Bab 5 : Saatnya Perpisahan

Dengan tekad keras dan kegigihan Aria, akhirnya selama 9 tahun Aria Pilong menguasai ilmu yang di ajarkan, bahkan jurus tongkat seda gitik yang di mainkan Aria lebih dahsyat dari Suro keling sendiri, karena indra pendengaran dan penciuman yang selama ini di latih di bawah air terjun sangat mendukung ilmu tersebut.

Sedangkan aji telapak mawa geni dan aji Cakra chandikkala, Aria tak begitu suka, karena akibat yang di timbulkan sangat dahsyat.

“Tidak terasa, waktu begitu cepat berlalu,” ucap Suro Keling sambil menatap Aria, orang yang selama 15 tahun sudah menemani hidupnya di lembah setan.

Setelah berkata, Suro Keling meletakan sebatang tongkat yang berbau harum di depan Aria.

“Apa ini Kek? Tanya Aria sambil meraba tongkat yang baru saja di letakan oleh sang Kakek.

“Itu hadiah terakhir untukmu,” ucap Suro keling.

“Itu adalah Tongkat kayu cendana yang sudah ber usia ribuan tahun, saking lama usianya, tongkat kayu ini sangat keras seperti batu, tongkat itu sudah lama aku siapkan untukmu,” lanjut perkataan Suro Keling, “bawalah tongkat ini untuk menemanimu dalam menjelajah tanah Jawa.

“Kau juga harus tahu, di dunia ini bukan hanya kita saja mahluk kasat mata, yang tidak kasat mata juga banyak, sebangsa demit serta siluman banyak terdapat di gunung Lawu, tetapi jika kau tidak mengganggu mereka, mereka juga tidak akan mengganggumu, tetapi jika terpaksa, lawan mahluk halus yang hendak mencelakai mu dengan ilmu Cakra candikkala.

“Ilmu Cakra candikkala bisa di pakai untuk membunuh mahluk halus, karena sejatinya ilmu itu kudapat dari hasil pertapaanku, setelah bertemu dengan eyang Lanang Jagat, penguasa tanah Jawa, jadi berhati-hati lah jika kau keluar dari lembah ini.

Mendengar perkataan kakeknya, kening di dahi Aria berkerut, matanya yang berwarna kuning ke emasan tampak bersinar.

“Apa maksud perkataan kakek? Tanya Aria.

“Nak! Sudah cukup lama kau diam di dasar lembah setan, kini saatnya kau pergi untuk melihat dunia luas.”

Sebelum berkata kembali, Aria membalas.

“Aku buta Kek! Semuanya hitam untukku.

He He He

“Kau benar! Aku salah bicara,” balas Suro Keling sambil tertawa, tetapi tawa yang keluar terdengar ada nada kesedihan.

“Dahulu aku sengaja datang ke dasar lembah untuk merenungi semua dosa-dosaku, tetapi jodoh mempertemukan kita dan akhirnya aku mengasuhmu.

“Tetapi kini sudah saatnya aku menyepi dan tak ingin di ganggu, dan persucian diriku untuk menuju kesempurnaan hanya bisa kulakukan jika aku seorang diri berada di lembah ini,” ucap Suro Keling sambil menarik napas panjang.

Mendengar perkataan sang kakek, butiran air mata keluar dari kedua mata milik Aria.

“Biarkan aku disini menjaga kakek,” balas Aria.

“Kalau kau disini, aku yang menjagamu bukan kau yang menjaga aku,” Suro Keling membalas perkataan Aria.

“Sudah tak usah banyak bicara, semua ilmuku sudah aku turunkan kepadamu, bau harum tongkat kayu cendana itu juga sangat berguna untukmu, karena bisa mengusir ular, nyamuk dan binatang kecil berbisa, jadi kalau malam kau tidur, tidak akan di ganggu nyamuk lagi.

“Kek! Apa keputusanmu sudah bulat? Kembali Aria bertanya.

“Kau tak usah banyak tanya lagi, semua sudah ku siapkan termasuk sedikit bekal emas untukmu selama mengembara,” Suro Keling berkata.

“Jika kau berada di dunia luar, jangan kau katakan bahwa ilmu mu berasal dari Suro keling, katakan saja kau peroleh dari kakek pertapa gila.

“Ingat pesanku! Kau harus mempertimbangkan suatu tindakan yang kau ambil, jangan sampai menyesal di kemudian hari,” lanjut perkataan sang kakek.

Aria Pilong langsung sujud di depan Kakek yang telah merawatnya dari kecil, kemudian berkata sambil bersujud, “jika itu keinginan kakek! Aria akan turuti,”

“Satu lagi pesanku! Setelah kau pergi, jangan kembali ke lembah setan, karena jika aku ingin bertemu, aku yang akan keluar mencarimu,” kau mengerti?

“Aria mengerti kek,” Aria menjawab perkataan kakeknya.

“Sekarang bangkit dan hapus air matamu! Jangan jadi pemuda cengeng,” ucap Suro Keling.

Aria bangun dari sujudnya, setelah mendengar perkataan sang kakek.

“Oh iya satu lagi pesanku,” kembali Suro Keling berkata, tapi sebelum melanjutkan perkataannya, Aria berkata terlebih dahulu.

“Sekalian kalau mau kasih pesan kek! Tambah terus dari tadi.”

Pletak!

Suro keling menjitak kepala Aria mendengar perkataan cucu angkatnya itu.

“Dasar wong edan, mau di kasih tahu benar kok, ada saja perkataanmu,” ucap Suro Keling, tapi kali ini sambil tersenyum dan berkata, “Pesanku kali ini sangat penting.”

“Hati-Hati terhadap makhluk yang bernama wanita, semakin cantik wanita yang kau lihat, wanita itu semakin berbahaya untukmu, kau mengerti? Ucap Suro Keling.

“Aku tidak mengerti, kek! aku kan buta, tahu dari mana wanita itu cantik atau tidak? Bentuk wanita itu seperti apa, aku juga belum tahu.” Aria berkata sambil tertawa.

“Dasar cah gemblung,” aku selalu lupa bahwa kau buta, karena sehari – hari aku melihat kau seperti orang yang bisa melihat.” Suro Keling setelah berkata, kemudian tertawa terbahak – bahak begitu pula dengan Aria, keduanya lalu tertawa bersama, seperti tak ada beban di dalam hati masing – masing.

Keesokan hari, pagi – pagi Suro keling mengantarkan Aria sampai di aliran sungai kecil yang berasal dari telaga.

Aria memakai baju berwarna hitam, dengan celana juga berwarna hitam sebatas lutut, caping dari anyaman bambu yang sengaja di buat oleh Suro keling, untuk menutupi agar mata kuning ke emasan Aria tidak menarik perhatian, juga untuk melindungi kepala Aria dari terik panas matahari.

Buntelan yang berisi pakaian ganti dan sedikit emas sebagai bekal di selempangkan di bahu.

“Kau susuri sungai kecil ini untuk menjumpai desa terdekat, setelah itu kau bisa tanya arah ke kota yang ingin kau datangi,” ucap Suro Keling.

“Baik Kek! Aria permisi dulu, jaga diri kakek baik – baik,” balas Aria.

Suro Keling berkata sambil menepak bahu Aria, “kau pergilah! Jangan lagi menengok ke belakang, supaya kau tidak berat melangkah,” ucap Suro Keling.

“Aku buta, Kek! Melihat ke belakang juga percuma,” balas Aria.

“Cepat kau pergi! sebelum ku pukul kepalamu,” ucap Suro keling saat mendengar perkataan Aria.

Aria dengan tongkat kayu cendana, perlahan mulai melangkah menyusuri sisi sungai, suara ketukan kayu terdengar saat Aria melangkah.

Suro Keling menatap kepergian Aria, tanpa terasa butiran air mata menetes membasahi pipi kakek yang dulunya sangat di takuti.

“Maafkan kakekmu ini nak! Aku memang sengaja dari awal tidak memberitahu, siapa orang yang membunuh keluargamu karena aku memang tidak tahu siapa mereka, tapi aku tahu kau sudah memberikan ciri sendiri terhadap orang itu.

“Aku juga tidak membolehkan kau untuk menuntut balas, karena dunia persilatan penuh dengan kelicikan, semakin tinggi ilmu yang kau miliki, semakin banyak orang yang ingin melawanmu.

“Biarlah kau hidup dengan lembaran baru, tidak terbelenggu dengan aturan dan rasa dendam, nikmati hidup dengan pikiran tanpa beban dan kau bisa bebas bergerak seperti angin,” Suro Keling berkata dalam hati.

Kesalahan terbesar dari Suro keling adalah, ia tak pernah memberitahu Aria bagaimana cara hidup di luar, wanita dan pria berbeda juga tak pernah di ceritakan oleh Suro keling, Aria hanya tahu ibu, tetapi dalam hal hubungan dan perbedaan gender tak pernah Suro keling banyak cerita, Suro keling selain menceritakan pengalaman pahitnya, hanya melatih dan melatih Aria setiap hari.

***

Sudah 3 hari menyusuri sungai, Aria kemudian mendengar suara orang bicara, tertawa dan air yang terpercik.

Dengan meraba raba jalan lewat tongkat kayu miliknya, Aria akhirnya duduk di sebuah bongkahan batu besar, yang terletak di pinggir sungai kecil.

Wajahnya tertutup caping tampak seperti sedang mengawasi suara orang - orang yang berada di aliran sungai.

Aria tidak tahu bahwa ia sudah berada di dekat perkampungan dan aliran sungai itu sering di pakai oleh penduduk kampung untuk mandi dan mencuci pakaian.

Aria duduk di atas batu, tanpa di sadari oleh para gadis yang tengah mencuci dan mandi di sungai itu.

Salah seorang gadis yang sedang mandi tanpa menutupi tubuh polosnya, melihat ke arah batu, dimana terdapat seorang pria becaping tengah menatap ke arah mereka yang sedang mandi.

Sontak wanita itu langsung teriak dengan sangat kencang, sambil badannya masuk ke dalam air, agar tubuhnya tak terlihat oleh orang yang tengah duduk di atas batu.

“Tolong....Tolong!

“Ada Bajul, intip wanita mandi!?

Terpopuler

Comments

Dragon🐉 gate🐉

Dragon🐉 gate🐉

mampus dah, dasar kakek gendeng,.. nanti si Aria bakalan di cap Caboel gara" gak ngerti aturan../Facepalm/

2024-08-31

0

Xiao Shuxiang

Xiao Shuxiang

WKWKWKWK CUCU BIADAB

2024-07-16

0

Deki Marsoni

Deki Marsoni

gua ha ha ha ha sabu sabu sa siapa dia.. murid sableng gurunya gendeng.... aku melangkah menyusuri dunia mencari wanita.... 😁😘

2023-09-18

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Prahara Di Bukit Setan
2 Bab 2 : Tewasnya keluarga Pedagang Muda
3 Bab 3 : Kakek Misterius
4 Bab 4 : Berlatih Ilmu Kanuragan
5 Bab 5 : Saatnya Perpisahan
6 Bab 6 : Kampung Randu Alas
7 Bab 7 : Pendekar Randu Alas
8 Bab 8 : Utusan Suto Abang
9 Bab 9 : Jangan Asal Bicara
10 Bab 10 : Melawan Musuh Tangguh
11 Bab 11 : Menetap Di Randu Alas
12 Bab 12 : Hutan Kali Mati
13 Bab 13 : Menolong Penguasa Gunung Lawu.
14 Bab 14 : Penguasa Baru Istana Kali Mati
15 Bab 15 : Maafkan Aku Nona
16 Bab 16 : Padepokan Wisanggeni
17 Bab 17 : Kepungan Tiga Padepokan
18 Bab 18 : Rencana Terselubung
19 Bab 19 : Perlahan Mulai Terungkap
20 Bab 20 : Cerita Dari Masa Lalu
21 Bab 21 : Berangkat Ke Kerajaan Wengker
22 Bab 22 : Misteri Seorang Resi
23 Bab 23 : Ambisi Seorang Resi
24 Bab 24 : Tewasnya Seorang Ketua Padepokan
25 Bab 25 : Kekuatan Baru
26 Bab 26 : Cerita Naga Langit
27 Bab 27 : Apa Aku Boleh Ikut?
28 Bab 28 : Mengambil Kitab 7 Racun
29 Bab 29 : Kesedihan Wisesa
30 Bab 30 : Berangkat Ke Gunung Semeru
31 Bab 31 : Pertempuran Di Gunung Wilis
32 Bab 32 : Ingatan Masa Lalu
33 Bab 33 : Kau Ku Ampuni
34 Bab 34 : Pertempuran 2 Penguasa
35 Bab 35 : Ungkapan Hati 2 Orang Gadis
36 Bab 36 : Peristiwa Di Kota Daha
37 Bab 37 : Masalah Baru
38 Bab 38 : Perseteruan Antar Saudara 1
39 Bab 39 : Perseteruan Antar Saudara 2
40 Bab 40 : Kemarahan Tumenggung Adiguna
41 Bab 41 : Kupikir Hebat, Ternyata?
42 Bab 42 : Jangan Hina Aku
43 Bab 43 : Apa Yang Kau Tanam, Itu Yang Kau Tuai
44 Bab 44 : Jangan Remehkan Kami
45 Bab 45 : Benang Merah Dari Sebuah Ramalan Mulai Terlihat.
46 Bab 46 : Persiapan Sayembara
47 Bab 47 : Resahnya Hati Resi Sarpa Kencana
48 Bab 48 : Restu Dari Naga Langit
49 Bab 49 : Ku Berikan Setengah Kekuatanku
50 Bab 50 : Caping Kembar
51 Bab 51 : Kau Kawan Atau Lawan
52 Bab 52 : Rencana Tersembunyi Seorang Senopati
53 Bab 53 : Ku Tantang Kau Di Arena Sayembara
54 Bab 54 : Ancaman Di Tempat Pertemuan
55 Bab 55 : Maaf! Aku Membohongimu
56 Bab 56 : Sayembara Di Mulai
57 Bab 57 : Pelajaran Berharga Untuk Sang Murid
58 Bab 58 : Darah Mulai Tumpah Di Lantai Arena
59 Bab 59 : Sedih Hati Aria Pilong
60 Bab 60 : Aku Terima Tantangan Mu
61 Bab 61 : Janji Dua Orang Pendekar
62 Bab 62 : Dendam sang Kakek
63 Bab 63 : Penjaga Wilayah Barat
64 Bab 64 : Ku Serahkan Padamu
65 Bab 65 : Telaga Kelud
66 Bab 66 : Siapa Pemimpin kalian?
67 Bab 67 : Kau Yang Bertaruh, Tetapi Aku Yang Repot
68 Bab 68 : Jaga Ucapanmu, Nona!
69 Bab 69 : Julukan Baru Aria, Kakak Ketiga
70 Bab 70 : Mendapat 2 Pelayan
71 Bab 71 : Iblis Kawi
72 Bab 72 : Pertempuran Wangsa Dan Iblis Kawi
73 Bab 73 : Perjodohan Masa Lalu
74 Bab 74 : Bertemu Rombongan Saudagar Asing
75 Bab 75 : Tawaran Jalan Bersama
76 Bab 76 : Kecurigaan Sugriwa
77 Bab 77 : Pembantaian Di Desa Jatijajar
78 Bab 78 : Tawaran Kerjasama
79 Bab 79 : Jangan Coba Menipu Aku
80 Bab 80 : Kalian Pikir Bisa Mengurungku?
81 Bab 81 : Bara Di Kota Tumapel
82 Bab 82 : Kalau Lemah! Tak Usah Banyak Bicara.
83 Bab 83 : Ilmu Yang Susah Di Hadapi
84 Bab 84 : Titik Lemah Ajian Larang Boyo
85 Bab 85 : Akhir Cerita Tokoh Tua
86 Bab 86 : Arah Dan Tujuan Kita Berbeda
87 Bab 87 : Penari Di Desa Coblong
88 Bab 88 : Sahabatku Bernama Kidung Kencana
89 Bab 89 : Singa Barong
90 Bab 90 : Kesempatan Kedua
91 Bab 91 : Kesepakatan Bersama
92 Bab 92 : Bertemu Pendekar Kembar
93 Bab 93 : Satu Tawaran Untuk Ki Bayan
94 Bab 94 : Tak Ada Kesempatan Kedua
95 Bab 95 : Jalan Rahasia
96 Bab 96 : Tragedi Di Dalam Goa
97 Bab 97 : Bertemu Resi Lanang Jagad
98 Bab 98 : Kesedihan Hati Seorang Abdi
99 Bab 99 : Terima Kasih Eyang Resi
100 Bab 100 : Bantu Kami, Lalu Kami Bantu Kau
101 Bab 101 : Penguasa Gunung Batok
102 Bab 102 : Akhirnya Kau Datang
103 Bab 103 : Bertemu Seorang Utusan
104 Bab 104 : Nasehat Dan Restu Nyi Selasih
105 105 : Raden Kusumo
106 106 : Jangan Ganggu Aku
107 107 : Apa Boleh, Aku Minta Bantuan?
108 108 : Bertemu Kembali Dengan Sahabat
109 109 : Hari Ceria Jagad Buwana
110 110 : Kalabenda
111 111 : Maaf! Jalan Kita Berbeda
112 112 : Hari Pertemuan
113 113 : Lima Padepokan Besar
114 114 : Tewasnya Panglima Hitam
115 Satu Kenyataan Yang Mengejutkan
116 Pengorbanan Suketi
117 Hati Naga Yang Terluka
118 Janji Pati Elang Yang Tersakiti
119 Gabungan Kekuatan
120 Mata-Mata Atau Bukan?
121 Utusan Pelangi
122 Mencari Manusia Terkutuk
123 Bertemu Mpu Barada
124 Kisah Penguasa Alas Purwo
125 Penangkal Racun Jarum Emas
126 Desa Telaga Warna
127 Jangan Membuatku Curiga
128 Kedok Kalasrenggi Terbuka
129 Akhir Dari Sebuah Pertemanan
130 Akhir Dari Penghianatan
131 Aria Pilong Vs Kalasrenggi
132 Beri Aku Nama
133 Keterangan Mengejutkan
134 Ambisi Jati Wilis
135 Perebutan Wilayah Perdagangan
136 Informasi Dari Rama
137 Siasat Untuk melawan Jati Wilis
138 Gempar Di Kota Keta
139 Isi Hati Buwana Dewi
140 Rencana Kedua Aria Pilong
141 Hancurnya Cabang Padepokan Elang Emas Di Kota Keta
142 Kepandaian Bicara Sang Utusan
143 Arogansi Patih Argobumi
144 Pelangi Di Kota Keta
145 Hadiah Untuk Sang Utusan
146 Nasehat Untuk Pejabat Kahuripan
147 Hasrat Seorang Dewi
148 Kota Di Pesisir Pantai
149 Membantu Nelayan Kalipuro
150 Tewasnya Iwa Brengos
151 Menyebrang Ke Pulau Bali
152 Bertempur Melawan 2 Elang Raksasa
153 Maafkan Aku, Kakang
154 Bertemu Panglima Laut Kerajaan Bali
155 Undangan Persahabatan
156 Permintaan Buwana Dewi
157 Elang Jantan Menyerang Istana Tampak Siring
158 Dendam Kedua Elang
159 Kau Atau Aku Yang Berkuasa?
160 Bertempur Di Luar Benteng Istana
161 Misi Lembusora
162 Jangan Pisahkan Kami
163 Satu Harapan Yang Jauh Dari Kenyataan
164 Undangan Untuk Ki Banyu Alas
165 Nasehat Mpu Barada
166 Ijin Dan Restu Prabu Anak Wungsu
167 Persiapan Acara Pernikahan
168 Siasat Keji Di Acara Janji Suci
169 Hari Yang Di Tunggu
170 Terkena Siraman Air Beracun
171 Rencana Licik Nyoman Sidharta Gagal
172 Sudah Resmi Menikah
173 Rasa Putus Asa Mantan Patih Kerajaan
174 Istana Tampak Siring Di kepung
175 Jodoh Masa Kecil, Apa Iya?
176 Mari Kita Buktikan
177 Jangan Ganggu Putri Angkatku
178 Cinta Berdarah
179 Mentari Di Atas Istana Tampak Siring
180 Menyerang Alas Purwo
181 Menyerang Alas Purwo 2
182 Akhir Dari Sebuah Ambisi
183 Petaka Di Hari Bahagia ( End )
Episodes

Updated 183 Episodes

1
Bab 1 : Prahara Di Bukit Setan
2
Bab 2 : Tewasnya keluarga Pedagang Muda
3
Bab 3 : Kakek Misterius
4
Bab 4 : Berlatih Ilmu Kanuragan
5
Bab 5 : Saatnya Perpisahan
6
Bab 6 : Kampung Randu Alas
7
Bab 7 : Pendekar Randu Alas
8
Bab 8 : Utusan Suto Abang
9
Bab 9 : Jangan Asal Bicara
10
Bab 10 : Melawan Musuh Tangguh
11
Bab 11 : Menetap Di Randu Alas
12
Bab 12 : Hutan Kali Mati
13
Bab 13 : Menolong Penguasa Gunung Lawu.
14
Bab 14 : Penguasa Baru Istana Kali Mati
15
Bab 15 : Maafkan Aku Nona
16
Bab 16 : Padepokan Wisanggeni
17
Bab 17 : Kepungan Tiga Padepokan
18
Bab 18 : Rencana Terselubung
19
Bab 19 : Perlahan Mulai Terungkap
20
Bab 20 : Cerita Dari Masa Lalu
21
Bab 21 : Berangkat Ke Kerajaan Wengker
22
Bab 22 : Misteri Seorang Resi
23
Bab 23 : Ambisi Seorang Resi
24
Bab 24 : Tewasnya Seorang Ketua Padepokan
25
Bab 25 : Kekuatan Baru
26
Bab 26 : Cerita Naga Langit
27
Bab 27 : Apa Aku Boleh Ikut?
28
Bab 28 : Mengambil Kitab 7 Racun
29
Bab 29 : Kesedihan Wisesa
30
Bab 30 : Berangkat Ke Gunung Semeru
31
Bab 31 : Pertempuran Di Gunung Wilis
32
Bab 32 : Ingatan Masa Lalu
33
Bab 33 : Kau Ku Ampuni
34
Bab 34 : Pertempuran 2 Penguasa
35
Bab 35 : Ungkapan Hati 2 Orang Gadis
36
Bab 36 : Peristiwa Di Kota Daha
37
Bab 37 : Masalah Baru
38
Bab 38 : Perseteruan Antar Saudara 1
39
Bab 39 : Perseteruan Antar Saudara 2
40
Bab 40 : Kemarahan Tumenggung Adiguna
41
Bab 41 : Kupikir Hebat, Ternyata?
42
Bab 42 : Jangan Hina Aku
43
Bab 43 : Apa Yang Kau Tanam, Itu Yang Kau Tuai
44
Bab 44 : Jangan Remehkan Kami
45
Bab 45 : Benang Merah Dari Sebuah Ramalan Mulai Terlihat.
46
Bab 46 : Persiapan Sayembara
47
Bab 47 : Resahnya Hati Resi Sarpa Kencana
48
Bab 48 : Restu Dari Naga Langit
49
Bab 49 : Ku Berikan Setengah Kekuatanku
50
Bab 50 : Caping Kembar
51
Bab 51 : Kau Kawan Atau Lawan
52
Bab 52 : Rencana Tersembunyi Seorang Senopati
53
Bab 53 : Ku Tantang Kau Di Arena Sayembara
54
Bab 54 : Ancaman Di Tempat Pertemuan
55
Bab 55 : Maaf! Aku Membohongimu
56
Bab 56 : Sayembara Di Mulai
57
Bab 57 : Pelajaran Berharga Untuk Sang Murid
58
Bab 58 : Darah Mulai Tumpah Di Lantai Arena
59
Bab 59 : Sedih Hati Aria Pilong
60
Bab 60 : Aku Terima Tantangan Mu
61
Bab 61 : Janji Dua Orang Pendekar
62
Bab 62 : Dendam sang Kakek
63
Bab 63 : Penjaga Wilayah Barat
64
Bab 64 : Ku Serahkan Padamu
65
Bab 65 : Telaga Kelud
66
Bab 66 : Siapa Pemimpin kalian?
67
Bab 67 : Kau Yang Bertaruh, Tetapi Aku Yang Repot
68
Bab 68 : Jaga Ucapanmu, Nona!
69
Bab 69 : Julukan Baru Aria, Kakak Ketiga
70
Bab 70 : Mendapat 2 Pelayan
71
Bab 71 : Iblis Kawi
72
Bab 72 : Pertempuran Wangsa Dan Iblis Kawi
73
Bab 73 : Perjodohan Masa Lalu
74
Bab 74 : Bertemu Rombongan Saudagar Asing
75
Bab 75 : Tawaran Jalan Bersama
76
Bab 76 : Kecurigaan Sugriwa
77
Bab 77 : Pembantaian Di Desa Jatijajar
78
Bab 78 : Tawaran Kerjasama
79
Bab 79 : Jangan Coba Menipu Aku
80
Bab 80 : Kalian Pikir Bisa Mengurungku?
81
Bab 81 : Bara Di Kota Tumapel
82
Bab 82 : Kalau Lemah! Tak Usah Banyak Bicara.
83
Bab 83 : Ilmu Yang Susah Di Hadapi
84
Bab 84 : Titik Lemah Ajian Larang Boyo
85
Bab 85 : Akhir Cerita Tokoh Tua
86
Bab 86 : Arah Dan Tujuan Kita Berbeda
87
Bab 87 : Penari Di Desa Coblong
88
Bab 88 : Sahabatku Bernama Kidung Kencana
89
Bab 89 : Singa Barong
90
Bab 90 : Kesempatan Kedua
91
Bab 91 : Kesepakatan Bersama
92
Bab 92 : Bertemu Pendekar Kembar
93
Bab 93 : Satu Tawaran Untuk Ki Bayan
94
Bab 94 : Tak Ada Kesempatan Kedua
95
Bab 95 : Jalan Rahasia
96
Bab 96 : Tragedi Di Dalam Goa
97
Bab 97 : Bertemu Resi Lanang Jagad
98
Bab 98 : Kesedihan Hati Seorang Abdi
99
Bab 99 : Terima Kasih Eyang Resi
100
Bab 100 : Bantu Kami, Lalu Kami Bantu Kau
101
Bab 101 : Penguasa Gunung Batok
102
Bab 102 : Akhirnya Kau Datang
103
Bab 103 : Bertemu Seorang Utusan
104
Bab 104 : Nasehat Dan Restu Nyi Selasih
105
105 : Raden Kusumo
106
106 : Jangan Ganggu Aku
107
107 : Apa Boleh, Aku Minta Bantuan?
108
108 : Bertemu Kembali Dengan Sahabat
109
109 : Hari Ceria Jagad Buwana
110
110 : Kalabenda
111
111 : Maaf! Jalan Kita Berbeda
112
112 : Hari Pertemuan
113
113 : Lima Padepokan Besar
114
114 : Tewasnya Panglima Hitam
115
Satu Kenyataan Yang Mengejutkan
116
Pengorbanan Suketi
117
Hati Naga Yang Terluka
118
Janji Pati Elang Yang Tersakiti
119
Gabungan Kekuatan
120
Mata-Mata Atau Bukan?
121
Utusan Pelangi
122
Mencari Manusia Terkutuk
123
Bertemu Mpu Barada
124
Kisah Penguasa Alas Purwo
125
Penangkal Racun Jarum Emas
126
Desa Telaga Warna
127
Jangan Membuatku Curiga
128
Kedok Kalasrenggi Terbuka
129
Akhir Dari Sebuah Pertemanan
130
Akhir Dari Penghianatan
131
Aria Pilong Vs Kalasrenggi
132
Beri Aku Nama
133
Keterangan Mengejutkan
134
Ambisi Jati Wilis
135
Perebutan Wilayah Perdagangan
136
Informasi Dari Rama
137
Siasat Untuk melawan Jati Wilis
138
Gempar Di Kota Keta
139
Isi Hati Buwana Dewi
140
Rencana Kedua Aria Pilong
141
Hancurnya Cabang Padepokan Elang Emas Di Kota Keta
142
Kepandaian Bicara Sang Utusan
143
Arogansi Patih Argobumi
144
Pelangi Di Kota Keta
145
Hadiah Untuk Sang Utusan
146
Nasehat Untuk Pejabat Kahuripan
147
Hasrat Seorang Dewi
148
Kota Di Pesisir Pantai
149
Membantu Nelayan Kalipuro
150
Tewasnya Iwa Brengos
151
Menyebrang Ke Pulau Bali
152
Bertempur Melawan 2 Elang Raksasa
153
Maafkan Aku, Kakang
154
Bertemu Panglima Laut Kerajaan Bali
155
Undangan Persahabatan
156
Permintaan Buwana Dewi
157
Elang Jantan Menyerang Istana Tampak Siring
158
Dendam Kedua Elang
159
Kau Atau Aku Yang Berkuasa?
160
Bertempur Di Luar Benteng Istana
161
Misi Lembusora
162
Jangan Pisahkan Kami
163
Satu Harapan Yang Jauh Dari Kenyataan
164
Undangan Untuk Ki Banyu Alas
165
Nasehat Mpu Barada
166
Ijin Dan Restu Prabu Anak Wungsu
167
Persiapan Acara Pernikahan
168
Siasat Keji Di Acara Janji Suci
169
Hari Yang Di Tunggu
170
Terkena Siraman Air Beracun
171
Rencana Licik Nyoman Sidharta Gagal
172
Sudah Resmi Menikah
173
Rasa Putus Asa Mantan Patih Kerajaan
174
Istana Tampak Siring Di kepung
175
Jodoh Masa Kecil, Apa Iya?
176
Mari Kita Buktikan
177
Jangan Ganggu Putri Angkatku
178
Cinta Berdarah
179
Mentari Di Atas Istana Tampak Siring
180
Menyerang Alas Purwo
181
Menyerang Alas Purwo 2
182
Akhir Dari Sebuah Ambisi
183
Petaka Di Hari Bahagia ( End )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!