MAAF

Ethan diam sejenak sebelum kemudian suara lembut Ruby membuat kesadaran Ethan kembali sekaligus menyadarkan pemuda itu kalau dia baru saja melakukan sebuah kesalahan fatal.

"Ethan." Tangan Ruby mengusap lembut wajah Ethan yang terlihat bingung atau mungkin panik.

"Ada apa, Ethan?" Tanya Ruby tak mengerti.

Ethan cepat-cepat berguling ke samping Ruby, lalu pemuda itu membenamkan kepalanya sendiri ke bawah bantal, seolah sedang menyesali perbuatannya barusan.

"Ethan," panggil Ruby lagi.

"Maafkan aku, Ruby!" Ethan akhirnya mengangkat kepalanya dan menatap pada wajah Ruby yang tak lagi memerah. Tak ada sedikitpun raut penyesalan di wajah Ruby. Gadis itu malah tersenyum pada Ethan.

Tidak!

Ini tidak benar!

Seharusnya Ruby marah pada Ethan!

"Aku kebablasan," sesal Ethan seraya menggenggam tangan Ruby dan menciumnya berulang-ulang.

"Tapi aku tak akan lari dari tanggung jawab. Jika nanti terjadi sesuatu dan dia tumbuh disini..." Ethan mengusap perut Ruby yang kini tertutup oleh selimut warna putih.

"Aku akan langsung menikahimu, Ruby! Aku mencintaimu. Aku hanya mencintaimu," ucap Ethan bersungguh-sungguh.

Ruby mengangguk seraya tersenyum dan menangkup wajah Ethan.

"Aku percaya."

"Aku percaya padamu, Ethan. Aku juga mencintaimu," balas Ruby seraya menatap lekat wajah Ethan yang tak mengenakan kacamata. Wajah chubby yang selalu membuat Ruby merasa gemas dan jatuh cinta.

"Kau ingat siapa orang brengsek yang sudah memberikanmu minuman?" Tanya Ethan menyelidik.

Ruby menggeleng.

"Yang mengantar waitress di kafe bersama minuman teman-teman yang lain. Mungkinkah aku salah mengambil minuman?" Ruby balik bertanya pada Ethan dan gadis itu terlihat bingung.

"Entahlah. Tapi sepertinya ada yang sengaja menaruh obat itu di minumanmu." Ethan menerka-nerka sambil memunguti baju Ruby yang berserakan.

Ethan memberikannya pada Ruby, saat Ruby malah merayu Ethan dengan manja.

"Pakaikan, Ethan!"

Ethan menghela nafas beberapa saat dan segera memakaikan bra ke dada Ruby yang tadi sama sekali tak Ethan sentuh.

Ethan bahkan tak berpikir ke arah situ. Mencium bibir Ruby saja, Ethan tadi hanya melakukannya sekilas.

"Kau terlihat semakin chubby jika tak memakai baju," celetuk Ruby seraya menatap pada tubuh Ethan yang baru mengenakan underwear saja.

"Terima kasih ejekanmu, Nona Ruby!" Jawab Ethan berdecak malas.

"Hey, jangan marah!" Ruby kembali menangkup wajah Ethan.

"Aku suka Ethan yang chubby dan perhatian ini," lanjut Ruby menatap bersungguh-sungguh pada Ethan.

"Biasanya gadis normal akan menyukai pria bertubuh bagus dan atletis seperti Rumi atau Ar-" Ethan tak melanjutkan kalimatnya karena bibirnya sudah dibungkam oleh bibir Ruby.

"Aku bukan gadis normal," ucap Ruby mengingatkan Ethan.

"Baiklah, Gadis bukan normal. Pakai bajumu sebelum Rumi memergoki kita berdua."

Ethan menarik kedua lengan Ruby agar gadis itu bangun dan duduk. Ethan lalu memakaikan gaun warna ungu lembut melewati kepala Ruby, dan sedikit memaksa gadis itu untuk berbalik, agar Ethan bisa menaikkan ritsleting di punggung Ruby.

Namun baru saja Ethan hendak menutup ritsleting gaun Ruby, pintu kamar tiba-tiba menjeblak terbuka.

"Ethan, Ruby kena-" Rumi tak jadi menyelesaikan pertanyaannya karena kedua mata saudara kembar Ruby itu kini sudah membelalak tak percaya.

Ruby dengan gaun yang masih terbuka di bagian punggung serta Ethan yang hanya mengenakan underwear saja, membuat Ethan benar-benar tak bisa berkutik lagi.

"Dasar brengsek!" Murka Rumi yang langsung menghampiri Ethan dan menarik tubuh pemuda itu agar menjauh dari Ruby.

"Aku menyuruhmu menjaga Ruby! Kenapa kau malah menyentuhnya?"

"Rumi!" Ruby buru-buru melerai Rumi dan Ethan sebelum dua remaja itu baku hantam.

Namun terlambat karena Rumi sudah membanting tubuh Ethan ke atas lantai.

"Ethan!" Terdengar jeritan dari Ruby yang masih berusaha melerai Rumi dan Ethan.

"Rumi, dengarkan dulu penjelasanku!" Ethan berusaha untuk bangun, namun Rumi seperti sudah kesetanan dan pemuda itu terus saja menendang Ethan dan membuat Ethan tak berkutik.

"Rumi, stop!" Ruby masih berusaha melindungi Ethan saat Rumi yang berhenti memukuli Ethan.

"Minggir, Ruby!" Gertak Rumi menatap galak pada Ruby.

"Via! Bawa Ruby pergi dari sini!" Rumi ganti memerintah Olivia yang sejak tadi hanya mematung.

"Aku tidak mau pergi!" Jawab Ruby keras kepala.

"Ruby, pergilah dan jangan membuat ini menjadi rumit!" Kali ini gantian Ethan yang memberikan perintah untuk Ruby.

Pemuda itu masih duduk dilantai dengan wajah yang sudah babak belur terkena tonjokan Rumi.

Olivia sudah menghampiri Ruby dan membantu menaikkan ritsleting gaun Ruby yang masih terbuka.

"Aku tidak mau pergi!" Ruby masih keras kepala.

"Pergilah, Ruby! Aku yang akan menjelaskan semuanya pada Rumi," Ethan menatap penuh kesungguhan pada Ruby.

"Ayo kita pergi!" Paksa Olivia sedikit menggeret Ruby agar keluar dari kamar tersebut.

Ruby masih menggeleng-gelengkan kepalanya, namun akhirnya gadis itu menurut dan keluar bersama Olivia. Pintu kamar sudah ditutup kembali dan kini hanya tinggal Ethan dan Rumi di dalam kamar tersebut.

"Sebaiknya,"

Rumi memaksa Ethan untuk bangun dan berdiri.

"Kau punya penjelasan yang bagus sebagai pembelaan diri!" Rumi merengkuh kedua pundak Ethan dengan kuat serta memasang raut geram pada sahabatnya tersebut.

"Ada seseorang yang mencampurkan obat perangsang ke dalam.minuman Ruby!" Ucap Ethan to the point menyampaikan sebuah fakta pada Rumi.

"Bagaimana kau bisa tahu?" Tangan kiri Rumi masih mencengkeram pundak Ethan dan tangan kanan pemuda itu mengepal kuat dan siap untuk melayangkan sebuah tinjuan ke wajah Ethan.

"Aku menemukan kulit tubuh Ruby memerah dan dia seperti demam. Tapi itu bukan demam larena saat aku memberinya obatbpenurun deamm iti tak berefek apa-apa," terengah-engah Ethan mencoba memberikan penjelasan pada Rumi yang semakin menatapnya dengan sengit.

"Lalu gelagat Ruby mulai janggal dan aku akhirnya ingat pada artikel yang pernah aku baca tentang obat perangsang." Ethan menatap pada kepalan tangan Rumi yang bisa melayang ke wajahnya kapan saja.

"Kau yakin bukan kau yang melakukannya?" Mata Rumi menyipit seolah sedang menyelidik, dan kepalan tangan pemuda delapan belas tahun tersebut masih belum turun ataupun berpindah.

"Kau gila!" Sergah Ethan yang merasa tak terima dengan tuduhan dari Rumi.

"Aku tak mungkin melakukannya, Rumi!" Lanjut Rumi menatap tegas pada Rumi.

"Tapi bukankah kau begitu tergila-gila pada Ruby selama ini?"

"Kau yang diam-diam selalu menatap Ruby seolah duniamu hanya tertuju padanya."

"Aku tidak mungkin sebrengsek itu!" Sergah Ethan penuh emosi memotong tuduhan Rumi. Pemuda itu bahkan mulai menyentak cekalan Rumi di pundaknya. Dan meninggalkan Rumi, lalu dengan cepat meraih celana panjangnya.

"Tapi kau sudah menyentuh Ruby!" Rumi masih emosi dan mengejar Ethan yang kini sedang memakai celananya.

"Aku terpaksa melakukannya, Rumi," Ethan menatap penuh sesal pada Rumi.

"Ruby akan menyakiti dirinya sendiri jika ia tak mendapatkan kepuasan-"

"Dasar kau brengsek!"

Bugh!

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Jangan lupa like biar othornya bahagia.

Terpopuler

Comments

Ronny Napintor Siregar

Ronny Napintor Siregar

jangan2 yang ngasih obat perangsang ke Ruby itu si Arkan, dan Ethan yang kena imbasnya. agar Ethan pisah sama Ruby

2022-03-28

0

fa _azzahra

fa _azzahra

seru

2022-01-04

0

Anna Aqila 🏚️ 🌺

Anna Aqila 🏚️ 🌺

kan jadi salah faham

2021-12-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!