Bab 2.
.
Malam tahun baru tiba, Melani remaja membantu Mama menyiapkan hidangan bbq di roof toof lantai atas.
"Mel, kamu tidak gabung hangout bareng teman?" Mama Wijaya melirik gadisnya yang kuper sedang memanggang ikan nila.
Melani tidak menghiraukan omongan tahunan ibunya itu. Memang begitu sifat Melani yang tidak pernah terlintas untuk pacaran sejak masa pubertas pertama dimulai.
"Gimana Melan mau dapat pacar,Ma. Otaknya itu penuh rangkaian huruf dan angka yang dihafal sampai mati" ceplos Agung yang hendak berpamitan kumpul bareng teman-temannya.
"Kakak saja masih jomblo, wek" balas ejek Melani, menjulurkan lidah dengan expresi imut.
Melani pun tau jika candaan seorang Agung Wijaya hanya sekedar candaan. Karena Agung tau apa impian serta cita-cita seorang Melani Wijaya, putri konglomerat nomer 5 di kota C.
Malam semakin larut, acara panggang memanggang akhirnya usai, beserta dengan detik pergantian tahun lama ke tahun baru sudah usai.
Esok pagi....
Sungguh enak menjadi anak konglomerat, tidur bisa nyenyak tanpa terganggu apa pun.
Matahari semakin tinggi menyinari bumi tercinta. Jam sudah pukul sebelas siang.Melani baru terbangun dari tidur liburan musim dingin di belahan dunia Amerika.
"Siang, Pa, Ma" Melani menuruni anak tangga menyapa orang tua yang sedang duduk santai kongkow.
"Siang princes" Papa Wijaya menoleh ke asal suara penyapa.
"Minum dulu susu. Bentar lagi baru makan siang" Mama Wijaya berdiri untuk membantu pelayan siapkan menu hidangan.
"Pa, lusa Melan balik ke Amrik, ya?" pinta manja Melan dari belakang, tangan bergelantung pada bahu sang papa.
"Kenapa?.Sudah bosan dengar ocehan ibu suri,hem?" Papa Wijaya mencium kedua tangan putrinya yang selalu dianggap tetap masih bayi.
Melani tersenyum malu, mengapa Papanya lebih mengerti daripada ibu yang mengandung hingga merawat sampai usia 21 tahun.
"Tapi satu syarat" bisik Wijaya dengan bibir runcing mengarah dimana letak sasaran gosip berada.
Melani ingat apa syarat yang diajukan Wijaya padanya empat belas tahun silam. Sebelum Wijaya mengatakan persyaratan, Melani langsung menjawab 'Iya'.
"Kamu kok langsung iya?.Kan, papa belum ngomong" Wijaya memandang Melani dengan wajah penasaran.
"Papa mau bilang Melan, tidak boleh pacaran, fokus kuliah,mesti kejar karir hingga sukses baru nikah,kan?" cerocos Melan, dengan ingatan syarat empat belas tahun silam.
"Bukan" Wijaya menarik tangan Melani untuk duduk di pangkuan.
"Loh bukan, ya Pa?" Melani duduk cemberut dalam pangkuan sang papa.
"Papa pusing sama ocehan ibu suri. Justru papa harap kamu bisa dapat jodoh yang baik.Latar belakang keluarga baik, soal status tidak penting, asal pekerjaan halal dan giat kerja sudah cukup" Wijaya menepuk pelan punggung tangan Melani.
Whatt....!!!😱😱
Ini tidak seperti kejadian empat belas tahun silam. Mata Melani melotot lebar, mulut menganga. Sangat amat shock dari kejadian sesungguhnya terjadi.
Rasanya dunia berdiri terbalik atau memang takdir yang sedang terbalik.
"Mel, are you okey" Wijaya menjentikkan jari.
"Papa.... Plizz.Jangan buat permintaan itu. Mending, minta Mel, cari money sangat banyak saja,ya" renggek Melani mengerjapkan mata bagai barongsai.
Wijaya dan Melani saling bertatap membaca ungkapan mata lawan status itu.
Hufff....
Keduanya bernafas berat, lalu berpelukan untuk damai mengerti keadaan mereka masing-masing.
Selera makan siang Melani hilang, setelah syarat keinginan papa ia ketahui.
.
...Ruang makan...
.
"Mel, ayo makan. Itu semua makanan kesukaan mu" Mama menyendok ayam goreng wijen pada piring putri yang berwajah murung.
"Mel diet, ma" lesu jawabnya, sambil aduk nasi putih di bentuk patahan hati.
"Sudah kurus, kok masih diet" Mama melayani suami ambil hidangan.
"Biar saja. Sedang trend sekarang" bela Wijaya lihat raut wajah putrinya yang minta naik banding.
"Ko, Kamu jangan selalu bela Melan. Dia sudah dewasa, jika kamu bela sampai manja, mana ada pria yang berani dekatin princes mu" keluh mama, mengapa tidak ada yang mengerti perasaannya sebagai seorang ibu.
Suasana makan siang hening begitu ibu suri keluarga Wijaya berkomentar.
.
Dua hari kemudian....
Melan menuju aiport kota C menuju Amerika. Dia diantar Agung yang hendak traveling ke benua Eropa.
"Kak, kakak cepat pulang temani Mama,ya. Jika bisa, bawa pulang menantu bule.Biar Mama tidak ngomel" Melan tau, begitu Agung pulang dari traveling benua Eropa ,ia akan mendapat seorang kakak ipar bule.
"Kamu sudah berani ngeledikin kakak, hummm" pria tampan itu mencubit pucuk hidung pesek Melani.
"Kakak jangan suka cubit hidung Melan, napa." Melan menghempas tangan pria tampan, yang suka cubit hingga merah.
"Biar kamu tuh lebih mancung. Habis, entah kenapa hidungmu itu blesek" goda pria tampan merangkul erat sebelum perpisahan di pintu jalur keberangkatan.
"Kan udah kakak ambil hidung Mel" Melani memeluk erat pria tampan. Karena dalam waktu amat lama, mereka tidak akan bertemu.
Perjalanan panjang pun dimulai kembali. Dari sini pula misi Melani kembali ke masa muda akan dimulai. Perjalanan penuh lika liku seluk beluk kehidupan,tangis,canda,ceria,menarik hati Melani yang terkukung dalam dunia karir cemerlang berubah drastis.
Seberapa drastis perubahan hidup Melani masa muda saat kembali dari dimensi masa depan ?.
Mungkin hanya lima belas derajat, atau mungkin berubah terbalik penuh hingga tiga ratus enam puluh derajat.
Ya, siapa yang tau bagaimana nasib baru Melani muda. Bahkan dirinya yang telah banyak tau masa depannya saja, tercengang tidak percaya dengan masa lalu yang beda, sangat-sangat beda telak jauh.
Dalam perjalanan udara yang sangat lama, Melani duduk membaca sebuah buku berjudul 'Kiat Menjadi Pengusaha muda '.Karena buku itu memotivasi dirinya semenjak lulus SMA,hingga sukses jadi wanita karir cemerlang setelah ia mulai meneruskan perusahaan sang ayah ,di usianya ke 23 tahun nanti.
Sedang fokusnya membaca tiap kata penulis, Melani tiba-tiba mengalami sesak nafas. Ia tau kalau dia tidak ada riwayat asma atau berhubungan dengan saluran pernafasan.
"Help.... " tangan kanannya melambai ke udara memanggil pertolongan, yang kiri menepuk dada agar tetap masih bernafas.
Brukk....
"Uncle, aunty itu kenapa melambai ke aku?" bocah laki-laki kecil mengusik sang paman yang sedang baca koran, sambil ikut melambai ke arah Melani.
Polos banget pikiran bocah kecil, yang ramah pada orang yang ramah padanya pula.
"Mungkin karena lihat kamu tampan" dingin ucapan paman, tanpa menurunkan koran yang sedang di baca.
"No Uncle. Looked at aunty" bocah kecil masuk dalam celah siku tangan paman,coba menunjukkan keadaan.
Kesal dong jika saat santai terganggu sesuatu tidak amat penting di rasa.
"Okey, Uncle pergi lihat. And you, must stay here!!" titah paman, tidak ingin lihat bocah kecil mencari ulah sensasi saat ia kembali duduk damai.
Langkah paman bertubuh atletis, baju kaos santai, tinggi sekitar 180 cm, gaya maskulin jaim(jaga image),rambut tersisir rapi, pakai kacamata hitam, umur sekitar 30-an, wajah campuran asia bule itu menuju kursi penumpang Melani.
...****************...
.
Maaf ,jika karya masih jauh dari kata sempurna 🙏.
Untuk bantu menyempurnakan, sudi kiranya teman-teman meninggalkan jejak komentar.
Terimakasih atas dukungan semua 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Maya Ratnasari
"look at" kk, ngga usah pake "ed" karena ini bentuk masa kini/present tense
2022-04-30
0
Maya Ratnasari
kalo terbalik penuh itu 180 derajat Thor. kalo 360 derajat, sama dengan balik ke titik 0 derajat
2022-04-30
0
Maya Ratnasari
roof top kk
2022-04-30
0