Sore hari, aku dan putra ku Raihan telah selesai mandi. Aku mengambil pakaian yang aku belikan tadi di dalam jok motor, pakaian itu sengaja aku simpan di sana.
Aku memakaikan stelan yang aku belikan tadi kepada anakku, stelan yang bergambar Spiderman, super hero kesukaannya. Dia terlihat begitu tampan, dengan senyum bahagia nya, sambil sesekali berceloteh ria. Membuatku bahagia.
Dan aku juga memakai daster payung bermotif bunga-bung bewarna hitam dengan motif bunga bewarna warni.
Aku memandang diriku di cermin, sisa kecantikan itu masih tersisa di wajahku. Hanya saja tubuhku yang teramat kurus membuat garis-garis kerutan tercipta dimana-mana dibagian tubuhku. Dan membuat aku kelihatan lebih tua dari usiaku.
''mungkin mulai hari ini aku harus makan lebih banyak, lebih enjoy dan santai dalam menjalani hari-hari ku'' batinku, tersenyum simpul.
''dan, sepertinya kulitku juga butuh skincare. Sebentar lagi mas Ibnu akan gajian, aku akan mempergunakan uang pemberian dari nya itu untuk membeli skincare. Aku harus lebih cerdik mulai hari ini'' lanjutku lagi.
************
Aku dan anakku makan malam berdua. Aku membuat nasi goreng, dengan telur dada diatasnya. Raihan makan dengan begitu lahap, hanya untuk kami berdua. Mas Ibnu biarkan saja, aku tak peduli.
Pukul 8 malam lewat mas Ibnu masih belum pulang, aku berdiri di jendela. Menyingkap tirai lalu melihat keluar, di luar begitu sepi, malam begitu pekat, daun-daun bergoyang terkena hembusan angin malam.
Tapi, tunggu ...
Aku melihat ada orang sedang berdiri di sana.
Itu seperti mobil mas Ibnu, dia berdiri di depan pagar. Seperti sedang berbicara sama seorang wanita, wanita itu berambut panjang dengan pakaian seksi, rok di atas lutut.
Aku tertegun, meremas dadaku. Mereka bercumpu sesaat, saling menempelkan bibir di tempat remang.
Lalu, tidak berapa lama mas Ibnu membuka pagar. Memasukkan mobilnya.
Dan wanita tadi, dia berlalu. Mengendarai mobil bewarna merah.
Kepalaku di penuhi tanda tanya, siapa wanita itu?
Ipar, mertua, wanita simpanan?! Begitu banyak ujian yang harus aku hadapi. Sebagai wanita biasa tentu aku masih merasa sakit.
Aku harus maju atau mundur saat ini? Pikirku.
Tidak, sebelum aku pergi dari kehidupan mereka, aku ingin membuat mas Ibnu beserta keluarganya menyesal terlebih dahulu.
**********
Begitu mas Ibnu masuk, Aku berlalu kebelakang, mengaduk adonan kue ku untuk besok pagi, pura-pura tidak melihat kejadian tadi. Raihan berlarian bermain robotannya yang hanya ada satu.
Mas Ibnu masuk, terdengar bersiul-siul ria, lalu dia melangkahkan kakinya kearah ku.
''ngapain saja?'' tanya nya, mendudukan pantatnya di kursi.
''maksud kamu? Kamu bisa lihat sendirikan, mas!'' kataku.
''kenapa tidak ada makanan dan kopi di atas meja, Fitri?!''
''Kamu masih butuh makanan dan kopi buatanku?''
''pertanyaan seperti apa itu, Fit? Kamu itu istriku, kamu wajib melayani aku''
''aku tahu mas, tapi ... Uang yang kamu kasih buat sebulan sudah habis, mas!''
''biasanya? Kamu kan bisa berhutang dulu seperti biasa di warung depan?''
''aku nggak mau, masak suami seorang karyawan dengan gaji tinggi, istri nya berhutang terus''
''kamu sekarang benar-benar sudah mulai berani sama mas, Fit! Ini apa? Dan itu ..., Dari mana kamu dapat uang buat beli baju-baju?'' ketus mas Ibnu, menunjuk aku dan Raihan.
''kamu lihat aku lagi ngapain, mas? Aku juga punya uang, aku jualan. Aku capek mas pakai baju yang sudah bolong dengan tempelan di mana-mana. Kamu seharusnya jadi suami mikir, jangan egois.
Dan, mulai malam ini. Kalau kamu tidak memberi aku uang, aku tidak akan masak mas!''
''terserah! Dasar istri tidak berguna!'' umpatnya.
Brakkkkk ....
Mas Ibnu berlalu, memukul meja makan cukup keras.
Lagi-lagi Raihan harus melihat keributan yang terjadi diantara kedua orang tuanya, mas Ibnu bahkan tidak menyapa putranya.
Aku tersenyum sinis.
*******
Aku membawa Raihan, menyusuri jalan. Pagi ini terasa dingin, karena semalam di turuni hujan. Udara begitu sejuk.
Suara motorku terdengar sedikit memekakkan telinga.
Aku mengantarkan kue-kue ku dengan semangat yang membara. Alhamdulillah, kue ku yang kemarin habis tak tersisa di toko-toko dan warung.
Hari ini aku membuat kue sedikit lebih banyak dari biasanya, karena kata pemilik warung banyak pelanggan yang masih menanyakan kue ku.
Setelah selesai mengantar kue, aku mengajak anakku Raihan ke pasar, kami akan makan dan membeli satu lagi pakaian yang lebih bagus. Untung dagangan kue ku cukup banyak hari ini, aku harap seterusnya aku begini. Usaha ku semakin maju dan berkembang.
Setelah melewati perjalanan yang tidak terlalu jauh, akhirnya aku dan anakku tiba di warung makan. Aku memesan tiga menu sekaligus, aroma masakan begitu menggugah selera.
''di makan ya sayang, biar Raihan cepat besar'' kataku, sambil memasukkan makanan kepiring Raihan.
''iya, mama juga. Supaya mama jadi ndut'' celetuknya dengan kecilnya.
Kami tersenyum bahagia.
Saat aku sedang makan dengan lahap, ponselku yang ada di dompet berdering. Aku melihatnya.
Nomor yang tidak di kenal menelpon ku, aku merasa gamang, angkat atau tidak. Tapi, karena merasa penasaran aku pun memutuskan untuk mengangkat panggilan tersebut.
''assalamualaikum, ini siapa?'' ucapku sopan.
''hiks ... Hiks ... Hiks ... Walaikumsallam. Mayang, gimana kabar kamu, sayang? Apakah kamu tidak berniat untuk pulang? 5 tahun, sekarang sudah 5 tahun lamanya, Mayang'' jawab suara di seberang sana terdengar serak. mama ... Itu seperti suara mama. Air mata tiba-tiba mengenangi pelupuk mata ku, menutupi penglihatan ku. Tanganku gemetar, aku rasa ini bagai mimpi.
Hai reader yang baik hati, mohon tinggalkan jejak ya, jangan lupa like dan komentar nya. Supaya author yang baru menetas ini semakin semangat. Salam kenal untuk kalian semua. Peluk dari jauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Agustina Pramesti
semangat
2022-12-02
0
Wiwik Wardoyo
bagus thooorrr 👍
2022-12-01
0
Rice Btamban
tetap semangat
2022-06-15
1