Bab 5. Dijemput

"Hai, Fahmeeda. Kenapa kau terlihat lesu hm?" Seorang gadis bermake up tebal mencolek dagu Fahmeeda.

"Lea, jangan ganggu aku. Biarkan aku menikmati hidup." Fahmeeda masih betah tiduran di bangku kayu. Mengabaikan keadaan sekitar dan juga mengabaikan tiga orang temannya yang lain.

"Menikmati hidup bagaimana? Kau seperti tidak bersemangat sama sekali. Bagaimana kalau kita ke mall? Aku ingin beli gaun lagi. Apa kalian tidak ingin ke karaoke nanti malam?" Gadis yang lain menimpali, Yasmin. Dia terlihat polos tanpa make up. Hanya saja, dia sudah cantik dari lahir. Bibirnya pun di beri pemerah liptin.

"Kau hanya ingin ditraktir," kilah Lea.

"Ish, aku hanya menghibur Fahmeeda saja. Padahal soal berbelanja dan makan dia sangat bersemangat bukan?" Yasmin melirik Fahmeeda yang masih memejamkan kedua mata. Usahanya sia-sia untuk membangunkan Fahmeeda.

"Gaes, ada kabar yang spektakuller!" Seorang gadis berjalan mendekati tiga gadis yang duduk di bangku kayu taman.

"Apa, Cit? Kamu kalau bicara jangan sepotong-potong," ejek Lea.

"Berita yang Citra bawa ini bener-bener hot tahu. Ada pria tampan di depan sana. Mencari gadis calon istrinya." Gadis bernama Citra itu berbicara dengan tegas.

Mendengar kata calon istri, Fahmeeda merasa tak enak. Ia bangun dari tidurannya. Rok sepaha dan atasan lengan panjang bermodel crop top berwarna hitam membuat Fahmeeda sempurna dengan tubuhnya yang bak model kelas atas. Rambutnya pun disanggul ke pucuk kepala karena mood yang jelek.

"Calon istri katamu? Siapa pria itu?" tanya Fahmeeda.

"Iya! Calon istri katanya. Nama pria itu siapa ya? Ah pokoknya, dari keluarga Wijaya."

"Steward Wijaya?" Fahmeeda membatin gelisah.

Secepat kilat gadis itu berdiri dan berlari. Meninggalkan tiga temannya yang saling berpandangan bingung. Di balik semak-semak, Fahmeeda dapat melihat sosok pria tampan ala babang tampan korea berdiri di dekat mobil Lambhorgini-nya yang mahal. Didukung oleh setelan jas berwarna abu-abu serta terlihat mahal, membuat penampilan Steward sangat sempurna tanpa cela.

Mulut Fahmeeda terbuka selebar-lebarnya. Lalu menepuk jidatnya yang lebar tanpa ada rambut yang mengganggu wajahnya. "Apa yang harus aku lakukan?"

Fahmeeda terus berpikir. "Ah." Ingat jika Steward memberikan kartu namanya. Tentu saja di sana ada nomor yang bisa dihubungi dan hanya diberikan kepada Fahmeeda saja.

Karena Steward memiliki dua kartu nama yang satunya hanya untuk rekan kerja. Sedangkan satunya, yang terdapat nomor telepon pasti Steward berikan pada kenalannya yang lumayan dekat. Gadis itu segera memanggil nomor telepon pria tampan itu.

"Aku mohon angkat, Tuan Steward." Fahmeeda bergumam gelisah. Beruntung, Steward dari kejauhan terlihat mengambil ponselnya.

"Cepat katakan siapa kau?" Suara bariton penuh penekanan terdengar dari sambungan telepon.

"Tuan Steward, ini Fahmeeda. Apa yang Anda lakukan di depan kampusku?" Fahmeeda berbicara dengan berbisik sambil mengamati keadaan sekitar.

"Fahmeeda?" Raut wajah Steward berubah. "Aku ada di depan kampusmu. Tentu saja aku menjemputmu. Bukankah kelasmu telah selesai?"

Wajah Fahmeeda terkejut. "Dari mana Anda tahu jam pelajaranku telah usai?"

"Oh, aku sudah bertanya kepada Tuan Harris. Jadi, aku kemari untuk menjemputmu. Bagaimana jika kita makan siang bersama?"

Lagi-lagi mulut Fahmeeda terbuka. Tidak menyangka Steward terlalu blak-blakan. Gadis itu kemudian mengatupkan mulutnya dan berpikir keras. Tidak mungkin rasanya ia keluar dari semak belukar ini. Mengingat Steward dari awal sudah mengatakan jika dia sedang menjemput calon istrinya.

"Em, bisakah Anda pulang saja? Aku memiliki janji dengan teman-temanku. Kenapa Anda kemari tanpa membuat jnji dulu denganku? Kan aku tidak tahu kalau Anda akan mengajakku makan siang." Fahmeeda tersenyum lega. Pasti setelah ini Steward akan pergi karena dirinya akan pergi bersama teman-temannya.

"Benar juga ya. Kenapa aku tidak membuat janji denganmu dulu? Begini saja, kita keluar bersama dan ajak saja teman-temanmu. Aku yang akan mentraktir kalian hari ini. Bagaimana? Kalian ingin membeli apa saja, dompetku pasti tidak akan jebol. Keluarlah, atau kau mau aku ke tempatmu?" Steward tak kehabisan akal. Kini, giliran Fahmeeda yang dipojokkan.

Fahmeeda membeku seraya memejamkan kedua mata. "Aku telah habis hari ini."

"Apanya yang habis? Sudah kubilang dompetku tidak akan habis hanya untuk mentraktir kalian makan. Aku kan pemilik perusahaan ternama, tidak akan bangkrut hanya mentraktir beberapa orang saja. Kau ingin aku ke kelasmu?" Steward masih belum menyerah. Entah dia paham atau tidak jika dirinya sedang memaksa seorang gadis untuk berkencan dengannya.

"Tidak! Aku akan keluar. Bisa tunggu di luar pintu gerbang kampus saja? Aku harus mengurus sedikit masalah." Fahmeeda akan menyelinap keluar dari kampus nanti. Agar tidak ada teman yang melihatnya masuk ke dalam mobil Steward.

"Kau ada masalah? Jika kau butuh bantuanku aku akan mencarimu di dalam."

"A ... Ti-tidak. Hanya sedikit masalah kecil saja. Anda bisa menungguku sebentar kan? Aku harus terlihat cantik, karena Anda mengajakku makan siang."

Perkataan Fahmeeda membuat jantung Steward berdetak kencang. Senyuman lebar tersungging di bibir Steward. "Baiklah. Aku akan menunggumu di luar gerbang kampus."

Sambungan telepon dimatikan. Fahmeeda bernapas lega. Gadis itu semakin lega saat terlihat Steward masuk ke dalam mobil dan mobilnya melaju meninggalkan halaman utama kampus.

"Aku hampir saja mati kehabisan napas," gumam Fahmeeda.

"Apanya yang mati kehabisan napas?" Sebuah suara mengagetkan Fahmeeda. Gadis itu dengan cepat membalik tubuh dan mendapati Ken telah berdiri tepat di belakangnya. "Hai, Fahmeeda. Wajahmu terlihat lucu. Kenapa kau bersembunyi di semak-semak?"

Ken. Pria tampan blasteran ala wajah pria turki itu tersenyum manis ke arah Fahmeeda. Salah satu dari jajaran pria tampan di kampus berikut dengan Fahmeeda salah satu yang menjadi fansnya.

"Are you okay, Fahmeeda?"

"Oh. I'm okay." Fahmeeda semakin linglung dengan banyak kejadian mendadak siang ini. Rasanya ia akan semakin sering terkena serangan jantung jika ini terus berlangsung.

"Aku bisa gila muda." Fahmeeda membatin seraya bangkit berdiri.

Terpopuler

Comments

Dwi Pujansih

Dwi Pujansih

stewart semangat.. hahaha lgsg jatuh cinta dia

2022-04-04

1

Sofi Navita

Sofi Navita

ciee steward ngajakin fahmeeda kencan nih ye 😅😅😅

2022-04-04

1

Hanifah Djawas

Hanifah Djawas

😅😅😅😅
semangat up kaka💪🏻💪🏻

2022-04-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!