Semua hal terasa berjalan dengan cepat tak terasa Suro telah berumur tiga tahun. Tetapi perkembangan tubuhnya seperti anak yang sudah berumur enam tahun atau tujuh tahun. Disaat itu Suro sudah banyak belajar dari Eyang Sindurogo.
Dia tidak ingin jauh dari gurunya, begitu juga eyang Sindurogo selalu membawa serta kemanapun dia pergi. Agaknya dia juga tidak ingin jauh dari bocah itu. Kehadiran Suro dalam hidupnya telah membuat warna dalam hidupnya.
Suro yang dia besarkan dengan penuh rasa kasih sayang, itu begitu penurut dan hormat kepada dirinya.
Dia juga melihat jika anak itu haus tentang ilmu. Dia menyadari, karena sedari kecil Suro akan begitu antusias mempelajari berbagai tanaman obat yang menjadi bahan untuk meramu.
Eyang Sindurogo juga menyadari jika daya tangkap yang dimiliki Suro berada diatas rata-rata pada manusia pada umumnya. Karena sejak kecil dia dapat menghafal seluruh tanaman obat yang pernah dijelaskan kepadanya, walau itu hanya sekali. Bahkan dapat menghafal dengan baik dimana letak setiap tanaman obat itu tumbuh.
Bahkan setiap kali dirinya sedang meracik obat, Suro yang memperhatikan dengan teliti baik takarannya maupun cara meraciknya. Maka setelah dia selesai Suro dengan mudah dapat meniru seperti apa yang baru saja dia lakukan.
Begitu juga saat gurunya sedang mengobati para penduduk, Suro akan ikut mendengarkan keluhan para pasien dan juga mengingat obat yang akan diberikan gurunya dari setiap keluhan yang dilontarkan oleh para penduduk.
Pada usia tiga tahun itu Suro sudah memiliki daya pikir yang cukup dewasa, bahkan melewati kecepatan tumbuhnya yang tidak normal. Karena bisa dikatakan dua kali dari umurnya yang seharusnya masih umur tiga tahun, tetapi terlihat anak seperti enam tahun.
Cara berpikir Suro yang terlihat begitu dewasa membuat Eyang Sindurogo akhirnya berencana untuk menceritakan semuanya kepada Suro, perihal asal-usul dirinya. Karena itu, setelah Suro selesai pulang dari mencari tanaman obat dia langsung dipanggil oleh eyang Sindurgo.
"Angger thole Suro!"
"Nuwun inggih."
"Aku rasa sekarang saatnya aku harus bercerita kepadamu sedari awal. Ini mengenai asal usulmu yang sebenarnya ngger. Aku akan berterus terang kepadamu, jika aku sebenarnya bukanlah orang tua kandungmu."
Kemudian Eyang Sindurogo mulai bercerita kepada Suro bagaimana dia menemukannya. Tetapi dia mewanti-wanti untuk tidak menceritakan bagaimana dia diketemukan olehnya kepada siapapun. Dia berpesan seperti itu, tentu saja berhubungan dengan pusaka dewa yang moksa atau lenyap dalam tubuhnya.
"Oleh karena itu cukup kamu panggil diriku dengan eyang guru saja."
"Nuwun inggih, eyang guru."
"Terima kasih atas penjelasan yang telah eyang ceritakan. Tetapi bagi Suro, eyang tetap Suro anggap sebagai orang tuaku, tidak peduli dengan kebenaranya yang telah eyang guru ungkapkan." Suro duduk bersimpuh sambil menundukkan badannya untuk menunjukan sembah bekti kepada gurunya itu.
Eyang Sindurogo menganggukkan kepala. Sebenarnya dia tidak mengira dengan reaksi yang diperlihatkan Suro, setelah mendengarkan penjelasan darinya. Dia segera memahami betapa cara berpikir muridnya itu sangatlah mengagumkan. Karena dia sudah dapat berpikir dengan begitu dewasa.
"Selain mengenai hal yang barusan eyang katakan, ada hal lain yang juga ingin eyang sampaikan."
"Mengenai apa eyang, jika Suro boleh tau?"
"Eyang melihat potensi yang kamu miliki, baik dari daya tangkapmu yang bagus, juga mengenai struktur tulang yang kamu miliki. Eyang dapat menilai jika kamu memiliki bakat dalam ilmu olah Kanuragan. Oleh karena itu mulai besok pagi eyang akan mengajari dirimu dengan ilmu Kanuragan."
"Kekuatan fisik yang kamu miliki sesuatu yang jarang dimiliki orang pada umumnya."
Setelah hari itu Suro memulai latihan. Latihan yang diberikan adalah mengokohkan dasar kuda-kuda miliknya. Dia yang sedari kecil tinggal ditengah hutan, tentu sudah biasa naik turun gunung, sehingga secara alami telah memiliki dasar otot kaki yang kokoh.
Karena itulah saat dia disuruh melakukan bentuk kuda-kuda tengah, dia melakukan itu tanpa kesusahan. Padahal dia bertahan dalam posisi kuda-kuda seperti itu selama lebih dari sepenanakan nasi( kira-kira 20 menit).
Kuda-kuda tengah adalah salah satu variasi bentuk kuda-kuda dalam bela diri. Kuda-kuda tengah, samping, belakang, depan dan juga kuda-kuda rendah seperti dalam tehnik silek harimau. Selain itu ada juga variasi kuda- kuda khusus. Kuda-kuda khusus digunakan pada saat salah satu kaki sedang menendang atau menangkis serangan. Untuk bisa melakukan kuda-kuda ini diperlukan beberapa kali latihan karena membutuhkan otot kaki yang benar-benar kuat.
Hari itu dia hanya dilatih oleh eyang Sindurogo mengenai tehnik kuda-kuda dengan berbagai variasi. Itu adalah sebagai pengenalan tehnik-tehnik dasar dalam ilmu olah kanuragan. Selama beberapa lama dia terus dilatih untuk memperkuat kuda-kuda miliknya.
Pada tahap selanjutnya dia digembleng dengan berbagai tehnik lain dalam ilmu pencak silat. Seperti pukulan, tendangan dan berbagai variasinya.
Setelah itu dia dilatih dengan tehnik kuncian dan tehnik bela diri lainnya. Dia terus digembleng dengan segala tehnik bela diri, sehingga menjadi makanan sehari-hari.
Selain aktifitas yang dilakukan bersama gurunya, Jika ada waktu luang dia akan menggunakannya untuk bermain dengan harimau peliharaan gurunya. Dia akan berjalan-jalan mengelilingi seluruh penjuru gunung Arjuno dengan menaiki punggung harimau itu. Harimau itu menjadi teman akrabnya yang mengisi waktu menemani dirinya selama di gunung Arjuna.
Pada waktu sore hari biasa gurunya akan memberikan wejangan. Karena rasa hormat kepada gurunya yang telah merawat dirinya sedari kecil begitu besar, biasanya dia akan terdiam mendengarkan apapun yang diucapkan gurunya.
Dia akan mendengar setiap wejangan yang diberikan dengan penuh takzim. Sebagai seorang resi, gurunya selalu menjadikan welas asih sebagai dasar kepribadian Suro. Itu dilakukan sebagai bentuk pengajaran untuk melatih pribadinya, agar dia tidak akan salah jalan dalam menentukan pilihan jalan hidupnya kedepannya.
Setelah mulai mengajari Suro tentang dasar ilmu bela diri, eyang gurunya juga memberikan wejangan dengan memberikan wedar kaweruh atau menjelaskan tentang ilmu linuweh atau ilmu Kanuragan.
Kebiasaan Suro akan mendengarkan dengan penuh takzim dan hanya terdiam, hingga eyang gurunya selesai memberikan wejangan. Segala hal yang di wedar gurunya tentu bukan ilmu yang sembarangan. Karena gurunya adalah seorang pendekar terkuat di seluruh Benua Timur.
"Kali ini eyang akan wedar kaweruh kepada tentang ilmu meringankan tubuh. Ilmu ini tergolong tingkat ilmu kelas tinggi. Ilmu itu bernama "Saifi angin"."
"Ini tidak akan bisa langsung kamu kuasai karena memerlukan pengerahan chakra yang pusatkan pada kedua telapak kakimu. Semakin tinggi pencapaian yang kamu lakukan akan membuat tubuhmu menjadi begitu ringan seperti bulu."
"Kondisi itu memungkinkan dirimu juga dapat berjalan diatas air. Bahkan akan memungkinkan dirimu berlari diatas puncak pepohonan dengan hanya menapakkan kakimu pada sehelai daun. Pada tingkat tertinggi dari ilmu ini, adalah dapat membuat tubuhmu terbang seperti seekor burung."
Eyang Sindurogo mulai wedar kaweruh dengan mendetail kepada Suro panjang lebar dia menjelaskan ilmu itu. Dari sore hari sampai menjelang fajar dia baru selesai menjelaskannya.
"Terima kasih eyang guru atas wedar kaweruh yang akhirnya eyang guru selesai menjelaskannya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 542 Episodes
Comments
putra
hemm
2022-10-03
4
Mr. Smile
saifi angin
2022-08-15
3
Eko Irianto
cerita yg bagus,,,
2022-06-16
2