“Vin, boleh gak nangis?”
Vina menatap Mira keheranan.
“kenapa kamu, cerita deh mumpung belum pecah itu otak” jawab vina
Mira menceritakan kedatangan Dinda tadi siang.
“aku salah apa ya, kenapa Dinda sejahat itu kepadaku.”
“sudah lah gak usah dipikirin, kamu salah karena terlalu pinter dan baik, saking baiknya kamu sampai lupa kalau punya hutang?” sindir Vina
“hutang apa?”
Mira yang berusaha mengingat- ingat jika dia hutang sesuatu kepada vina.
“memang dasar pelupa. Tuh bakso pak Satuman, janji kan kamu ingat gak”
“ya Ampun, hahaha. Oke oke, yuk sekarang.” Mira mengajak vina kang bawel
“aku telpon Aidin dulu deh…” sambung Mira
Bandara
“Halo, kamu dimana” tanya Bams
Bams menelpon Dinda untuk memastikan bahwa ia masih di bandara. Bams diminta dokter Fatih untuk menjemput Dinda di bandara.
Tak lama Bams berhasil menemukan Dinda. Dinda mengomel tidak jelas karena tunangannya yang meminta Bams untuk menjemput.
“sudah lah Din, kamu itu harus ngerti. Pak Fatih itu kerja, dia gak nganggur apalagi kencan sama orang gak jelas. Positif thinking saja lah”
Bams memberi nasihat kepada Dinda yang masih belum bisa menerima penjelasan
Bams dan Dinda yang tak lain adalah teman sekampus merasa beruntung karena mereka bisa langsung bekerja di rumah sakit Jakarta berkat bantuan dokter Fatih.
Keberuntungan mereka sepatutnya juga dirasakan Mira saat itu, tetapi mau dikata apa lagi semua itu sudah terjadi pada kehidupan Mira. Kehidupan Mira sekarang ini terkadang membuatnya terpuruk. Ia masih tidak habis pikir dunia ini begitu cepat berubah. Andai manusia tahu jika kehidupan manusia terkadang berubah menjadi buruk atau berubah menjadi lebih baik, kita tidak akan mensia-siakan waktu begitu saja.
“Dik, kamu uda selesai belum. Kalau sudah kakak tunggu di Bakso Satuman ya? Kita pergi sama Vina”
Aidin yang kebetulan sedang libur kuliah. Jadi Aidin pulang dari Surabaya dan stay di Malang beberapa hari. Kesibukan Aidin yang hanya bertugas sebagai status mahasiswa kedokteran dan menulis dibeberapa media massa untuk meraup rupiah. Aidin kerap kali membantu mbok Nah dan kakaknya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Maklum mbok Nah yang sudah tidak muda lagi dan kakaknya yang terhalang aktifitasnya karena kaki Mira.
Kehidupan mereka yang jauh dikatakan sederhana tanpa hidup yang mewah. Bahkan Mira tak punya keberanian lagi untuk tampil didepan umum seperti dahulu kala. Akibat kecelakaan itu Mira kehilangan kepercayaan dirinya.
Mira selalu melantunkan do’anya agar hidup Mira diputar Kembali.
“oke kak, bentar lagi aku ke sana”
“Mbok, kita tinggal dulu sebentar ya. Mbok mau dibungkus kan gak”
“gak usah Nduk, kenyang”
Mbok Nah sekalipun tidak pernah menyusahkan cucunya. Bahkan dengan sakit yang dideritanya, mbok Nah tidak pernah menceritakan itu kepada cucunya.
Sudah lama Mbok Nah mengidap penyakit sesak. Tetapi Mbok Nah yang tidak mau Mira dan Aidin memikirkan hal itu. mbok Nah yang seharusnya mendapatkan perawatan tentang penyakitnya itu, tetapi biaya yang menjadi kendalanya.
“sudah pesan, Din”
Sapa Fatih yang menghampiri Dinda disebuah restauran mahal di Jakarta. Hidup mereka yang bergelimang dengan harta terkadang membuat mereka merasa kurang bersyukur atas apa yang dimiliki.
Dokter Fatih anak ketiga dari 4 bersaudara merasa punya keuntungan tersendiri yang diberikan oleh keluarganya.
Sikap cuek dan pemarah Fatih yang terkadang membuat hubungan mereka sedikit kacau.
Dinda yang senantiasa lebih banyak bersabar akibat sifat Fatih seperti itu. tetapi Dinda yang mencoba untuk tidak ambil pusing masalah itu karena memang Dinda takut kehilangan Fatih yang tampan dan juga kaya.
“kamu kenapa, kalau tidak mau makan bilang, jangan buang waktu ku.”
“Bams mana, kok gak kelihatan”
Tanya Fatih kepadanya.
“mana mungkin Bams ikut, kan kita kencan sayang”
Jawab Dinda dengan menaruh rasa kesal.
“setidaknya izinkan aku berterimakasih dulu kepadanya karena telah menjagamu sampai sini”
Sahut Fatih.
Walaupun sikap Fatih yang cuek dan pemarah itu, terkadang kerap kali Fatih menunjukkan rasa pedulinya kepada orang lain dengan menghargai hal – hal kecil.
Bagi Fatih tanggung jawab adalah prinsip bagi setiap orang. Fatih sangat enggan terhadap orang yang tidak punya rasa tanggung jawab.
“Din, minggu depan aku mau ke Surabaya, ikut gak!” tanya Fatih kepada Dinda yang sedang menikmati makanan itu
“Ngapain?”
“tugas”
“malas ah kalau ikut tugas, kamu saja sendiri. Gapapa kan”
Fatih mengangguk kepada Dinda, Fatih memastikan kepada Dinda bahwa ia tidak akan protes untuk kepergiannya minggu depan. Fatih berpamitan bahwa ia memang punya tugas diluar kota selama seminggu.
Pada kesempatan itu Dinda juga meminta izin kepada Fatih bahwa ia berencana untuk keluar Bersama teman- temannya di Bali untuk berlibur.
“Berlibur, ambil cuti.”
Dinda mengangguk kepada Fatih dengan sedikit takut karena memang sikap Fatih yang sedikit keras.
“gak bisa, ingat tugas kamu. Ambil cuti jika penting.” Lantang Fatih
Dinda mendengus, dan berusaha memberikan alasan lain kepada Fatih, tetapi Fatih tetap bersikukuh bahwa Fatih tidak akan memberi izin Dinda untuk ambil cuti ke Bali. Makan malam itu berakhir dengan pertengkaran Dinda dan Fatih. Mereka Kembali pulang dengan suasana gelap kayak lampu mati.
Pagi ini Mira tidak berjualan pecel, Mira lebih memilih untuk ikut bersama Vina. Mira yang merasa mulai bosan dengan kehidupan dia yang begitu- begitu saja, sampai selamanya kehidupan Mira akan seperti ini jika ia tidak mencari jalan keluar dari zonanya.
Mira berpikir bahwa walaupun dengan kondisi satu kaki itu tidak akan membuat dia ketinggalan. Dia tetap bisa memberikan manfaat kepada orang lain.
“Mira, Mira, ayo. Siap belum! Teriak vina kepada Mira didepan rumahnya
Vina yang mengajak mira bertemu kepala sekolah untuk berbincang tentang keinginan mira menjadi seorang guru pembantu di sana. Mira merasa bahwa ia harus menyalurkan ilmu yang dia miliki selama ini.
Ilmu tidak bisa di biarkan selama kita masih mampu untuk membagikannya. Meskipun dengan kondisi Mira yang seperti itu, bukan berarti menyurutkan semangatnya.
“Mbok, Mira berangkat dulu ya? Assalamu’alaikum”
Mira dan vina berpamitan kepada Mbok Nah yang sedang berjemur itu.
“hati- hati ya Nduk, semoga berhasil.”
Pagi ini Fatih libur ke rumah sakit. Ia memilih untuk menghabiskan cutinya untuk bertemu ibunya di bogor.
Ibu Fatih tinggal di Bogor bersama suaminya dan anaknya yang kedua di rumah. Sedangkan kakak Fatih yang pertama juga tinggal di Jakarta sebagai seorang pengusaha. Dan adiknya Angel yang masih mahasiswa melanjutkan studinya di Jakarta jurusan kedokteran.
Fatih dan 3 saudaranya itu bisa dibilang jarang berkumpul bersama jika tidak ada hari- hari penting. Kesibukan dari masing- masing menjadi penghalang mereka untuk bertemu.
“Sudah sampai mana Fatih, ibu menunggu loh.”
“iya bu, habis ini sampai 30 menit lagi, masih macet bu”
“hati- hati ya nak, gak usah ngebut”
Nasihat ibu kepada putra bungsunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments