana.

Dan, hari ini, Aron diberi kesempatan untuk melihat adegan yang sama seperti tempo lalu. Ini bukan pertama kalinya bagi Aron melihat Shyclore.

“SHYCLORE!!” teriak Aron memanggil. Lelaki itu turun dari motor dan menghampiri Shyclore yang bergeming. Bahkan, dengan gaya beraninya, dia meletakkan sebelah kakinya di atas dada pria yang terlentang di tanah.

“Angkat tangan!” perintah Aron menodongkan pistol.

Shyclore tetap tidak bergerak. Aron pun melangkah maju, mendekati sosok Shyclore yang selalu tidak bisa ditebak. Hingga kini jarak mereka kian menipis. Kesempatan besar.

Shyclore tersenyum miring dibalik topeng. Jemarinya bergerak menekan sebuah tombol di atribut lengan yang tersambung dengan sepatu khusus di kakinya. Sepatu Shyclore membuka celah di bagian sol, mengeluarkan roda-roda kecil sehingga menyerupai sepatu roda pada umumnya.

Dengan kegesitannya, Shyclore membuat gerakan mengecoh dan kabur dari Aron mengandalkan sepatu miliknya. Ia meluncur cepat melewati lelaki itu yang menggeram emosi.

“Berhenti, Shyclore!” teriak Aron menggema. Lelaki itu menodongkan senjata, bersiap untuk menarik tuas. Namun, pergerakannya terhenti kala merasakan sentuhan di kakinya.

Aron menunduk, menatap gadis yang sebelumnya meringkuk di tepi jalan. “J–jangan, T–Tuan,” cicit gadis itu ketakutan.

Aron menaikkan sebelah alisnya. Diperhatikan lamat-lamat, sepertinya gadis itu lebih muda darinya.

“D–dia menyelamatkan saya.. pria itu ingin melecehkan saya, hiks...”

Aron tertegun. Perlahan tangannya meluruh ke samping tubuh. Tatapannya beralih pada sosok pria yang terkapar di tanah, ia yakin bahwa napas pria itu telah berhenti sepenuhnya.

Aron menghela napas berat. Nyatanya, Shyclore memang hanya membunuh orang-orang yang juga terlibat kasus kejahatan lainnya. Ada masa di mana Shyclore memukuli seorang pencuri, pembunuh, dan kali ini pelaku pelecehan.

Gue bingung. Kalo dia jahat, kenapa dia ngebantuin orang-orang? Apa mungkin.. sebenernya niat Shyclore itu baik?

Aron mengalihkan tatapannya, mengarah pada Shyclore yang kabur dengan motor sport milik Shyclore sendiri.

Lo emang misterius, Shyclore.

...🔫🗡️🔫...

Motor sport hitam milik Shyclore berhenti di kawasan minim orang. Di depannya ada bangunan megah yang sudah menjadi tempat tinggalnya selama empat bulan terakhir di Negara X. Mansion Callys, begitu Shyclore menyebutnya.

Baru saja ia masuk ke dalam mansion, Shyclore disambut dengan enam pasang tatapan nyalang dari penghuni yang ada di sana. Tatapan kemarahan yang Shyclore terima tak membuat ia gentar. Ia malah melewati mereka dengan santai, seolah tidak ada kesalahan yang terjadi.

“Udah puas?” sindir salah satu dari mereka.

Shyclore berhenti melangkah. “Belum,” jawabnya tanpa menatap sang penanya.

“Mau sampai kapan lo berbuat kayak gini?” tanya sosok gadis paling dewasa seraya menghela napas panjang.

“Sampai gue puas menghabisi para pendosa itu!”

“Udah cukup. Kita ke sini bukan untuk—”

“Stop!” Shyclore berbalik. Ia menekan tombol hitam di bagian samping pada topeng R-Scan yang dipakai, menampilkan paras Shyclore yang sebenarnya. “Lo tau, bajingan itu berusaha buat ngelecehin anak di bawah umur! Menurut kalian, gue bakalan diem aja?!”

Mereka berenam terdiam.

“Cih!” Sosok Shyclore berbalik dan berlari kecil meninggalkan keenam sahabatnya.

“Raniya! Udah cukup, Ran! Jangan buat masa depan lo jadi suram gara-gara tindakan lo ini!” teriak Rafael.

^^^To be continue...^^^

Terpopuler

Comments

Sun_Lee

Sun_Lee

Masih nyimak, dan masih banyak rahasia😊

2022-05-14

1

°•Anne's chaa•°

°•Anne's chaa•°

oh shyclore itu Raniya? Tapi kenapa Raniya gak bilang aja ke adeknya? Wah masih banyak rahasia, nih.. Aku masih rada bingung, apalagi penyebab kenapa Aron dan Raniya dipisah

2022-05-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!