Alenta dan Nick berada di tempat tidur yang sama dengan saling memunggungi satu sama lain. Tidak tahu apakah Ivi sengaja atau tidak, tapi yang jelas mereka terpaksa tidur di ranjang yang sama karena Ivi memutuskan untuk menginap selama beberapa hari disana. Untung saja tadi Alenta sudah merapihkan kamar yang kata pembantunya sih Nyonya Ivi terbiasa tidur disana kalau menginap. Aduh! Lupakan dulu deh soal Ivi, soalnya sekarang harus fokus tentang dua orang berada diranjang yang sama untuk kedua kalinya.
Nick, pria itu benar-benar tidak tahu situasi rupanya. Disaat Alenta tidak bisa tidur karena tidak terbiasa dengan adanya partner molor di ranjang, mana bisa tidur dengan nyenyak seperti yang Nick lakukan sekarang. Merasa sudah tidak bisa lagi tahan berlama-lama disana, Alenta memutuskan untuk membangunkan Nick dan menanyakan pendapatnya bagaimana kalau Alenta diam-diam pindah ke kamar yamg sudah dua hari ini di tempati, atau lebih tepatnya kamar yang ada di ujung lorong.
" Bos? Bos? " Alenta menggunakan jari telunjuknya untuk menusuk-nusuk punggung Nick beberapa kali. Gak ada jawaban, seolah tusukan jarinya tidak memberikan pengaruh pada tubuh pria itu.
" Bos! " Panggil Alenta pelan seraya mendekatkan wajahnya agar bisa lebih dekat dengan telinga Nick.
" Bos! Aku mau pindah kamar, bagaimana menurutmu Bos? "
" Hem.... " Nick berbalik, dan itu sontak membuat Alenta menjauh dengan jantung yang berdegup kencang. Hais,... Bagaiamana tidak? Saat Nick berbalik tadi, pipi Nick tak sengaja menempel di hidung Alenta.
Aduh, Alenta! Jangan gerogi hanya karena wajah tampan Bos sialan ini!
Alenta membuang nafas kasarnya, lalu sedikit lagi menjauhkan tubuhnya sebelum benar-benar menggoyangkan kembali tubuh Nick.
" Bos! "
" Donro, jangan bersisik! Sini aku peluk! " Ucap Nick dengan mata tertutup, lalu meraih tengkuk Alenta dan membawa wajahnya ke dalam pekukannya.
" Donro, jadilah anjing patuh ya? Kalau banyak ulah aku akan membiarkanmu memakan tulang ikan lagi, mengerti?! " Nick semakin erat memeluk Alenta yang terperangah dengan tatapan kesal. Tadinya ingin sekali dia menggigit lengan Nick yang erat memeluk kepalanya, tapi begitu Nick mengecup kepalanya, Alenta benar-benar membeku tak bergeming. Terpesona dan bahagia? Tidak! Tentu saja tidak! Donro adalah anjing buas milik Nick, dan kecupan dikepalanya itu juga dia sana sekali tidak menginginkannya.
" Dasar kadal buntung! Sudah melecehkan ku dengan menyamakan ku sebagai Donro si anjing menyeramkan itu, lalu berani-beraninya mencium kepalaku yang terhormat dengan bibir kotor mu yang biasanya kau gunakan untuk mencium si toilet umum yang berinisial Rebecca itu, aku tidak akan membuat harimu bahagia besok. " Alenta menjauhkan tubuhnya dengan paksa meski itu memang sulit sekali.
" Hus, Donro jangan banyak bergerak! Hari ini wangi mu seperti betina, apa kau habis kikuk kikuk dengan betina dan baunya tertinggal di tubuhmu? "
Alenta menggigit bibir bawahnya dengan wajah kesal yang tidak bisa lagi ia sembunyikan. Dengan segera dan sekuat tenaga yang telah dia kumpulkan, Alenta menjauhkan tubuhnya dari Nick, lalu segera bangkit dari tempat tidur.
" Betina matamu! Tidur saja otakmu tidak jauh dari anu anuan, dasar tidak waras! " Alenta menghela nafas kasarnya, lalu membuka lemari dan mengeluarkan satu selimut tebal, setelah itu dia berjalan ke sofa yang ada disamping jendela dan tidur disana.
" Lebih baik badanku sakit karena tidur meringkuk sepanjang malam, dari pada nantinya terjadi hal mengerikan semacam pemer- Ah! Masa iya harus melapr ke kantor polisi dan mengatakan bahwa seorang suami mencoba melecehkan istrinya sendiri. Kuman juga bisa kejang mendengarnya kan? "
Pagi harinya.
Di meja makan Alenta nampak tak fokus karena merasakan pinggangnya yamg terasa sakit dan pegal. Sementara Ivi, dia terus mengatami keduanya dengan dahi mengeryit bingung.
Semalam aku yakin mereka tidur di kamar yang sama, dan Alenta sakit pinggang paginya? Aku bukannya tidak percaya kalau ekspresi Alenta seperti sungguhan, tapi masa iya dia mau ditiduri oleh Nick? Yah, meskipun Nick anakku, tapi Alenta aku juga mengenalnya dengan baik. Ya sudahlah, mau mereka sudah anu atau belum ya masa aku harus bertanya?
Tak lama setelah sarapan selesai Nick dan Alenta seperti ke kantor seperti kegiatan harian mereka. Tapi yang membedakan adalah, hari ini Alenta dan Nick tak sengaja berada di lift yang sama dengan Arkan.
" Selamat pagi, Bos? Selamat pagi, Sekertaris Alenta? " Sapa Akan begitu Nick dan Alenta akan masuk ke dalam.
" Pagi. " Jawan Nick malas.
" Pagi, Arkan. Kau akan kemana? " Tanya Alenta yang kini sudah agak jauh dari Nick, dan lebih dekat dengan Arkan, bahkan hampir saja menempel kedua lengan mereka.
" Ke ruang Manager utama mengantar beberapa berkas. Semalam kau tidur jam berapa? Kau lupa membalas pesanku ya? " Arkan tersenyum, lalu menjalankan tangannya untuk menggenggam tangan Alenta.
" Maaf, aku sibuk mengerjakan sesuatu. " Alenta juga menyambut hangat tangan Arkan dengan senyum yang merona bahagia.
" Di kantor adalah tempat untuk bekerja, kalau mau cinta-cintaan di tempat lain saja. " Ujar Nick tidak tahu seperti apa ekspresinya.
Alenta memaksakan senyumnya, tapi tak lama dia menatap punggung Nick dengan tatapan mengancam.
Bagus, kantor memang tempat bekerja. Lihat saja kau ya!
Sesampainya di ruangan Nick, Alenta segera membereskan beberapa dokumen juga menyiapkan beberapa hal sebelum rapat bulanan akan dimulai pukul delapan tiga puluh ini.
" Babe? "
Cih! Lagi-lagi datang di bunga mawar berduri. Ini masih pagi, tapi Alenta sudah harus menahan kesal karena sebentar lagi Bosnya akan banyak alasan demi si bunga mawar berduri itu.
" Babe? Sepagi ini datang ada apa? " Nick berjalan mendekati Alenta yang memang sudah bebas datang kapan saja ke ruangan Nick tanpa harus membuat janji terlebih dulu.
" Aku ingin menemani bekerja, dan aku juga tida ingin kau lupa dan mengelak dari janji. Kau tidak boleh lupa kalau besok adalah ulang tahunku, jadi mulai hari ini sampai besok kau harus menempel padaku. " Rebecca menjatuhkan wajahnya di dada Nick, lalu memeluk dengan manja.
" Iya, kau bebas melakukan apa saja yang kau mau kok Babe. "
Oh, indahnya! Indah sekali memang rasa cinta yang sedang menggebu-gebu. Tapi, jangan harap akan bertahan lama rasa indah itu saat ada iblis di dekat mereka. Siapa iblis nya? Iya tentu saja si wanita yang kini menatap jijik dengan sudut bibi naik ke atas, dia adalah Alenta.
" Aduh, kau ini bagiamana sih?! Siapkan dirimu karena sebentar lagi rapat bulanan akan dimulai. Ini di kantor, ini tempat bekerja! kalau mau cinta-cintaan ya tunggu jam kerja selesai, paham tidak?! " Alenta berbicara dengan menempelkan ponsel di telinganya.
Nick, pria itu hanya bisa menelan salivanya karena tahu benar kalau kata-kata itu adalah khusus untuk dirinya. Rebecca juga tentu saja paham bahwa Alenta tengah menyindir mereka.
" Aduh, maaf ya? Kalian jadi terganggu karena salah satu karyawan yang tidak becus ini. Maklum saja, urusan cinta memang tidak boleh dilangsungkan saat bekerja, jadi aku sengaja memperingatinya, persis seperti yang Bos katakan tadi pagi, Iya kan Bos? " Alenta tersenyum, tapi sungguh itu sangat menakutkan bagi Nick hingga hanya bisa menelan salivanya sembari menjauhkan tubuh Rebecca dari tubuhnya.
" A ayo, ayo kita rapat. "
" Ah, iya saya sampai lupa kalau ada rapat. Mari, Bos! " Alenta tersenyum.
Matilah kau Alenta! Kesal Nick di dalam hati.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Audrey Chanel
syukurin😂😂😂
2024-03-25
0
meE😊😊
si alenta kek gampang d tindas gtu tp klo udh ngluarin jurus y mlah si nick yg ga bs brkutik🤣🤣🤣
2023-02-22
0
Aqiyu
sekertaris yang keren
2022-11-03
0