Dengan tekad keras dan kegigihan Aria, akhirnya selama 9 tahun Aria Pilong menguasai ilmu yang di ajarkan, bahkan jurus tongkat seda gitik yang di mainkan Aria lebih dahsyat dari Suro keling sendiri, karena indra pendengaran dan penciuman yang selama ini di latih di bawah air terjun sangat mendukung ilmu tersebut.
Sedangkan aji telapak mawa geni dan aji Cakra chandikkala, Aria tak begitu suka, karena akibat yang di timbulkan sangat dahsyat.
“Tidak terasa, waktu begitu cepat berlalu,” ucap Suro Keling sambil menatap Aria, orang yang selama 15 tahun sudah menemani hidupnya di lembah setan.
Setelah berkata, Suro Keling meletakan sebatang tongkat yang berbau harum di depan Aria.
“Apa ini Kek? Tanya Aria sambil meraba tongkat yang baru saja di letakan oleh sang Kakek.
“Itu hadiah terakhir untukmu,” ucap Suro keling.
“Itu adalah Tongkat kayu cendana yang sudah ber usia ribuan tahun, saking lama usianya, tongkat kayu ini sangat keras seperti batu, tongkat itu sudah lama aku siapkan untukmu,” lanjut perkataan Suro Keling, “bawalah tongkat ini untuk menemanimu dalam menjelajah tanah Jawa.
“Kau juga harus tahu, di dunia ini bukan hanya kita saja mahluk kasat mata, yang tidak kasat mata juga banyak, sebangsa demit serta siluman banyak terdapat di gunung Lawu, tetapi jika kau tidak mengganggu mereka, mereka juga tidak akan mengganggumu, tetapi jika terpaksa, lawan mahluk halus yang hendak mencelakai mu dengan ilmu Cakra candikkala.
“Ilmu Cakra candikkala bisa di pakai untuk membunuh mahluk halus, karena sejatinya ilmu itu kudapat dari hasil pertapaanku, setelah bertemu dengan eyang Lanang Jagat, penguasa tanah Jawa, jadi berhati-hati lah jika kau keluar dari lembah ini.
Mendengar perkataan kakeknya, kening di dahi Aria berkerut, matanya yang berwarna kuning ke emasan tampak bersinar.
“Apa maksud perkataan kakek? Tanya Aria.
“Nak! Sudah cukup lama kau diam di dasar lembah setan, kini saatnya kau pergi untuk melihat dunia luas.”
Sebelum berkata kembali, Aria membalas.
“Aku buta Kek! Semuanya hitam untukku.
He He He
“Kau benar! Aku salah bicara,” balas Suro Keling sambil tertawa, tetapi tawa yang keluar terdengar ada nada kesedihan.
“Dahulu aku sengaja datang ke dasar lembah untuk merenungi semua dosa-dosaku, tetapi jodoh mempertemukan kita dan akhirnya aku mengasuhmu.
“Tetapi kini sudah saatnya aku menyepi dan tak ingin di ganggu, dan persucian diriku untuk menuju kesempurnaan hanya bisa kulakukan jika aku seorang diri berada di lembah ini,” ucap Suro Keling sambil menarik napas panjang.
Mendengar perkataan sang kakek, butiran air mata keluar dari kedua mata milik Aria.
“Biarkan aku disini menjaga kakek,” balas Aria.
“Kalau kau disini, aku yang menjagamu bukan kau yang menjaga aku,” Suro Keling membalas perkataan Aria.
“Sudah tak usah banyak bicara, semua ilmuku sudah aku turunkan kepadamu, bau harum tongkat kayu cendana itu juga sangat berguna untukmu, karena bisa mengusir ular, nyamuk dan binatang kecil berbisa, jadi kalau malam kau tidur, tidak akan di ganggu nyamuk lagi.
“Kek! Apa keputusanmu sudah bulat? Kembali Aria bertanya.
“Kau tak usah banyak tanya lagi, semua sudah ku siapkan termasuk sedikit bekal emas untukmu selama mengembara,” Suro Keling berkata.
“Jika kau berada di dunia luar, jangan kau katakan bahwa ilmu mu berasal dari Suro keling, katakan saja kau peroleh dari kakek pertapa gila.
“Ingat pesanku! Kau harus mempertimbangkan suatu tindakan yang kau ambil, jangan sampai menyesal di kemudian hari,” lanjut perkataan sang kakek.
Aria Pilong langsung sujud di depan Kakek yang telah merawatnya dari kecil, kemudian berkata sambil bersujud, “jika itu keinginan kakek! Aria akan turuti,”
“Satu lagi pesanku! Setelah kau pergi, jangan kembali ke lembah setan, karena jika aku ingin bertemu, aku yang akan keluar mencarimu,” kau mengerti?
“Aria mengerti kek,” Aria menjawab perkataan kakeknya.
“Sekarang bangkit dan hapus air matamu! Jangan jadi pemuda cengeng,” ucap Suro Keling.
Aria bangun dari sujudnya, setelah mendengar perkataan sang kakek.
“Oh iya satu lagi pesanku,” kembali Suro Keling berkata, tapi sebelum melanjutkan perkataannya, Aria berkata terlebih dahulu.
“Sekalian kalau mau kasih pesan kek! Tambah terus dari tadi.”
Pletak!
Suro keling menjitak kepala Aria mendengar perkataan cucu angkatnya itu.
“Dasar wong edan, mau di kasih tahu benar kok, ada saja perkataanmu,” ucap Suro Keling, tapi kali ini sambil tersenyum dan berkata, “Pesanku kali ini sangat penting.”
“Hati-Hati terhadap makhluk yang bernama wanita, semakin cantik wanita yang kau lihat, wanita itu semakin berbahaya untukmu, kau mengerti? Ucap Suro Keling.
“Aku tidak mengerti, kek! aku kan buta, tahu dari mana wanita itu cantik atau tidak? Bentuk wanita itu seperti apa, aku juga belum tahu.” Aria berkata sambil tertawa.
“Dasar cah gemblung,” aku selalu lupa bahwa kau buta, karena sehari – hari aku melihat kau seperti orang yang bisa melihat.” Suro Keling setelah berkata, kemudian tertawa terbahak – bahak begitu pula dengan Aria, keduanya lalu tertawa bersama, seperti tak ada beban di dalam hati masing – masing.
Keesokan hari, pagi – pagi Suro keling mengantarkan Aria sampai di aliran sungai kecil yang berasal dari telaga.
Aria memakai baju berwarna hitam, dengan celana juga berwarna hitam sebatas lutut, caping dari anyaman bambu yang sengaja di buat oleh Suro keling, untuk menutupi agar mata kuning ke emasan Aria tidak menarik perhatian, juga untuk melindungi kepala Aria dari terik panas matahari.
Buntelan yang berisi pakaian ganti dan sedikit emas sebagai bekal di selempangkan di bahu.
“Kau susuri sungai kecil ini untuk menjumpai desa terdekat, setelah itu kau bisa tanya arah ke kota yang ingin kau datangi,” ucap Suro Keling.
“Baik Kek! Aria permisi dulu, jaga diri kakek baik – baik,” balas Aria.
Suro Keling berkata sambil menepak bahu Aria, “kau pergilah! Jangan lagi menengok ke belakang, supaya kau tidak berat melangkah,” ucap Suro Keling.
“Aku buta, Kek! Melihat ke belakang juga percuma,” balas Aria.
“Cepat kau pergi! sebelum ku pukul kepalamu,” ucap Suro keling saat mendengar perkataan Aria.
Aria dengan tongkat kayu cendana, perlahan mulai melangkah menyusuri sisi sungai, suara ketukan kayu terdengar saat Aria melangkah.
Suro Keling menatap kepergian Aria, tanpa terasa butiran air mata menetes membasahi pipi kakek yang dulunya sangat di takuti.
“Maafkan kakekmu ini nak! Aku memang sengaja dari awal tidak memberitahu, siapa orang yang membunuh keluargamu karena aku memang tidak tahu siapa mereka, tapi aku tahu kau sudah memberikan ciri sendiri terhadap orang itu.
“Aku juga tidak membolehkan kau untuk menuntut balas, karena dunia persilatan penuh dengan kelicikan, semakin tinggi ilmu yang kau miliki, semakin banyak orang yang ingin melawanmu.
“Biarlah kau hidup dengan lembaran baru, tidak terbelenggu dengan aturan dan rasa dendam, nikmati hidup dengan pikiran tanpa beban dan kau bisa bebas bergerak seperti angin,” Suro Keling berkata dalam hati.
Kesalahan terbesar dari Suro keling adalah, ia tak pernah memberitahu Aria bagaimana cara hidup di luar, wanita dan pria berbeda juga tak pernah di ceritakan oleh Suro keling, Aria hanya tahu ibu, tetapi dalam hal hubungan dan perbedaan gender tak pernah Suro keling banyak cerita, Suro keling selain menceritakan pengalaman pahitnya, hanya melatih dan melatih Aria setiap hari.
***
Sudah 3 hari menyusuri sungai, Aria kemudian mendengar suara orang bicara, tertawa dan air yang terpercik.
Dengan meraba raba jalan lewat tongkat kayu miliknya, Aria akhirnya duduk di sebuah bongkahan batu besar, yang terletak di pinggir sungai kecil.
Wajahnya tertutup caping tampak seperti sedang mengawasi suara orang - orang yang berada di aliran sungai.
Aria tidak tahu bahwa ia sudah berada di dekat perkampungan dan aliran sungai itu sering di pakai oleh penduduk kampung untuk mandi dan mencuci pakaian.
Aria duduk di atas batu, tanpa di sadari oleh para gadis yang tengah mencuci dan mandi di sungai itu.
Salah seorang gadis yang sedang mandi tanpa menutupi tubuh polosnya, melihat ke arah batu, dimana terdapat seorang pria becaping tengah menatap ke arah mereka yang sedang mandi.
Sontak wanita itu langsung teriak dengan sangat kencang, sambil badannya masuk ke dalam air, agar tubuhnya tak terlihat oleh orang yang tengah duduk di atas batu.
“Tolong....Tolong!
“Ada Bajul, intip wanita mandi!?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Dragon🐉 gate🐉
mampus dah, dasar kakek gendeng,.. nanti si Aria bakalan di cap Caboel gara" gak ngerti aturan../Facepalm/
2024-08-31
0
Xiao Shuxiang
WKWKWKWK CUCU BIADAB
2024-07-16
0
Deki Marsoni
gua ha ha ha ha sabu sabu sa siapa dia.. murid sableng gurunya gendeng.... aku melangkah menyusuri dunia mencari wanita.... 😁😘
2023-09-18
1