...Kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku, dukamu adalah dukaku......
...Namun kebahagiaanku bukanlah kebahagiaanmu, dukaku juga bukanlah dukamu......
...Karena hanya aku yang mencintaimu......
...Perasaan ini tidak pernah berbalas.Tapi satu kalimat, aku sulit melupakanmu......
Amel...
Dengan ragu, wanita gemuk itu berharap dapat mengakhiri penantian Gilang yang sia-sia. Menghubungi Gilang disela kegiatannya membenahi barang-barang di toko tempatnya bekerja.
Amel selama ini bekerja di sela waktu kuliahnya, hidupnya yang pas-pasan. Hanya dikirimi uang yang jumlahnya tidak seberapa oleh ibunya yang bekerja sebagai tukang jahit.
Wanita gemuk itu sebenarnya termasuk mahasiswi yang cerdas, hal lain yang dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya adalah membantu mahasiswa lainnya berbuat curang. Membuatkan makalah dengan imbalan uang, bahkan membantu membuat skripsi hal yang biasa dilakukannya, hanya untuk membayar uang semester.
Prestasi? Tidak ada, bekerja di toko, membuatkan tugas mahasiswa lainnya, membuatnya tidak dapat mengerjakan skripsinya sendiri dengan baik. IPK-nya bahkan 2,6 sedangkan mahasiswa-mahasiswa yang menggunakan jasanya rata-rata mendapatkan diatas 3,5. Kesimpulan yang diambil, Amel menggunakan kepintarannya bukan untuk menyombongkan dirinya sendiri, atau menunjukkan kemampuannya. Namun, untuk bertahan hidup mengumpulkan uang dan mengunyah makanan. Mulutnya yang tidak dapat berhenti mengunyah menjadi biang keladi masalah hidupnya.
Sebuah pesan dikirimkannya pada Gilang. Niat? Menunjukkan pada pemuda itu sosok asli dari Marina. Masih mengharapkan cintanya? Memang, namun lebih pada tidak ingin Gilang disakiti lebih dalam.
Beberapa jam berlalu hingga tiba waktunya pulang.
Tin...tin...tin...
Pemuda berkacamata tebal itu menjemputnya, mengantar membeli hadiah untuk Marina menjadi alasan Amel, membawa Gilang bersamanya ke mall tempat Marina pergi dengan kekasihnya.
"Ndut, lama sekali!?" Gilang tersenyum, membukakan pintu untuk sahabatnya.
"Maaf, ini foto tas edisi terbaru yang disukai Marina," ucapnya mengutak-atik handphonenya dengan tangan gemetar, menutupi kebohongannya.
"Bagus, setelah ini menyatakan cinta lagi, aku akan resmi menjadi pacarnya..." ucapan Gilang mulai menyalakan mesin mobilnya.
"Em..." Amel tersenyum, mengambil roti coklat bertaburkan meses di tasnya. Segera kembali mengunyah makanannya.
Pandangan mata pemuda itu sedikit teralih, menatap bekas krim yang melekat di sudut bibir Amel. Mengambil tissue, menyekanya perlahan.
Pandangan mata mereka bertemu sejenak, Gilang menatap dalam pada sahabatnya. Namun, sejenak dirinya kembali tersadar,"Dugong gemuk, rakus. Kapan kamu dapat belajar menjadi lebih cantik!?" cibirnya mengalihkan pandangannya. Mulai memasukkan gigi guna melajukan mobilnya.
Sakit? Itulah perasaan Amel saat ini, mendengar kata-kata asal dari mulut pemuda itu, berusaha tersenyum bersikap wajar.
Apakah jika aku cantik kamu dapat mencintaiku dengan tulus... kata-kata yang tertahan di bibirnya, menatap pemandangan sore dalam mobil yang melaju.
Hingga mobil telah sampai, banyak hal difikirkannya dalam perjalanan...
Matanya menelisik mengetahui Gilang, akan terluka. Mungkin ini jahat, namun inilah jalan yang terbaik. Terbaik? Setidaknya, jika tidak dapat mencintai dirinya, Gilang dapat mencari wanita lain yang lebih baik dari sosok Marina. Hanya itu keinginan tulusnya.
Mobil mulai terparkir di area parkir bawah tanah mall. Dengan cepat Amel membimbingnya, tidak ingin kehilangan jejak Marina. Yang diketahuinya dari status media sosial masih di mall bersama kekasihnya.
"Ndut, kenapa buru-buru?" Gilang mengenyitkan keningnya.
"Aku lapar..." lagi-lagi perut menjadi alasannya. Berjalan berkeliling mall yang cukup besar, hingga pasangan itu terlihat di salah satu toko pakaian pria. Marina memilihkan pakaian untuk kekasihnya.
"Ki...kita, kesana..." ucapnya menarik jemari tangan Gilang cepat. Hingga area depan toko pakaian pria bermerek itu.
Maaf, kamu akan terluka, tapi ini yang terbaik untukmu. Jika tidak dapat mencintaiku tidak apa-apa... Namun, jangan merusak hidupmu untuk mencintainya... mata Amel memerah, hampir setetes air matanya mengalir, namun tertahan di pelupuk matanya.
Gilang menatap wanita cantik yang mungkin dicintainya, berjinjit mengecup singkat bibir seorang pemuda rupawan. Tertawa memilih pakaian bersama.
Pemuda itu tertegun,"Marina?" gumamnya, berjalan cepat ke area dalam toko. Memegang lengan wanita itu erat.
"Dia siapa!?" Gilang membentak, menatap kedekatan mereka.
"Ini pacarku, memangnya kenapa?" kata-kata menusuk keluar dari mulut Marina. Gilang terdiam sejenak, rasa kasihnya tidak pernah berbalas, sesak begitulah rasanya, ketika mencintai penuh harap terlalu dalam.
"Ta ... tapi saat ulang tahunmu kamu mencium pipiku. Hadiah mobil dan..." kata-kata Gilang terpotong, wajah wanita yang dicintainya menatapnya penuh kebencian.
"Dan apa!? Aku tidak pernah meminta!! Kamu sendiri yang membelikan!! Jangan terlalu GR aku bisa menyukai anak manja kesayangan ayahnya sepertimu," cibirnya tersenyum menghina.
Pemuda yang berada di samping Marina menghela napas kasar,"Selesaikan masalahmu, aku tunggu di parkiran," ucapnya mengecup kening Marina dengan sengaja, menabrak sedikit bahu Gilang, bagaikan mengejek.
Gilang mengepalkan tangannya, Apa yang aku berikan kurang? Mungkin itulah isi fikiran naifnya. "Marina, aku mencintaimu, dari pertama bertemu denganmu. Aku akan membelikan apapun, apa yang kamu..." kata-kata Gilang terhenti.
Kamu dapat mengemis cinta padanya? Namun, melirikku sama sekali tidak pernah, bolehkah suatu hari nanti aku mengemis. Tolong cintai aku... gumam Amel memendam rasa sakitnya seorang diri.
Plak...
Satu tamparan dilayangkan Marina. "Sudah aku bilang, aku tidak menyukaimu!!" bentaknya pada Gilang, seorang pemuda berkacamata dengan rambut menempel lekat berlumuran pome. Kawat gigi menempel bagaikan rel kereta di giginya.
"Aku bisa memberimu segalanya termasuk uang..." ucapnya dengan bodohnya kembali memohonkan.
Cinta yang pantas dipertahankan dan dibanggakan? Tidak, hanya perasaan semu karena rupa fisik. Namun, menginginkan sesuatu yang sulit didapatkannya membuat hati Gilang semakin sakit.
"Dasar cupu!!" gadis cantik itu kembali membentak.
Sedang, Amel mengepalkan tangannya, tidak tahan lagi, bukankah seharusnya yang marah adalah Gilang? Namun, dengan tidak tahu malunya Marina tidak meminta maaf, setelah memberikan harapan kosong.
Satu hal dalam fikiran Amel saat ini, jika dirinya mengingatkan Marina mungkin wanita itu akan berubah belajar menerima hati Gilang."Gilang membayar uang kuliahmu!! Bahkan membelikan mobil untuk hadiah ulang tahunmu!! Kamu menerimanya!! Jika tidak suka padanya, tidak perlu menghina!!" ucapnya melancarkan usaha terakhir, agar tidak perlu melukai hati pemuda yang tengah tertunduk menitikkan air matanya.
Namun, Marina hanya terdiam,"Cih..." sinisnya.
Sang wanita gemuk, mulai menjambak Marina. Pertengkaran yang membuat seseorang security datang memisahkan dua gadis berbeda rupa tersebut.
Gilang hanya tertegun, berusaha menarik Amel menghentikan pertengkaran mereka.
***
"Ssstt...aaa..." Amel meringis, saat Gilang mengobati, bekas luka cakarannya.
"Kenapa membelaku?" tanyanya tertunduk.
Karena aku menyukaimu... bisakah kamu menyukaiku... kata-kata tertahan dalam bibir Amel.
"Hanya ingin..." jawab Amel tersenyum pada Gilang.
Tangan Amel terangkat bergerak dengan ragu hendak menyentuh jemari tangan Gilang. Menyukainya? Mungkin itulah yang terasa pada pria yang tidak pernah memandangnya. Namun, semuanya terhenti wanita itu tertunduk kembali.
Seorang wanita yang jauh lebih cantik datang, "Boleh bergabung?" tanyanya.
Terpesona akan kecantikan fisik? Tentu saja, semua pria akan memandang berbeda pada wanita cantik bukan?
Gilang tertegun, mengangguk membiarkan wanita cantik yang bahkan tidak dikenalnya duduk di sampingnya. "Namaku Keyla..." ucapnya mengulurkan tangan di hadapan Gilang.
"Gilang..." pemuda itu menerima uluran tangannya, memperkenalkan diri.
"Kamu tampan, tapi tidak menunjukkan rupa aslimu," Keyla tersenyum padanya.
Tujuan? Menangkap pria royal di hadapannya, hanya menangkap hatinya mengambil keuntungan darinya. Tentunya semua kejadian di depan toko pakaian sudah disaksikan oleh Keyla.
Gilang tertegun menatap wanita cantik yang duduk disampingnya. Tampan? Untuk pertama kalinya ada wanita cantik yang menyebut dirinya tampan.
Tangan Amel yang hendak menyentuhnya lemas. Mengetahui luka hati Gilang mungkin sudah ada yang mengobati, "Aku sibuk, aku pulang dulu..." ucapnya.
Apa aku tidak memiliki kesempatan dengan fisikku? Aku mohon tolong hentikan kepergianku... harapnya
Namun, tidak mendapatkan jawaban, Gilang masih tersenyum pada wanita yang baru dikenalnya. Bagaikan melupakan keberadaan Amel.
Amel berusaha tersenyum, berjalan pergi dengan jemari tangan gemetar, melewati pantulan bayangannya di jendela etalase toko. Hanya wanita gemuk yang tidak pernah dianggap ada oleh siapapun, mungkin hanya teman yang baik bagi semua orang. Tokoh figuran yang hanya sekedar berlalu dalam novel atau drama.
"Tubuhku sebesar ini, tapi dia tidak pernah melihatku..." gumamnya menitikkan air mata, berjalan pergi berusaha menyerah pada perasaannya sendiri yang tidak pernah berbalas.
***
Beberapa bulan berlalu...
Wanita cantik bernama Keyla mulai merubah penampilan Gilang. Model rambut, cara berpakaian, kacamata yang diganti dengan softlens, serta kawat gigi sudah tidak melekat lagi.
Pemuda rupawan bagaikan tokoh utama novel atau film, itulah sosok Gilang saat ini, membuat Amel semakin tertunduk. Jarak perbedaan dirinya dan Gilang semakin jauh. Hingga tiba hari dimana pemuda itu datang ke tempat kostnya.
"Amel dia menerimaku!! Dia menerimaku!!" ucapnya tertawa bahagia memeluk tubuh Amel. Benar, Keyla menerima perasaan Gilang.
Dan dengan bodohnya Gilang berharap Amel akan bahagia sama dengan dirinya. Namun, tidak begitu hatinya benar-benar terluka, untuk dua kesempatan wanita gemuk itu gagal.
Hanya wajahnya yang tersenyum, namun tangannya lemas. Gilang pantas untuk bahagia, dirinya cepat atau lambat harus merelakan segalanya.
Hati dan fikiran terkadang tidak sejalan, hatinya masih mencintai Gilang. Bukan karena rupanya, tapi karena hatinya yang polos.
"Ini hadiah untukmu, hadiah hari jadianku. Aku tidak bisa makan bersamamu nanti Keyla cemburu..." ucapnya penuh tawa kebahagiaan.
Bibir Amel tersenyum, namun jemari tangannya gemetar meraih paperbag."Terimakasih,"
Mencintai Gilang hanya rasa sakit yang didapatkannya. Namun, perasaan hangat itu masih ada, biarlah semuanya tertutup dengan kata persahabatan hingga hatinya menyerah suatu saat nanti.
Sebuah motor matic memasuki area depan tempat kost, menampakkan seorang wanita cantik yang berwajah sedikit pucat,"Gilang? Ini kamu?" ucap Marina, berjalan mendekat, menggenggam jemari tangannya.
Wajah pemuda itu kini telah menjadi wajah rupawan, bahkan lebih tampan dari pria yang dahulu dipilih Marina sebagai kekasih.
Amel? Wanita gemuk hanya tertunduk, bagaikan tokoh figuran. Sahabat dari tokoh utama pria, menahan rasa sakit dalam hatinya. Tersenyum getir...
Hanya rupa fisik yang membuat seseorang jatuh cinta. Aku mengerti, tapi hati ini tidak dapat mengerti. Inner beauty omong kosong, kisah cinta apa adanya, tidak pernah ada...
Beauty tidak akan mencintai Beast jika tidak kaya. Beast tidak akan mencintai Beauty jika tidak cantik...
Begitulah kehidupan berjalan, Dugong yang jelek dan miskin akan selamanya, tinggal di dasar laut sebagai monster...
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Titin Tri Utami
baca novel ini serasa jadi Amel 😭🙂,, lanjut thor
2024-09-19
0
Emi Wash
dimana2 yg dilihat dari mata turun k hati mel....
2023-01-16
4
nata de coco
baru bacaa, tapi sukaaa 😍😍
2022-06-03
3