"Selamat pagi..." ucap Lila, pada semua rekannya.
"Pagi, Lila. Kok pucet banget, Lila sakit?" tanya Mas Aryo.
"Hmm? Engga, Mas. Cuma capek aja. Butuh istirahat sih, tapi jadwal mengejar."jawab Lila, dengan merapikan dirinya untuk kembali dalam rutinitas hariannya.
Seorang rekan berlari, menghampiri mereka semua dengan wajah yang begitu cemas.
"Sya, kamu kenapa?" tanya Mas Aryo.
"Penghuni kamar 108 komplain, gara-gara pesanannya salah. Siapa yang bawain semalam?" tanya Tasya.
"La, kamu salah kasih?" tanya Mas Aryo.
"Hah, aku yang salah kasih? Berarti, semua salahku? Astaga, bodoh sekali." gumamnya dalam hati.
"Lila, kok malah ngelamun?" tegur Mas Aryo padanya.
"Maaf, mana yang protes? Biar Lila kesana." ucap Lila, dengan segala sesalnya.
"Jadi bener, kamu yang salah ambil semalam. Astaga, Lila." omel Mae Aryo.
Lila pun menunduk penuh penyesalan. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, dan jatuhnya di dalam kubangan yang kotor dan menjijikkan.
Mas Aryo pun tak tinggal diam. Ia sadar jika Lila melakukan perintahnya semalam, dan Ia ikut andil dalam semua kejadian. Mereka menghadap ke kamar itu bersama, dan menyesali semua perbuatannya.
"Kalau saya, tak menerima minuman itu, tak masalah. Tapi, siapa yang menerima minuman saya? Itu minuman beralkohol, mahal. Gaji kamu sebulan, belum tentu bisa menggantinya." omel pemilik kamar itu.
"Ma-maaf, saya yang akan bertanggung jawab. Saya rela, tak di gaji bulan ini demi menutup kerugian." jawab Lila.
Iam keluar kamar ketika suasana tengah panas. Ia sekilas melihat, tapi tak perduli akan apa yang terjadi. Ia berjalan kebawah, untuk membuat komplainnya sendiri.
"Siapa yang mengantar minuman beralkohol ke kamar saya?" tanya Iam, yang berhadapan langsung dengan manager hotel itu.
"Maaf, sepertinya mereka yang sedang ada di ruangan 108." ucap Sang manager padanya.
"Hah?"
"Ya, seorang pegawai magang yang baru beberapa bulan bertugas. Mereka sedang di mintai keterangan disana."
"Bawa saya menemuinya."
"Kenapa?" tanya Manager yang bernama Arnold itu.
Iam bergeming, Ia hanya menarik sang manager dan memintanya segera membawanya pada Lila. Ia sangat penanasaran, kenapa gadis itu diam saja dan tak kunjung menemuinya.
"Apakah ada sesuatu?" tanya Arnold lagi.
"Tidak..." jawab Iam.
Kamar 108 telah di datangi. Masih ada Lila dan Aryo disana, yang masih saja di cecar dengan banyak pertanyaan dan hinaan.
"Selamat siang." ucap Arnold, membawa Iam masuk di belakangnya.
Lila, meski tak pernah melihat wajahnya dengan jelas. Tapi Ia faham dengan suara dan bentuk rambut Iam.
"Astaga, pria itu." batinnya, lalu bergeser makin lama bersembunyi di belakang Mas Aryo.
"Lila kenapa?"
"Ngga papa, Mas." ucap Lila, berusaha menghindari Iam yang ada di depan matanya.
"Itukah dia? Kenapa dia sembunyi? Harusnya dia mencariku, meminta tanggung jawab atas perbuatanku semalam." fikir Iam.
Pandangan teralihkan, ketika Arnold mengajaknya berdiskusi mengenai minuman. Iam bersedia bertanggung jawab, karena Ia yang meminumnya hingga habis tak bersiasa. Ia pun membayar semua kerugian, agar Lila terbebas dari segala tuntutan.
" Kamu...." tunjuk Iam pad Lila.
"Sa-saya?" tanya Lila, gugup.
"Ya, ke kamar saya, sekarang." pinta Iam padanya.
Kaki Lila langsung gemetar. Wajahnya langsung pucat pasih mendengar perintah itu. Ia takut, jika yang semalam akan terjadi lagi padanya.
"Haruskah aku datang, atau aku lari?" fikir Lila, dengan segala kegalauan di hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
👙⃝᜴ᵍᵉᵐᵇᶦᶫ👻ᴸᴷ
lanjut
2022-08-16
0
beban suami
Iam mau tanggung jawab Lila....
2022-07-21
0
Nana
datang donk Lil
2022-06-23
1