Jam 17.00 wib di kediaman Edward Wijaya.
🍀🍀🍀
Tasya terbangun dari tidurnya. Lalu membersihkan tubuhnya di dalam kamar mandi. Setelah selesai Ia turun ke bawah menemui Mamanya.
Dari bawah di ruang tv Mama Jemi melihat Tasya menuju ke arahnya, Ia tersenyum melihat Putrinya sudah cantik dan bersih.
"Anak Mama sudah mandi, Hmmm wanginya Putri Mama, Cantik lagi. Nah gini dong jam segini harus sudah selesai mandi tidak boleh mandi terlalu malam, tidak baik buat kesehatan," ucap Jemi sambil menasehati Tasya karena sering sekali mandi jam enam sore, kadang setengah tujuh malam.
"Hmm, iya iya Ma," jawab Tasya.
Mama juga uda wangi, Ma pengen di peluk-peluk dulu sebentar," ucap Tasya manja.
"Emmm ... anak Mama ini sudah gadis masih aja pengen di manja-manja, malu dong sebentar lagi Mama uda mau punya mantu," ucap Mama Jemi yang memeluk Tasya sambil mencoel hidung Tasya.
Ih Mama, punya mantu dari hongkong apa dari korea, pacar aja belum punya, boro-boro Mama mau punya mantu," balas Tasya dengan bercanda.
"Di cari dong, Nak," ucap Mama Jemi.
"Eh, seriusan mah boleh?" tanya Tasya.
"Boleh dong, kenapa ga boleh. Yang penting dia baik bertanggung jawab, sama seperti Papa kamu," ucap Mama Jemi lagi.
"Duh Ma, stok seperti Papa itu uda langka, Limited person," jawab Tasya cepat, dan mereka berdua pun kebelakang karena mendengar suara Papa Wijaya.
Papa Wijaya ikut gabung duduk di samping istrinya, "Eh ada apa ini, kok ngomongin Papa di belakang sih?"
"Enggak ada!" serentak Tasya dan Jemi menjawab.
"Dih Papa ke Gr-an, siapa juga yang lagi bahas Papa, ya kan, Ma?" tanya Tasya kepada mamanya sambil mengedipkan mata kirinya. Dan Mama Jemi pun mengiyakan, tetapi langsung di gelitikin sama papa Wijaya.
"Ayo jujur, kalau bohong entar hidung kalian panjang loh, kayak pinokio, mau?" ancam Papa wijaya."
"Ya enggak lah," jawab mereka serentak.
"Uda ih, Papa ma gitu. kepo banget," jawab Tasya manja.
"Hmmm iya iya, kalian ini ga bisa di ajak bercanda," ucap papa Wijaya cemberut.
"Duh sayang, jangan ngambek! tuh kan jadi jelek kalau cemberut, uda mau punya mantu ga boleh cemberut dan ngambek, " tegas Mama Jemi sambil memegang wajah suaminya dengan kedua tangannya.
"Ih apaan sih Pa, masa kalah sama Tasya, Tasya saja gak pernah cemberut dan ngambek lagi. Iya kan, Ma?"
"Dih, " ucap Mama dan Papa Tasya bersamaan,mereka saling menatap.
Kamu tuh tukang ngambek, dikit-dikit ngambek! lama-lama tuh bibir bisa panjang, sepanjang penggaris," Celetuk Papa Wijaya bercanda.
"Hahaha," Mama Jemi Tertawa. Ada-ada saja kamu Pah, sudah-sudah. kita makan malam yuk, besok pada mau sekolah.
Mama Jemi beranjak pergi ke dapur menyiapkan makan malam dan disusul anak dan suaminya.
Sambil menyiapkan makanan Mama Jemi berbicara kepada anak dan suaminya.
"Tugas sekolah sudah dikerjain belum Syaa? Papa juga perlengkapan buat besok sudah di rapiin belum?"
"Sudah Ma, " jawab Papa Wijaya.
"Belum Ma, " jawab Tasya.
"Nanti selesai makan kerjain ya Syaa, kalau ada yang tidak kamu mengerti tanya Papa dan Mama dan jangan tidur larut malam, jangan kebanyakan nonton drakor, " tegas Mama Jemi.
"Siap Ibu Komandan, laksanakan!" jawab Tasya sambil mengakat tangannya memberi hormat. Mereka pun tertawa bersama.
Makanan sudah selesai di sajikan, ruangan itu pun kembali hening, dan yang memimpin doa makan kali ini mama Jemi. Mereka setiap hari akan bergiliran, kecuali dalam acara besar maka Papa Wijaya yang selalu memimpin.
Setelah selesai makan, Tasya pun membersihkan meja dan piring bekas mereka makan.
Papa Wijaya sudah duduk di ruang tv, sambil menonton acara berita. Mama Jemi duduk di samping Papa Wijaya.
Handphone papa Wijaya pun berdering, karena terlalu fokus menonton acara berita, Papa Wijaya meminta tolong Mama Jemi untuk mengambilkan handphonenya di atas meja dekat tv.
"Siapa Ma?"
"Ga tau Pah, nomor baru." ucap Mama Jemi sambil mengangkat kedua bahunya, kemudian ia berjalan ke arah papa Wijaya dan memberikan handphone yang panggilan nya sudah berhenti.
Sesaat kemudian, handphonenya berdering kembali.
"Halo, " jawab Papa Wijaya.
"Halo Jay, maaf mengganggu waktu mu malam-malam begini." ucap Candra.
"Siapa ya?" tanya Wijaya, karena memang tadi sepulangnya Candra Ia belum menyimpan nomor yang tadi siang menelponnya.
"Ini aku Candra."
"Oh iya, maaf maaf Can, tadi aku lupa menyimpan nomor mu, ada apa Can?" tanya Wijaya.
Papanya sedang menjawab telpon, Tasya pun ikut bergabung setelah mencuci piring.
"Siapa Ma?"
"Hustt, Mama ga tau, entar aja tanya Papa" jawab Mama Jemi sambil berbisik supaya suaminya tidak terganggu bertelpon.
"Hari sabtu kalian sibuk tidak, kami mau berkunjung kerumah mu"
"Oh enggak kok, boleh-boleh datang aja Can."
"Kirimin alamat rumah mu ya Jay, sabtu siang kami kerumah mu."
"Iya Can, sampai bertemu hari sabtu," ucap Wijaya.
"Sampai bertemu hari sabtu Jay" jawab Candra dan memutuskan panggilannya.
"Siapa Pa?" tanya Tasya dan Mama Jemi serentak.
"Kalian ini, kompak banget! itu, Candra teman Papa."
"Oh teman Papa, " jawab Tasya. Mama Jemi hanya diam tak menjawab.
"Iya sabtu ini mau berkunjung kerumah kita Syaa. Ma, sabtu masak yang banyak ya? Mereka ada empat orang," jelas Papa Wijaya.
"Iya pa," jawab Mama Jemi.
"Aku sabtu pergi nonton, Pa. Gak ada aku, gak masalah kan pa?" tanya Tasya.
"Iya engak apa-apa, paling mereka sebentar doang," balas Papa Wijaya.
"Yaudah Tasya ke kamar duluan ya Pa, Ma. Tasya mau belajar dulu, "pamit Tasya.
Tasya beranjak meninggalkan Papa dan Mamanya menuju ke kamarnya untuk belajar.
Setelah Tasya sudah tidak kelihatan, Mama Jemi mendekatkan duduknya di samping Papa Wijaya.
"Kamu itu ngeselin tau ga sih Pa. Asal main boleh boleh saja. Aku ga suka mereka berkunjung kesini! Aku tahu, dia itu pasti mau pamer ke kita, bahwa dia sudah sukses sekarang," ucap Mama Jemi dengan kesel.
"Sayang!" panggil Papa Wijaya dengan lembut.
"Entahlah terserah kamu aja wijaya!" ucap Jemi kesal dan beranjak dari tempat duduknya menuju ke kamar, meninggalkan suaminya Wijaya di ruang tv. Wijaya paham akan perasaan istrinya, tetapi Ia tidak enak hati pada Candra.
Ia tahu bahwa istrinya benar benar kesal, karena Jemi tidak biasanya menyebut namanya kecuali kalau sedang kesal.
Di dalam kamar.
Mama Jemi menangis mengingat kejadian dulu, karena ia tidak mau bertemu dengan orang yang dulu pernah menyia-nyiakannya, di mana Ia dulu begitu mencintai Candra Hoon, tetapi karena sebuah Ego Candra, Candra memutuskan hubungan mereka, dan meninggalkan Jemi Clinton.
Flashback On.
Jemi clinton adalah anak perempuan satu-satunya di kelurganya, ia mempunyai dua orang saudara laki-laki.
Satu kakak laki-laki, dan satu adik laki-laki.
Jemi anak ke dua dari tiga orang bersaudra,
orangtuanya adalah seorang Dokter PNS, papanya Dokter Spesialis Paru-Paru, Mama nya Dokter Spesialis Gigi. kelurga Jemi Clinton termasuk orang kaya dan terpandang.
Karena Jemi Clinton anak perempuan tunggal, orangtuanya pun ingin yang terbaik buat putrinya Jemi Clinton, sehingga setiap laki- laki yang mendekati nya harus sesuai kriteria Papa dan Mama Jemi.
Sedangkan kehidupan Candra Hoon, bisa di katakan kalangan menengah kebawah. Candra Hoon dan Jemi Clinton berpacaran dari awal kelas tiga SMA, tetapi selama pacaran orangtua Jemi tidak tahu hubungan mereka. setelah lulus SMA, Jemi melanjutkan sekolah kedokteran sama seperti Mama nya, sedangkan Candra tidak melanjutkan sekolahnya, ia memilih langsung bekerja, karena keadaan ekonomi keluarga Candra tidak memungkinkan untuk kuliah.
Sampai di semester dua kuliah ke dokteran, hubungan Jemi dan Candra masih berlanjut, dan pada saat itu Candra sudah bekerja satu tahun lamanya, dan belum bisa membeli apa-apa karena gajinya pas-pasan, sebagian diberi kepada orangtuanya, karena ia masih mempunyai adik yang masih sekolah. Tetapi Candra menyisihkan sedikit untuk di tabung buat biaya menikahi Jemi kelak.
karena menurut Candra hubungan mereka sudah berjalan dua tahun dan lumayan lama, Candra memberanikan dirinya untuk bertemu keluarga Jemi, Jemi pun setuju dan sangat bahagia akan keputusan Candra, karena memang mereka sama- sama saling mencintai.
Candra mengajak Jemi untuk bertemu dulu sebelum bertemu orangtua Jemi.
Di tempat makan XX.
"Jem, kamu makin cantik aja sayang," ucap Candra.
"Gombal, " jawab Jemi
"Iya beneran sayang, oia menurutmu Om sama Tante mau menerima aku ga sih?"
"Ya pasti maulah, mana ada orangtua yang tidak ingin melihat kebahagiaan anaknya"
"Maksud mu,kamu bahagia bersama ku, dengan keadaan ku seperti ini? tanya Candra penuh selidik.
"Iya aku sangat bahagia, kebahagian itu kan tidak melulu mengenai uang, ya walaupun untuk segala sesuatu butuh uang, tapi kan kamu bekerja bukan pengangguran, " jelas Jemi.
"Oh ... jadi kalau aku menganggur bagaimana? kamu tinggalin aku gitu," celetuk Candra, tetapi dalam hatinya kesal sendiri.
"Ya ga juga, kalau pun menganggur kan pasti sebulan atau dua bulan paling lama, karena aku percaya kalau kita sungguh-sunguh mencari kerja kita pasti mendapatkannya, jadi kamu ga perlu takut Aku ninggalin kamu suatu saat nanti. Lagian aku kerja, kita bisa sama- sama saling melengkapi nanti, b" ucap Jemi.
"Hhmm baiklah, besok aku berkunjung kerumah mu ya, supaya aku di kenal keluargamu," ucap Candra.
Di Kediaman Gerald Clinton.
Jemi sudah memberi tahu Mama dan Papa nya mengenai pacarnya selama ini, dan ia mengatakan hari ini Candra akan datang berkunjung sekalian memperkenalkan dirinya dengan Papa dan Mama nya.
Di luar sudah terdengar suara motor, dan Jemi pun sudah tau itu siapa, karena tadi Candra chat untuk menunggu Candra di teras rumah. Jemi pun membuka pagar rumahnya, lalu candra memarkirkan motornya di halaman rumah Jemi. Candra sudah rapi, bersih dan wangi. Style nya tidak keliatan bahwa Candra dari keluarga menengah kebawah.
"Yuk masuk Sayang, Papa, Pama sudah di dalam," ajak Jemi.
Candra pun menganggukan kepalanya pertanda iya. Meraka bersama-sama masuk ke dalam rumah.
Betapa gugupnya Candra, karena Ia baru kali ini memberanikan diri untuk berkenalan dengan keluarga Jemi.
"Duh kenapa gue jadi deg deg an gini ya, hufff! Jangan gugup Candra, come on rilex, " Batinnya.
"Halo Om, Tante," Ucap Candra sambil menyalim tangan kedua orangtua Jemi.
Dan disambut senyum ramah oleh Mamanya Jemi, tetapi tidak dengan Papanya Jemi.
"Hmmm, " jawab Papa Jemi dengan bergumam.
Silahkan duduk, Nak Candra," ucap Mamanya Jemi.
"Makasih Tante." Candra pun duduk.
"Hmmm, perkenalkan dirimu," ucap Papanya Jemi.
"Saya Candra Om, pacarnya Jemi," jawab Candra.
"Uda berapa lama kalian pacaran?"
"Dua tahun Om"
"Oh, kamu masih kuliah atau sudah bekerja?"
"Saya bekerja Om."
"Oh ... kerja dimana? sebagai apa?" tanya Gerald beruntun.
"Di perusahaan A, sebagai operator Om" jawab Candra.
"Hmmm, baiklah saya tinggal dulu ya." ucap Papa Jemi. Papa dan Mama Jemi pun meninggalkan Candra dan Jemi di ruang tamu. Karena dari percakapan mereka Gerald sudah bisa menyimpulkan.
"Hufff! Aku Deg deg an tadi yank," ucap Candra.
"Kan sudah aku bilang, Papa dan Mama itu baik. Gak seperti yang kamu pikirkan, yah walaupun sifatnya dingin begitu, tetapi Papa baik kok," ucap Jemi.
"Iya yank, setidaknya mereka sudah mengenal aku sebagai pacarmu, aku sudah lega," jawab Candra.
"Jalan yuk yank?'' Sambung Candra.
"Disini dulu aja sih yank. Tuh ada ps main gih sama Aldi, dia lagi main PS, " Ucap Jemi.
"Aldi ... Aldii ... Dek, kesini sebentar!" panggil Jemi.
"Iya kak ada apa?" jawab Aldi yang sudah menghampiri Jemi.
"Sini kenalan dulu. Ini pacar kakak, namanya Candra," ucap Jemi sambil mengenalkan Candra kepada adiknya Aldi.
"Aldi bang!" ucap Aldi sambil menyalim tangan Candra.
"Hai Aldi" Ucap Candra sambil tersenyum.
"Dek, ajak Abang Candra nya main ps barang Kamu, biar Abang Candranya gak bosan," perintah Jemi.
"Iya ayok bang kita main ps. Pasti Abang kalah sama Aldi," ucap Aldi dengan bangganya.
Candra dan Jemi pun tertawa akan sikap Adiknya Aldi, sambil berjalan ke ruang tv.
Candra dan Aldi asik bermain ps, sambil tertawa, dan meledek satu sama lain.
Sedangkan Jemi menyiapkan cemilan dan minuman untuk adik dan pacarnya itu.
Diruang tv hanya ada tiga anak manusia tetapi suaranya sudah seperti sepuluh orang saja.
Sedangkan dari dapur, di meja makan. Papa dan Mamanya Jemi memperhatikan mereka yang sedang asik bermain dan tertawa.
Aku tidak akan merestui putriku denganmu!
Enak saja! Mau kamu kasih makan apa putriku, dengan pekerjaanmu itu!" Dalam hati Gerald Clinton.
Kenapa Pa, lihatin Candra begitu banget," ucap Rindu mamanya Jemi.
"Kamu setuju Jemi dengan dia?" ucap Gerald sambil menunjuk kearah Candra.
"Setuju lah, kelihatan nya dia anak baik-baik dan bertanggung jawab. Mereka juga sama- sama saling mencintai dan menyayangi, lihat putrimu Jemi bahagia dengan nya. Jadi apa lagi yang kurang?" jelas Rindu yang langsung di tatap tajam oleh Gerald.
Bahagia kamu bilang? kamu tidak tahu apa- apa, Apa itu bahagia! Pokoknya aku tidak merestui mereka. Pekerjaan nya saja begitu, sedangkan Jemi dia calon seorang Dokter! setidaknya Jemi mendapatkan jodoh yang sesuai dengan titelnya atau kalau bisa di atas Dokter!" ucap Gerld dengan nada emosi tetapi tidak kedengaran oleh ketiga orang yang sedang asik bermain ps dan bercanda gurau.
"Hhmmm, terserah kamu deh Pa, aku enggak ngerti dengan jalan pikiranmu!" jawab Rindu ketus sambil meminum teh nya.
.
.
.
.
BERSAMBUNG ...
"Jangan lupa like, komen, dan votenya ya. Dan satu Lagi jangan lupa tekan 👉 ❤ (Favorit) untuk mendapatkan Notifikasi Up nya. " Terima kasih!🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Erine
mulai paham thor🤔 nanti candra dalang dari semua kecelkaan ini kan? karena di awal sudah diceritakan. uda paham sama endingnya, happy ending tetapi ada pilunya juga. tapi tetap aja penasaran sama cerita per chapternya. aku suka
2020-07-09
0
Reanza
Baca sampai sini dulu
2020-07-07
0
💢💞lee__sali💓💢
visualnya mn thor😊😊😁
2020-06-13
0