Tanpa sadar Axel mengikuti ucapan Aiden. Dia membaca basmalah dan seketika muncul gambaran wajah ibunya, Aline yang sedang menangis. Wajah Axel mengeras. Dia memegang gelas itu kuat lalu melemparnya ke tembok sehingga gelas itu pecah dan isinya tumpah membasahi tembok dan lantai.
"Aaakkkhh!" teriak Axel frustasi.
Axel memukul meja dengan keras dan menendang kursi yang ada di sana. Lalu dia meninggalkan ruangan itu dan melangkahkan kakinya menuju paviliun tamu di mansion Morris yang dia tempati saat ini.
William mengelus dadanya lega.
"Syukurlah. Aku pikir kau akan benar-benar menyuruh Axel meminumnya. Tuan Alex dan Tuan Zaidan bisa menggantungku hidup-hidup," ucap William sambil menggelengkan kepalanya.
Aiden terkekeh mendengar ucapan William.
"Aku akui aku memang pria b******k, tapi aku tidak akan pernah menjerumuskan saudaraku sendiri," ucap Aiden sambil menuangkan vodca ke dalam gelas lalu meneguknya.
"Apa kau mau minum, Will?" tawar Aiden.
William menggeleng.
"Terima kasih. Tapi maaf, aku bukan peminum Aiden," jawab William.
Aiden hanya mengangguk.
"Sebaiknya kau istirahat sekarang. Biarkan Axel menenangkan diri sekarang. Kau tidak perlu mengkhawatirkannya. Axel berada dalam pengawasanku," ucap Aiden.
"Baiklah, aku pulang dulu. Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku," kata William.
Aiden mengangkat jempol tangan kanannya.
William pergi meninggalkan mansion Morris dan pulang ke apartemennya. Hari ini dia merasa lelah sekali akibat perbuatan Axel. William sedikit tenang saat Axel berada di mansion Morris, karena dia berada dalam pengawasan Aiden dan anak buahnya. William ingin menikmati tidur nyenyaknya malam ini.
Di dalam kamarnya, Axel langsung menangis sambil memeluk foto Icha. Axel merasa semakin bersalah karena belum bisa menemukan dan menghukum orang yang sudah menyebabkan kematian Icha. Axel mengambil sebuah foto kecil yang terselip di dompetnya. Foto itu adalah foto dirinya bersama Helena, yang diambil saat perayaan ulang tahun Helena yang ke-5.
"Kau puas sekarang El. Dulu kau sudah mematahkan hatiku dengan memutuskan hubungan persahabatan kita tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Apa kau tahu El? Saat aku sedang terpuruk karenamu, Ichalah yang selalu berada di sampingku dan menyemangatiku. Dan sekarang Icha sudah pergi meninggalkanku. Hatiku benar-benar hancur. Seandainya kau tidak membuangku, aku pasti tidak akan terpuruk seperti ini. Aku sangat membencimu El. Aku berharap, aku tidak akan pernah bertemu denganmu lagi," ucap Axel penuh amarah.
Axel hendak menyobeknya, namun dia urungkan. Akhirnya Axel melipat foto itu dengan posisi wajah Helena berada di belakang. Lalu Axel meletakkan foto itu kembali ke dalam dompetnya.
Axel duduk di atas lantai sambil menyandarkan tubuhnya di tembok dengan pandangan kelam. Aiden masuk ke dalam kamar Axel. Aiden melangkahkan kakinya mendekati Axel lalu duduk di samping Axel.
Aiden menghela napas panjang sebelum mulai berbicara.
"Kau boleh merasa marah dan benci, tapi jangan sampai kau kehilangan jati dirimu. Jujur saja, Axel yang sekarang bukanlah Axel yang dulu lagi. Aku ingin melihat saudaraku yang dulu kembali lagi," ucap Aiden.
Axel masih terdiam.
"Kau tahu sendiri kan aku ini pria b******k. Aku hampir melakukan semua perbuatan yang mendatangkan dosa untukku. Tapi, sebanyak dan sebesar apapun perbuatan dosa yang aku lakukan, aku tidak pernah menjauh dari Tuhanku. Sudahkah kau mendekatkan dirimu dengan Tuhanmu, Axel? Karena aku lihat kau semakin jauh dari Tuhanmu," ceramah Aiden.
"Baiklah, aku akan kembali ke kamarku. Kau juga segeralah istirahat. Bukankah besok kau ada jadwal pertemuan dengan klien Alvaro Group? Ingatlah posisimu sekarang adalah CEO Alvaro Group. Jangan sampai kau mengecewakan keluargamu yang telah memberikan kepercayaan padamu," ucap Aiden.
Aiden segera berdiri dan meninggalkan kamar Axel. Ucapan Aiden tadi berhasil mengetuk pintu hati Axel. Axel langsung berdiri dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Axel membersihkan tubuhnya. Selesai mandi dia mengambil air wudhu. Setelah itu Axel segera mengambil baju koko, sarung dan sajadahnya. Axel bersujud kembali kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Axel menumpahkan semua yang ada dibenaknya ke dalam setiap doanya.
Sedangkan di mansion Marco, Helena juga melakukan hal yang sama dengan Axel. Helena mengadu dan memohon agar diberikan petunjuk oleh Tuhan dalam menyelesaikan masalah dalam rumah tangganya.
"Yaa Allah, hamba mohon berikan petunjukmu. Jika memang Marco bukanlah jodoh yang terbaik untuk hamba, hamba mohon bantu hamba untuk terbebas dari pernikahan ini. Hamba tahu Engkau membenci sebuah perceraian. Tapi hamba mohon tunjukkanlah pria seperti apa suami hamba sekarang. Masih layakkah dia untuk hamba," doa Helena dalam sujudnya.
Terdengar suara deru mobil memasuki mansion Marco. Marco dan Sherly pulang dari acara resepsi pernikahan mewah mereka. Dan keduanya masuk ke dalam mansion.
"Mau apa kau bawa wanita ini kemari? Apa kau lupa dengan janjimu, Marco?" tanya Helena ketus saat melihat Marco masuk ke dalam mansion bersama Sherly.
"Sherly duduklah dulu," ucap Marco.
"Baik suamiku," jawab Sherly dengan sombongnya.
"Maaf Helen, aku tidak bermaksud untuk membawa Sherly menginap di mansion ini. Aku datang untuk mengambil beberapa bajuku," terang Marco.
"Kami mau pergi bulan madu ke Spanyol, Helen," pamer Sherly.
Marco memberikan tatapan tajam pada Sherly karena sudah berani mengatakan kepada Helena jika mereka akan pergi berbulan madu. Helena pasti akan semakin sedih.
"Oh!" seru Helena malas.
Marco membelalakkan matanya melihat ekspresi Helena. Marco pikir Helena akan cemburu dan marah. Tapi tanggapan Helena biasa saja, membuat Marco kecewa.
"Sebaiknya cepat ambil barang-barangmu, dan kalian segera pergi dari sini," ucap Helena santai.
Wajah Sherly memerah karena menahan marah. Dia benci melihat sikap sombong Helena.
"Baiklah, aku ke kamar dulu," ucap Marco.
Marco segera pergi ke kamarnya untuk mengambil beberapa bajunya. Sedangkan Sherly tetap duduk di ruang tamu bersama Helena.
"Apa kau iri Helen?" goda Sherly.
Helena tersenyum dan menahan tawanya.
"Di bagian mana yang layak aku irikan darimu? Apa di resepsi pernikahan yang menurutmu mewah? Apa gaun mahalmu dari hasil menguras rekening suamiku? Apa liburan bulan madu ke Spanyol? Aku sudah berpuluh kali berlibur dan menjelajahi negara Spanyol. Atau? Hamil dari hasil hubungan terlarang? Maaf semua itu tidak layak untuk membuatku iri. Kita beda level ya, berlian tidak bisa dibandingkan dengan ... sampah," jawab Helena sambil tersenyum mengejek.
"K****g a**r! Beraninya kau merendahkanku!" bentak Sherly.
"Ada apa ini?" tanya Marco yang sudah kembali sambil membawa koper bajunya.
"Sebaiknya kau ajari istri keduamu ini dalam hal sopan santun. Jangan sampai dia mempermalukanmu yang seorang CEO dari perusahaan sebesar Royal Company. Apalagi dia sedang hamil. Seharusnya dia memberikan contoh yang baik untuk calon bayinya sejak dini," ucap Helena.
Marco memberikan tatapan tajamnya pada Sherly. Sherly pun terpaksa mengalah dan diam.
"Kenapa kau belum tidur, sayang? Dan mengapa kau memakai baju seperti ini? Kau mau keluar?" tanya Marco penasaran.
"Aku akan keluar bersama, Emily," jawab Helena.
"Kau mau pergi ke mana malam-malam begini?" tanya Marco lagi.
"Aku mau berjalan-jalan saja bersama Emily. Ayolah Marco, kau saja bisa pergi bulan madu dan bersenang-senang bersama istri mudamu. Mengapa aku tidak bisa bersenang-senang dengan sahabat baikku, yang pasti bukan musuh dalam selimut," jawab Helena sambil melirik Sherly.
"Baiklah kau hati-hati ya. Kami pergi dulu," ucap Marco.
"Bye...," jawab Helena.
Marco segera menggandeng tangan Sherly lalu masuk ke dalam mobil dan meninggalkan mansion. Helena hanya memutar bola matanya malas melihat kemesraan mereka. Tak selang berapa lama, mobil Emily sudah tiba. Helena segera menghampirinya. Helena segera masuk dan duduk di samping Emily.
"Apa mobil yang baru saja keluar itu adalah mobil milik Marco?" tanya Emily.
Helena mengangguk.
"Iya. Marco dan Sherly akan pergi berbulan madu ke Spanyol," jawab Helena.
"Apa kau baik-baik saja, Helen?" tanya Emily.
"Aku baik-baik saja Em. Kau tenang saja," ucap Helena.
"Sungguh tidak bisa dipercaya. Dulu saat sahabat masa kecilmu memutuskan hubungan persahabatan kalian, kau langsung drop dan terpuruk. Bahkan kau sampai sakit dan harus dirawat di rumah sakit selama satu minggu. Dan sekarang suamimu berkhianat dan menikah lagi, kau santai saja," ucap Emily tak percaya.
Helena hanya mengangkat kedua bahunya.
"Sebaiknya kita pergi dari sini. Dan aku malas membahas tentang Marco dan pelakor itu," ucap Helena.
"Baiklah. Kau mau kita pergi ke mana?" tanya Emily sambil melajukan mobilnya.
"Terserah. Asal jangan bawa aku ke klub," jawab Helena.
Emily terkekeh.
"Tenang saja sayang. Aku tidak akan menjerumuskan sahabat baikku ini," kata Emily.
Helena dan Emily menghabiskan waktu mereka berkeliling kota Berlin. Dan Helena memutuskan untuk menginap di apartemen Emily. Helena malas berada di mansion Marco.
Keesokan harinya, Helena dan Emily berjalan-jalan lagi menikmati keindahan kota Berlin sambil berjalan kaki. Helena mengenakan celana jeans panjang, kaos dan jaket hoodie berwarna merah dan sneaker. Sedangkan Emily memakai celana jeans selutut dan atasan dengan model lengan sabrina berwarna pink soft dan sneaker dengan warna senada.
Saat ini keduanya sedang berada di sebuah cafe outdoor.
"Helen. Cafe ini milik temanku. Dan di sini mereka juga menjual es krim. Aku mau pesan, apa kau mau juga?" tanya Emily.
"Baiklah. Aku pesan rasa coklat dan stroberi," jawab Helena.
"Masih rasa kesukaan yang sama seperti dulu. Baiklah. Kau tunggu saja di sini. Aku akan masuk dan menyapa pemilik cafe ini dulu" ucap Emily.
Helena mengangguk sambil tersenyum. Sambil menunggu Emily, Helena melihat lalu lalang kendaraan dan pejalan kali yang lewat. Sampai kedua matanya melihat sebuah mobil berhenti di depan sebuah restoran yang berada di seberang jalan. Dari dalam mobil, turunlah sesosok pria yang selama ini Helena rindukan.
Helena membelalakkan matanya tak percaya. Dia melihat Axel turun dari dalam mobil.
Deg...
"Axel," lirih Helena.
Tak terasa air mata Helena tumpah. Helena merasa bahagia, setelah sekian lama akhirnya dia bisa melihat sahabat kecilnya itu. Helena terus memandangi Axel tanpa henti. Tak selang berapa lama, turunlah seorang wanita cantik dari dalam mobil yang sama.
"Apakah wanita itu yang bernama Icha? Dia cantik sekali. Aku senang, Xel, akhirnya kau bisa hidup bahagia bersama Icha," batin Helena sambil tersenyum.
Axel merasakan sebuah desiran di hatinya. Desiran yang menghangatkan hatinya dan telah lama tidak ia rasakan.
"Desiran ini," batin Axel.
Axel merasa ada yang sedang memperhatikannya. Dia langsung menolehkan kepalanya untuk melihat siapa yang sedang memperhatikannya itu. Saat tahu Axel menolehkan kepalanya ke arahnya, Helena segera memalingkan wajahnya. Beruntung dia memakai penutup kepala dari jaketnya, berharap Axel tidak mengenalinya.
Di sini lain, Axel menatap ke cafe di seberang jalan. Dia memperhatikan para pengunjung cafe, termasuk orang yang memakai jaket warna merah. Tapi dia tidak melihat ada orang yang memperhatikan dirinya.
"Ada apa Bos? Apa ada masalah?" tanya wanita yang turun dari mobil Axel.
Axel sedikit tersentak.
"Tidak ada apa-apa, Irene. Sebaiknya kita segera masuk, jangan sampai klien kita menunggu terlalu lama," jawab Axel.
"Baik Bos," ucap Irene.
Irene adalah sekretaris Axel. Dia adalah salah satu orang kepercayaan Axel, setelah William. Ke mana pun Axel dan William pergi bekerja, Irene selalu berada di antara mereka. Irene adalah satu-satunya wanita yang bekerja di dekat Axel. Axel sengaja memilihnya karena sikap profesional kerja yang luar biasa dan juga kecerdasan yang dimilikinya. Dan pastinya Irene bukan termasuk tipe wanita yang akan mencari perhatian dan mengejar cintanya. Irena juga yang telah membantu Axel menghempaskan para wanita ular yang mencoba mendekatinya.
Helena tersentak saat ada tangan yang menepuk bahunya. Dia langsung melihat siapa yang sudah mengagetkannya itu.
"Helen, ada apa dengamu? Mengapa kau menangis? Apa kau memikirkan si b******k Marco itu?" tanya Emily.
Helena menggeleng.
"Tentu saja tidak Em. Tadi ada debu yang masuk ke dalam mataku saat aku menikmati pemandangan kendaraan yang lalu lalang," jawab Helena.
"Syukurlah Aku pikir kau sedang memikirkan suami b***tmu itu. Apa masih sakit?" tanya Emily.
"Tidak. Ini sudah lebih baik," jawab Helena sambil tersenyum.
"Ini es krim favoritmu," ucap Emily sambil menyodorkan es krim pesanan Helena.
"Terima kasih, Em," ucap Helena.
"Jangan berterima kasih padaku. Berterima kasihlah pada temanku pemilik cafe ini karena dia yang memberi kita es krim gratis," ujar Emily.
Helena dan Emily tertawa sambil menikmati es krim mereka.
Dari seberang jalan, tepatnya di lantai atas sebuah restoran Axel memperhatikan Helena dan Emily yang sedang tertawa sambil memakan es krim dari balik kaca.
"Jadi benar itu dirimu, El. Kau sekarang sedang tertawa bahagia, sedangkan hatiku sedang hancur. Aku sangat membencimu, El," batin Axel dengan tatapan penuh kebencian.
Bersambung...
Baca juga baca novel pertama author :
"Menikahi Ayah Dari Anak GENIUSKU"
Jangan lupa selalu dukung author dengan :
💫Tinggalkan comment
💫Tinggalkan like
💫Tinggalkan vote
💫Klik favorite
Terima kasih🙏🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Callmezee Azzah
siapa sebenarnya yg memecah kebersamaan Axel dan Helena...
2023-01-13
1
chaaa
ternyata saling salah paham Axel Helena ini 🤧
2022-12-29
1
Okta Via
siapa yg sudah menggangu hubungan Axel dan Helena aneh bner??
2022-11-12
1