Arezz memandang mata indah milik Evina, dirinya sungguh terkesima dengan bola mata Evina yang terlihat coklat berkilau, pandangannya tampak sayu dengan bulu mata panjang lentik menambah keindahan mata nya semakin memukau.
''Saya mau minta maaf soal kejadian tadi siang, saya memang salah,'' ucap Arezz dengan sedikit kikuk.
Wanita yang berada di hadapannya hanya terdiam, dirinya hanya berbalik lalu melangkah masuk ke dalam tempat tinggalnya, yang berada tepat di samping tempat tinggal Arezz, jarak antara tempat tinggal Evina dengan tempat tinggal dirinya hanya terhalang satu tembok berwarna putih.
Lalu Arezz pun masuk ke dalam tempat tinggalnya.
Di dalam, Sakti sudah tampak tertidur di ruang depan dengan hanya beralaskan karpet tebal yang sudah sedikit usang, meskipun Arezz seorang pangeran namun dirinya sudah menanggalkan hak istimewa yang di berikan oleh istana kepadanya.
Harta atau pun gelarnya telah dia tinggalkan di dalam istana, dirinya benar benar menjelma menjadi rakyat biasa yang bertahan hidup dengan bekerja keras memeras keringat.
Meskipun sebenarnya keringat Sakti lah yang lebih banyak terkuras, karena harus bekerja sekaligus menjaga Arezz yang merupakan seorang pangeran, yang suatu saat nanti akan naik Tahta menggantikan Baginda Raja.
Meski saat ini pangeran nya tersebut menolak tahta yang di berikan kepada Nya, namun Sakti sangat yakin bila saat nya sudah tiba nanti, pangeran akan menerima tahta dan duduk di singgasana sebagai seorang raja.
Oleh karena itu,Sakti akan berusaha dengan segenap hidupnya untuk melindungi calon raja masa depan di kerajaan Underland.
Arezz berbaring dengan beralaskan kasur busa tipis yang juga sudah sedikit usang. Pandangan nya tampak menerawang jauh ke langit langit kamar, membayangkan sosok wanita dengan mata indah berwarna coklat yang baru saja di temui nya.
Entah mengapa, bayangan wanita tersebut seolah menari nari di dalam otak nya. Postur tubuh tinggi dengan lekuk tubuh yang indah membuatnya sedikit menelan ludah.
Sebagai pria normal dirinya tentu saja sangat tergiur saat melihat wanita cantik yang hampir tak berpakaian berada di hadapan nya. Apalagi ketika wanita tersebut mengibaskan rambut panjang ke udara, membuat jantung Arezz seakan hendak meledak seketika saat membayangkannya.
Sang pangeran pun mencoba memejamkan mata, dirinya sebisa mungkin menyingkirkan bayangan wanita yang dia sendiri tidak tahu siapa nama dari wanita tersebut.
Sementara itu di kamar sebelah nya,kamar nomor 12 Evina pun sedang berbaring di atas pembaringan nya, memandang langit langit kamar dengan tatapan kosong, pikiran nya melayang entah kemana.
Entah mengapa dirinya pun teringat pada sosok laki laki yang baru saja di temui nya, tatapan mata laki laki tersebut membuat hatinya bergetar, persekian detik waktu yang dia rasakan saat mata mereka saling bertemu satu sama lain membuatnya gelisah.
Evina berusaha memejamkan matanya,meski bayangan laki laki tersebut kini sedang menari nari di otak kecilnya.
Dan akhirnya Evina dan Arezz pun terlelap,di tempat yang hanya terhalang tembok berwana putih usang, dua insan manusia mencoba membenahi pikirannya yang terasa gelisah, tanpa mereka sadari jika kedua nya telah jatuh cinta pada pandangan pertama.
***
Keesokan harinya.
Sakti tampak menggoyangkan tubuh Arezz hendak membangunkannya, hari ini mereka berdua berencana untuk mencari pekerjaan agar bisa terus bertahan hidup.
''Pangeran... bangun, hari sudah siang,'' ujar Sakti.
Arezz tampak sedikit membuka mata, mengusap kedua matanya dengan tangan lalu menguap.
''Sekarang jam berapa?''
''Jam 9 pangeran.''
''Kamu sudah rapih, mau kemana?'' tanya Areez yang sudah dalam keadaan duduk.
''Bukankah hari ini kita akan mencari pekerjaan, tabungan kita sudah menipis pangeran,'' jawab Sakti.
''Oh ia saya lupa, ya sudah saya pergi mandi dulu, kamu tunggu sebentar ya.''
Sakti tampak mengangguk dan keluar dari dalam kamar.
Setelah 30 menit menunggu akhirnya Arezz sudah siap, dirinya tampak rapih dengan mengenakan kemeja berwarna biru serta celana hitam panjang, rambutnya pun tampak tertata rapih.
Arezz menghampiri Sakti yang sudah menunggu nya sedari tadi.
''Kita berangkat sekarang,'' ajak Arezz.
Lalu Sakti mengangguk,berdiri lalu hendak berjalan.
''Tunggu... mulai sekarang kamu jangan memangil saya dengan sebutan pangeran, saya tidak mau identitas saya sampai terbongkar,'' ujar Arezz dengan penuh penekanan.
''Baik pangeran... Maksud saya Aa..reezz,'' jawab Sakti dengan sedikit canggung.
Lalu mereka berdua berjalan menuju bangunan bangunan tua yang sudah di sulap menjadi tempat untuk mencari nafkah para karyawan yang bekerja di dalamnya.
Sakti dan Arezz berjalan dan memasuki satu cafe ke cafe lainya untuk mencari pekerjaan,namun sudah hampir separuh dari tempat itu menolak mereka berdua dengan alasan sedang tidak membutuhkan karyawan.
Mereka berdua tahu jika semua yang bekerja di sana adalah tetangga di tempat tinggal baru nya, apakah mungkin mereka tidak ingin menerima mereka berdua bekerja karena kejadian tadi malam? batin Arezz berucap.
Sudah hampir 3 jam mereka berkeliling, Arezz pun sudah merasa lelah karena usaha nya belum membuahkan hasil, sementara perutnya sudah meminta untuk di isi oleh makanan, lalu terdengar suara kecil di perutnya, yang tentu saja di dengar oleh Sakti yang kini sedang berada di sampingnya.
''Pange--- maaf maksud saya Areez, apa kamu lapar?'' tanya Sakti dengan melirik perut Areez yang kini telah di pegang oleh kedua tangan nya sendiri.
Arezz mengangguk lalu meringis, merasakan perutnya ya terasa sedikit perih.
''Kita cari makan dulu ya,'' ucap Sakti.
Sakti merogok saku celana nya, mengambil dompet dan melihat persediaan uang yang saat ini ada di dalam dompet nya, karena semua keuangan mereka di pegang dan di atur oleh Sakti.
Mata nya sedikit melotot ketika uang yang berada di dompetnya sudah sangat menipis, mungkin hanya cukup untuk mereka makan selama dua hari, namun Sakti tidak memberitahukan hal tersebut kepada Arezz.
Akhirnya Sakti menghampiri sebuah cafe kecil bernuansa ungu, dengan bunga merambat di sepanjang temboknya yang juga berwarna ungu.
Nama dari cafe tersebut adalah ''Cafe Monalisa''
Sakti dan Arezz duduk di kursi yang sudah di sediakan di luar cafe, mereka sengaja memilih tempat di luar agar bisa menghirup udara segar dan melihat pemandangan orang melintas berlalu lalang di tempat tersebut.
Setelah duduk selama beberapa menit, Sakti berdiri dan masuk ke dalam cafe untuk memesan makanan.
Sebenarnya dia bisa saja memanggil pelayan cafe ke arahnya, namun dia lebih memilih untuk masuk ke dalam agar bisa bertanya kepada pelayan cafe, mungkin saja sedang mereka membutuhkan karyawan tambahan di cafe tersebut.
Sementara Arezz hanya duduk sambil memegang perutnya yang sudah semakin perih, sambil sesekali melihat pelayan cafe yang sedang sibuk melayani pengunjung yang terlihat ramai.
Sampai pada akhirnya dia melihat seorang wanita yang sedang membawa sekantong besar sampah,yang hendak dia buang ke tempat sampah yang berada tak jauh dari tempatnya duduk.
Mata Arezz tampak menatap tanpa berkedip, wanita yang sedang bersusah payah membawa satu kantong besar sampah di tangan nya, sampai akhirnya Arezz melihat wanita itu terjatuh lalu dia pun berdiri dan menghampiri nya berniat untuk menolong wanita tersebut.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Mom FA
aku mampir tor🤗
2022-05-12
1
ponakan Bang Tigor
uwahh permainan kata-kata yang mengena
2022-05-08
2
Puput Wulandary
november aidio
2022-04-19
3