🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
•
•
•
✨🌹💞🌹✨
Alvaro yang bingung mendengar tangisan Dinda semakin besar menggaruk kepala yang tidak gatal.
"Kenapa semakin kencang? maaf tadi saya hanya becanda saya tidak serius dengan ucapan saya tadi, jangan takut jadi diam lah, bukannya saya sudah berjanji tidak akan menyentuh mu." Tatap Alvaro menatap wajah Dinda di penuhi tetesan bening jatuh dari kedua bola mata.
"Apa kakak serius tidak akan melakukan?" Diam Dinda menatap tanya pada Alvaro yang menatap dirinya.
"Iya serius, jadi diam lah, hapus air matamu." Perintah Alvaro bangkit kembali duduk di tempat awalnya.
"Mana mungkin saya melakukan dengan bocil, baru berkata saja sudah menangis bagaimana kalau benar bisa heboh." Gumam Alvaro, masih bisa di dengar samar Dinda meski tak jelas.
"Kakak bilang apa? saya tidak dengar suara kakak sangat kecil." Kata Dinda setelah tenang dan menghapus bersih air matanya.
"Tidak ada. Istirahat saja!"
"Ok."
Dinda langsung berjalan dan menjatuhkan diri diatas kasur dan mengambil guling membuat pembatas. Alvaro melihat Dinda yang aneh langsung membuka suara." Apa yang sedang kamu lakukan?" Bingung dan penasaran melihat tingkah Dinda yang ada saja.
"Saya lagi membuat pembatas jadi kakak tidak boleh melewati batas ini. Ini punya kakak dan ini punya saya." Tunjuk jelas Dinda.
"Kenapa harus ada pembatas ini kamar saya dan juga kasur saya, kenapa kamu mengatur saya?"
"Saya tidak mengatur, saya hanya berjaga-jaga takut kakak langgar, jadi sebelum semua terlambat saya buat pembatas biar aman kedepannya."
"Tidak perlu! angkat sekarang bukannya saya sudah bilang tidak akan menyentuh kamu, kecuali kamu sendiri meminta nya pada saya, maka akan dengan senang hati saya melakukan." Bangkit Alvaro memindahkan bantal sebagai pembatas di buat Dinda.
"Tidak, biarkan ini seperti ini." Bantah Dinda menahan Alvaro memindahkan bantal yang di buatnya.
"Jangan keras kepala seperti ini Dinda atau kamu mau saya melakukan sekarang!" Menatap tajam Dinda dengan sedikit meninggikan nada suara.
Mendengar nada suara Alvaro lebih tinggi dari sebelum nya membuat nyali nya menciut takut.
"Bagus kalau nurut, jangan harus di ancam dulu baru ikut. Jadilah istri yang patut." Membelai lembut anak rambut Dinda.
Setelah mengembalikan batal pada posisi semula, Alvaro menjatuhkan bokong pada kasur dan menyandar kepala pada bantal.
Melihat Dinda masih diam mematung setelah suara tinggi dadakan nya itu, Alvaro menjadi tidak tega melihat wajah takut Dinda.
Alvaro menepuk lembut kasur di sebelah nya." Tidur lah pasti kamu cape setelah acara tadi."
"Sa_ya bel_um ngan_tuk." Gugup Dinda grogi.
Bangkit dari tidur Alvaro duduk menyakinkan Dinda."Jangan khawatir semua perkataan saya tadi tidak benar, semua candaan." Menatap memberi keyakinan agar Dinda tidak cemas dan tidak takut.
"Tidur lah." Menepuk ulang kasur dan Dinda mengangguk setuju dan langsung berbaring tidur.
"Apa yang harus aku lakukan jika terus menghadapi tingkah aneh bocil ini, membujuknya tadi rasanya sudah seperti sedang mengurus anak yang merajuk bukan seperti membujuk istri." Batin Alvaro senyum sendiri menggeleng kepala dengan tingkah Dinda.
Memandang Dinda sudah lelap dengan tidurnya, Alvaro ikut membaringkan diri membelakangi Dinda.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, Dinda bangun terlebih dahulu menuju kamar mandi membersihkan diri mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat Ashar.
Saat bersamaan Dinda melaksanakan sholat, Alvaro sadar dan bangkit hal pertama yang di lihat adalah Dinda melakukan sholat.
Betapa terharu dirinya melihat hal yang jarang di lihat dari banyak wanita di luar sana yang di kenal.
"Bocil ini cengeng, tapi ibadahnya rajin, kenapa orang tuanya tega menikah kan nya begitu cepat di usia muda, usia dimana bersenang-senang dengan teman, bukan menjadi istri." Batin nya terharu terus memandang gerak-gerik sholat Dinda.
Dinda melipat rapi mukenah dan sajadah, setelah selesei Dinda bangun dan meletakkan pada tempat nya.
Betapa kaget saat balik mendapatkan wajah Alvaro pertama yang di lihat.
"Kakak sudah bangun?" Tanya Dinda berjalan mendekati Alvaro menarik tangan lalu menyalim punggung tangan.
Mendapat perlakuan seperti ini Alvaro terperangkap tidak percaya dengan apa yang di lakukan Dinda barusan.
"Apa yang kamu lakukan?"
"Apa ada yang salah dengan perlakuan ku ini?" Tanya balik Dinda.
"Iya salah, kenapa menyalim ku?"
"Kakak suami saya jadi sudah seharusnya seorang istri menyalim punggung tangan suami, sebagai bentuk hormat dan patuh terhadap suami." Jelas Dinda menatap wajah bingung Alvaro yang tidak tau.
"Tau dari mana kamu soal beginian, kamu masih bocil kenapa tau banyak dari saya dan wanita dewasa di luar sana?" Tanya Alvaro, seakan ingin sekali Dinda tertawa mendengar pertanyaan bodoh ini.
"Kakak ini bukan hanya besar badan dan tua umur, tapi juga bodoh, masa hal begini tidak tau? apa kata orang jika mendengar pertanyaan bodoh kakak ini." Ejek Dinda tidak habis pikir pria seperti apa yang menjadi suaminya ini, tapi entah kenapa ia merasa lucu dan juga kasihan, dan tanpa sadar membentuk senyum kecil di sudut bibir nya.
"Kamu mengatai saya bodoh gitu?"
"Bisa di bilang seperti itu, tapi saya tidak mengatai, karena kakak lah yang mengatai diri sendiri dengan ucapan barusan."
"Sama saja kamu sedang mengatai saya meski tak langsung."
"Terserah kakak mau bilang apa, saya sudah menegaskan jika saya tidak mengatai kakak. Jika kakak merasa, salahkan diri kakak sendiri kenapa begitu sensitif." Balas dinda.
Dinda terus membela diri, tanpa takut dengan alvaro, entah kenapa dinda menjadi berani dalam berkata, biasanya akan diam saat di tegur atau di marahi, namun kali ini berbeda dia semakin berani dan banyak bicara. Apa ini hanya berlaku untuk alvaro atau berlaku untuk orang lain juga.
"Kamu kenapa semakin berani, apa kamu ingin kita melakukan sekarang?" Tatap Alvaro mengancam Dinda, mendadak langsung diam tak berani berkata.
"Nah kalau begini bagus, jangan banyak bicara, diam kan lebih cantik dan manis nya juga dapat." Senyum Alvaro puas membungkam dinda yang terus membalas perkataannya.
"Iya. Kakak tidak sholat?" Tanya Dinda melihat Alvaro tidak beranjak bangun untuk membersihkan diri mengambil air wudhu.
Alvaro bingung harus menjawab apa, dia sudah lupa bacaan dan gerakan sholat, hal tersebut pernah dia lakukan tapi sudah lama saat berada di bangku SD, bisa dihitung sekarang usia nya 29 tahun sudah berapa lama tidak melakukan sholat.
"Kenapa kakak diam? ayo bangun ambil wudhu keburu waktu ashar habis, tidak baik menunda sholat, jika bisa di kerjakan sekarang kenapa harus di tunda." Tatap Dinda masih belum tau jika Alvaro tidak tau tata cara melaksanakan sholat.
"Aku tidak tau cara melakukan nya." Kata Alvaro menunduk kepala malu hal yang wajib untuk umat muslim tidak dia ketahui.
"Tidak tau apa nya?" Tanya Dinda menaikan alis tidak mengerti maksud tidak tau apa dari perkataan Alvaro ini.
...Bersambung...
...💞_____________🥀🥀🥀______________💞...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Sweet Girl
lama sekali Al.... bocah nakal
2022-08-04
1
Ida Kristyati
Nyimak dulu....
2022-06-04
0
Cicih Sophiana
ceritanya bagus...semangat ya thor💪💪🥰
2022-04-13
1