Bunda keluar dari kamar Anggi dan menutup pintunya dengan pelan pelan, sangat pelan karena Bunda adalah wanita yang kalem.
Bunda ke bawah, melihat ke dapur dan mengecek kue nya yang baru saja di buat. Bunda membuka toko kue di bantu dangan satu orang karyawan wanita yang sudah di anggap nya sebagai anak nya sendiri.
Yah hanya satu orang saja yang Bunda pekerjakan, untuk lebih dari itu Bunda sudah tidak sanggup lagi membaayarnya. Apalagi bisnis makanan saat ini, sedang naik turun, tidak stabil yang membuat perekonomian Bunda juga naik turun.
Maklum lah namanya juga berjualan, hari ini habis, belum tentu besok juga habis. Hari ini tidak laku, belum tentu besok juga begitu.
"Sudah mateng Sar?"
Tanya Bunda kepada Sari, karyawan satu satu nya di toko kue Bunda Ani.
Sari tadi di minta untuk meneruskan meng oven kue yang sudah Bunda buat, dengan berbekal lulusan sekolah menengah kejuruan jurusan tata boga, Sari sudah paham dengan urusan perdapuran, bahkan membuat kue juga Sari sudah bisa, tentuny tidak seenak buatan Bunda Ani.
"Sudah semua nya Bun"
Jawab Sari yang memang sudah menganggap Bunda Ani sebagai ibu nya sendiri, karena Sari sudah kehilangan ibunya semenjak dia masih kecil, dan ayahnya meninggalkannya lalu menikah dengan wanita lain. Sehingga Sari di asuh oleh neneknya, dan satu tahun yang lalu, Nenek nya juga meninggalkan nya untuk selama lamanya.
"Kalau begitu kita sarapan sekarang.."
"Tapi Bun. Sari belum memasak atau membeli nya di warung?"
Sari tertunduk lesu, Bunda Ani sudah mengajaknya sarapan, tetapi dia belum menyiapkan sarapannya. Ada rasa bersalah di benak Sari.
"Gak perlu beli atau masak. Tuh liat di sana!"
Bunda menunjuk rantang yang berada di meja dan tentunya itu adalah menu sarapannya.
"Pasti dari Mas Dito."
Bunda Ani mengangguk, "Yah sayang antara Dito dan Anggi tidak ada hubungan apa apa, mereka murni sahabatan saja. Padahal Dito anaknya baik, Bunda lebih tenang jika Anggi bisa menikah dengan Dito, tapi itu tidak mungkin terjadi."
"Sari tolong kamu siapkan semuanya ya, sebentar lagi Anggi pasti turun."
Sari mengangguk lalu mengambil rantang makanan yang diberikan oleh Dito, membukanya, dan menaruh satu persatu isinya di piring.
Di dalam kamar, Anggi yang sudah rapi dan siap untuk berangkat ke kampus langsung saja mengambil kunci motornya., lalu bergegas ke bawah.
"Sarapan dulu Nggi, masih bisa kan?"
Bunda Ani melihat Anggi yang barun saja turun dari tangga.
"Masih bisa Bun."
Anggi pun menjawab dan langsung duduk di samping Bunda Ani, mengambil piring dan menaruh nasi beserta lauk pauk di atasnya.
Mereka bertiga makan dengan diam, bukan tidak boleh makan sambil bersuara tetapi memang kebetulan tidak ada yang perlu di obrolkan.
Anggi melihat jam di tanganny, masih tiga puluh menit, dan gadis cantik itu sudah menyelesaikan sarapannya.
"Bun, aku berangkat dulu."
Anggi salim kepada Bunda Ani dan mencium punggung tangannya.
"Hati hati. Nanti pulang jam berapa?"
"Pulang malam ya Bun. Setelah kuliah, Aku langsung ke cafe. Tapi janji gak seperti semalam."
Jawab Anggi meyakinkan Bunda Ani agar tidak perlu khawatir dan mencemaskannya.
"Bunda gak usah khawatir ya."
Bunda terpaksa mengangguk padahal di dalam hati nya sangat mengkhawatirkan Anggi, tetapi Bunda tidak mau membuat Anggi bersedih.
"Bagaimana Bunda tidak khawatir, kamu anak Bunda satu satunya.Tapi Bunda percaya, kamu bisa menjaga diri nak."
Ucap Bunda tulus lalu mencium kening Anggi.
"Ya sudah. Anggi kuliah dulu ya Bun. Mbak Sari nitip Bunda."
Bunda Ani dan Sari mengangguk, dan berjalan ke luar, mengantarkan dan melihat Anggi sampai tidak terlihat lagi.
"Bunda masuk, angin di luar sangat kencang."
Ucap Sari dan langsung membawa Bunda Ani masuk ke dalam.
"Sari, mengapa perasaanku tidak enak begini?"
Bunda Ani tiba tiba merasakan tidak enak, ada sesuatu yang menyesakkan dada nya. Tapi Bunda mencoba berpikir secara positif, dan menepis perasaan yang tidak enak itu.
"Hanya perasaan Bunda saja. Bunda duduk saja, Sari bikinin teh hangat."
Bunda duduk seperti yang di katakan oleh Sari.
Semoga kamu benar Sar, dan hanya perasaan Bunda saja.
*****
Sasa yang keluar dari Cafe Mentari tadi, kini melajukan mobilny, niat awal ingin langsung ke butik karena pekerjaan ny sudah menanti di sana.
Tetapi setelah berulang kali menghubungi Arbi, Arbi tidak sama sekali menjawab panggilan telepon nya. Sasa mendadak khawatir, karena Arbi tidak pernah marah sampai seperti ini.
Dan Sasa memutuskan untuk ke Perusahaan Arbi, di mana Arbi setiap hari membantu Papah nya di sana.
"Arbi maafkan aku"
Ucap Sasa lirih, dengan tangan kirinya memegang ponsel dan tangan kanan nya memegang setir kemudi.
Sesekali Sasa menekan tombol di ponselnya dan menghubungkan dengan Arbi, namun laki laki itu sama sekali tidak mengangkat nya.
Hingga Sasa beberapa kali tidak fokus mengemudikan mobilnya karena kepikiran dengan Arbi.
Dan.......
Brakk
Citt...
Brakk
Brakk
Suara hantaman dari mobil berualang kali di dengar oleh warga dan pengguna jalan nya lainnya.
Terlihat mobil yang di kemudikan oleh Sasa menabrak pengendara motor dan setelah itu oleng kekanan sehingga menabrak pembatas jalan yang akhirnya mobil itu terguling berulang kali.
"Tolong...tolong.."
teriak seorang wanita yang baru saja melintas saat kecelakaan itu terjadi. Mendengar dan melihat ada kecelakaan, warga sekitar langsung menghampiri dan menolong.
Dito, sahabat Anggi yang kebetulan melintas, melihat ada ramai ramai lalu memelankan laju mobilnya.
Dari dalam mobil, Dito bisa melihat Mobil Sasa terguling dan tidak terbentuk lagi. Dia menggelengkan kepala nya pelan, merasa kasian dengan nasib seseorang yang ada di dalam sana, yang Dito juga tidak tau siapa pengemudi mobil naas itu. Apakah perempuan atau kah laki laki?
"Siapapun kamu, semoga kamu selamat. Amin."
Setelah melihat ke mobil yang sudah tidak berbentuk itu. Dito lalu melihat ke samping, melihat banyak orang yang sedang menolong korban yang di duga di tabrak oleh sang pengemudi mobil naas tadi.
"Kenapa perasaan ku tidak enak begini?"
Tiba tiba Dito merasakan nyeri di dada nya, dan peraaan yang tidak karuan.
Dito menepikan mobilnya, dan keluar untuk melihat seseorang yang menjadi korban tabrakan tadi.
"Maaf Pak, apakah yang di sana adalah korban yang ditabrak mobil?"
Dito menujuk segerombolan orang yang ada di sana, dan juga segerombolan orang yang sedang mengevakuasi mobil itu.
Bapak berbaju kotak kotak itu mengangguk, tanda membenarkan.
"Bagaimana kondisinya, dan perempuan atau laki laki?"
Tanya Dito lagi karena dia belum bisa mendekati ke tempat kejadian, yang sudah banyak nya orang orang yang berkerumunan.
"Perempuan itu tidak sadarkan diri. Sepertinya tidak apa apa, hanya motor scoopy merah nya saja yang rusak parah.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 468 Episodes
Comments
Ocet Kocet
semangat
2023-10-04
1
Windy
semngatt
2022-02-11
2
Sumawita
Semangat kak
2022-02-10
1