Episode 4

Tak terasa hari sudah sore Raina yang sejak tadi hanya melamun dan mencerna setiap ucapan Aisyah tadi saat dirinya sedang menceritakan permasalahannya.

Kini Raina sudah mulai berusaha untuk belajar ikhlas karena Allah.

Memang tidak semudah yang dibayangkan tetapi dia akan selalu berusaha menerima dengan lapang dada walau itu sangat pahit sekalipun.

Karena dia sangat yakin jalan yang dipilihkan Allah itu sangatlah lebih indah dari pada yang kita pilih sendiri.

Raina beranjak dari tempat tidurnya dan dia mulai membersihkan diri dan sekaligus sholat ashar.

15 menit kemudian dia sudah menyelesaikan rangkaian ibadahnya dia segera mencari keberadaan Aisyah.

Dan kebetulan sekali Aisyah kini bersama dengan putra dan putrinya sedang menonton salah satu saluran televisi yang menyiarkan film anak-anak.

Qiyyana yang melihat keberadaan Raina langsung berteriak dan menghampirinya.

"Tante Rara" Qiyyana berlari dan ber hambur kedalam pelukan Raina.

"Qiyyana sayang jangan berlari nanti jatuh" nasehat Aisyah kepada putrinya itu.

Memang sejak kecil Qiyyana sudah sangat dekat sekali dengan Raina.

"Maaf ma, habis Qiyyana sangat rindu sama Tante Rara" jawab Qiyyana sambil terus berada dalam pelukan Raina.

Raina menuntun Qiyyana untuk duduk di dekat Aisyah dan dirinya.

"Tante Rara ajarin Qiyyana main sepeda dong.

Biar nanti Qiyyana sekolah naik sepeda aja" rengek Qiyyana saat sudah duduk disamping umi nya dan Raina.

"Nanti pas hari Minggu saja ya sayang, karena sebentar lagi Tante sudah akan dijemput sama om Nurman" janji Raina pada Qiyyana.

"Beneran ya Tante, janji lho" kata Qiyyana memastikan dengan raut muka yang sangat menggemaskan.

"Insya Allah ya sayang" jawab Raina.

Mereka begitu asyik berbicara sambil bergurau namun tiba-tiba pintu rumah Aisyah diketuk oleh seseorang.

"Biar Qiyyana saja umi yang membukakan" pinta Qiyyana sambil berlalu dan melihat siapa yang mengetuk pintu rumahnya.

"Wa'alaikumsalam" jawab Qiyyana saat orang itu sudah mengucapkan salam pembuka.

Dibukanya pintu itu dan disana Nurman sudah berdiri santai didepan rumah Aisyah.

"Om Nurman, ayo masuk.

Tante Rara ada didalam bersama umi" celoteh Qiyyana sangat menggemaskan.

Nurman mengikuti Qiyyana masuk kedalam.

"Mas, sudah lama" tanya Raina saat melihat suaminya dan dia segera beranjak berdiri dan mencium punggung tangan suaminya.

"Baru saja sampai" jawab Nurman.

"Syah, mana Fadil.

Apa belum pulang kerja" tanya Nurman sekalian nyapa Aisyah untuk berbasa-basi.

"Mungkin sebentar lagi" jawab Aisyah singkat.

Tak lama Fadil pun datang.

"Assalamu'alaikum" salam Fadil saat sampai didepan pintu rumahnya.

Dia langsung masuk rumahnya dan disambut oleh anak dan istrinya juga Nurman dan Raina.

"Wa'alaikumsalam" jawab orang yang ada didalam rumah hampir bersamaan.

"Lho ada tamu rupanya, sudah lama kalian disini" tanya Fadil.

"Aku baru saja dil, biasa mau jemput istriku yang dari pagi berada disini" jawab Nurman.

"Oh ya" Fadil sedikit terkejut.

"Iya Abi, Rara dari pagi memang ada disini saat Abi baru saja berangkat bersama Qiyyana" jelas Aisyah.

"Oh begitu, sudah lanjutkan saja.

Saya mau membersihkan diri dulu" pamit Fadil memasuki kamarnya.

"Silahkan" jawab Nurman dan Raina mempersilahkan.

Kini diruang tengah rumah Aisyah tampak Raina, Nurman, Qiyyana, Aisyah dan juga Reyhan.

Reyhan yang saat itu berada dalam gendongan Raina.

"Ih gantengnya, sini ikut om" kata Nurman mengambil alih Reyhan kedalam gendongannya.

Raina menyerahkan Reyhan kepada Nurman.

"Seandainya kita punya anak seperti ini ya mas" kata Raina pilu.

Kata-kata mertuanya kembali terngiang didalam kepalanya.

Ingin rasanya dia menangis saat itu namun ditahannya agar tidak terjatuh.

Pelan-pelan dia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

Senyum disunggingkan diwajahnya agar bisa menutupi luka didalam hatinya.

"Sabar ya sayang, Insya Allah kita pasti akan diberikan amanah seorang anak nantinya.

Aku tidak tahu kapan datangnya hanya Allah yang Maha Tahu.

Kita terus berdoa saja agar segera diberikan keturunan nantinya" kata Nurman menenangkan hati Raina.

Nurman juga merasakan apa yang dirasakan oleh Raina.

Sampai kapanpun Nurman tidak akan pernah meninggalkan Raina karena dia adalah segalanya bagi Nurman.

Mereka berdua larut dalam lamunan masing-masing sedangkan Aisyah dan Qiyyana sedang sibuk melihat acara televisi.

Fadil yang baru selesai membersihkan tubuhnya kini sudah bergabung dengan mereka.

"Oh ya Nurman, bagaimana dengan bisnis kamu" tanya Fadil.

"Alhamdulillah Dil sudah mulai berkembang.

Semua ini berkat doa dan dukungan keluarga dan juga kalian berdua" jelas Nurman.

Nurman memiliki usaha garmen yang mulai dirintis sejak 2 tahun yang lalu semenjak dia keluar dari pekerjaannya.

Raina lah yang selalu mendukung dan mensuport suaminya saat dia merasa ingin menyerah karena berkali-kali gagal namun kesabaran Raina selalu bisa membangkitkan semangat Nurman, meskipun disaat Nurman tidak memiliki apapun.

Berkat perjuangan dan suport dari istri tercinta dan juga sahabat istrinya itu akhirnya Nurman bisa melalui semua rintangan itu hingga membuatnya sukses seperti sekarang ini.

"Syukurlah kalau usahamu sudah berkembang" ucap Fadil.

Fadil sendiri memiliki usaha yang tidak terlalu besar

Dia memiliki usaha di bidang pembuatan tas walau masih berskala kecil.

"Oh ya Dil, kan kamu bisa membuat tas.

Bisa tidak kamu mendesain kan aku sebuah tas untuk aku promosikan kepada kolegaku nanti siapa tahu banyak yang mau" ajak Nurman kepada Fadil karena Nurman merasa Fadil ikut andil berjasa dalam usahanya saat ini.

"Kalau itu banyak sekali desainnya apa kamu ingin melihatnya" tanya Fadil sangat antusias.

"Tentu saja, apa kamu mau bekerjasama denganku" tanya Nurman.

"Tentu saja, tetapi kalau berskala besar aku masih belum sanggup untuk memenuhi dalam waktu singkat karena kamu tahu sendiri peralatan dan karyawan ku juga masih sangat sedikit dan semua yang aku buat adalah homemade semua" ragu Fadil.

"Kamu tenang saja dil, aku akan membantumu nanti.

Aku selama ini sudah banyak sekali merepotkan mu dan dahulu saat kamu jaya kamu juga membantuku dalam permodalan kan.

Apa salahnya kita saling membantu.

Kita juga sudah seperti saudara sendiri jadi sesama saudara tidak ada salahnya kan saling bahu membahu" Nurman menyingkirkan keraguan dihati Fadil.

"Terima kasih banyak Nurman" tulus Fadil.

"Oh ya kak Fadil apa bisa membuatkan ku sepatu dan tas.

Aku ada beberapa desain nanti akan aku kirim ke kak Fadil kalau mau" kata Raina ikut nimbrung ke dalam obrolan suaminya dan Fadil suami sahabatnya itu.

"Oh ya, apa kamu mendesainnya sendiri Ra" tanya Fadil tak percaya.

"Rara itu sebenarnya pandai sekali mendesain Abi, selain itu dia adalah seorang penulis yang hebat lho" kata Aisyah memuji kepandaian Raina.

"Wow benarkah itu sayang" tanya Nurman seakan tidak percaya karena selama ini dia tidak mengetahui istrinya itu bisa mendesain, tetapi kalau menulis Nurman hanya tahu kalau istrinya memang seorang penulis tetapi tidak sehebat yang dibicarakan oleh Aisyah.

Raina mengedipkan matanya kepada Aisyah agar tidak membongkar rahasianya ini.

"Tidak kok mas, aku hanya iseng-iseng aja belajar dari pada dirumah melamun saja kalau mas tinggal bekerja jadi aku memanfaatkan waktu luang ku itu untuk begitu" Raina berusaha merendah.

"Kalau gitu besok kamu kirim ke email ku saja Ra, nanti pasti aku buatkan" Fadil memotong pembicaraan Nurman dan Raina.

"Siap kak, terima kasih ya sudah membantuku membuatkannya" kata Raina tulus.

Terpopuler

Comments

Faa

Faa

jangan lupa mampir di Novel aku kak🙏😊

2022-08-10

0

Helen Apriyanti

Helen Apriyanti

lnjuttt smngtttt up lg yh kak

2021-12-12

0

Helen Apriyanti

Helen Apriyanti

wahhh jgn" sbnrnya mas Nurman nich yg mndul .. mknya blm d karuniai anak

2021-12-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!