"Huh... hampir aja gue telat" Radea yang sudah tiba di ruang meeting dan masih tidak ada orang akhirnya tersenyum lega. Tak lama Radea mendengar suara langkah kaki. dan ternyata adalah Thariz dan pak Bram.
"Selamat siang tuan mari tempat sudah saya siapkan" mereka pun memasuki ruang meeting. untuk membahas sebuah kerja sama pembangunan perumahan di kota Bandung.
Rancangan yang di tunjukan Thariz sangat memuaskan menurut pak Bram mulai dari type rumah yang bergaya minimalis. hingga bangunan berlantai dua. dan tentunya perumahan yang di rancang Thariz adalah perumahan subsidi, harga yang relatif murah sehingga perumahan ini bisa di incar oleh semua kalangan. lokasinya juga yang berada di kota Bandung hawa yang sejuk dan asri adalah nilai tersendiri.
belum juga fasilitas-fasilitas yang nantinya di sediakan di dalam kompleks perumahan miliknya. Mulai dari kolam renang yang bisa di gunakan untuk umum, spot taman yang asri, tempat gym lengkap, bahkan setiap perumahan akan di berikan satu pohon mangga dan setiap pohon berbuah warga kompleks pun bisa menjualnya pada pihak property.
Pak Bram yang mendengar rancangan-rancangan Thariz sungguh antusias dan ia akhirnya mau menanam sahamnya untuk perusahaan milik Thariz. Pak Bram akhirnya pulang setelah menandatangani sebuah kontrak dengan perusahaan milik Thariz.
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul enam sore waktu untuk pulang kerja. Radea sungguh lapar karena seharian ia hanya memakan cilok pedas.
Hari ini Radea pulang sendiri karena Sanum sudah pulang pukul lima sore tadi dann nggak mungkin Radea meminta Sanum menunggu dirinya.
"Belum pulang Ra? " sapa Indra pada Radea.
"Ah belum Ndra habis kelar meeting ini. "
" Ra makan bareng aku mau nggak? kebetulan lagi lembur mau cari makan nggak ada temen, kebetulan ada kamu sekalian aku ajak mau? " Tawar indra.
Radea berpikir ia memang lagi lapar kebetulan juga ada pikirnya. "Boleh deh Ndra, tapi aku bawa mobil kita makan deket sini aja ya? "
Indra mengangguk mendengar jawaban Radea atas ajakannya. mereka mencari makan menggunakan mobil Radea dan Indra yang menyetir.
"Makan lontong sate aja Ndra daripada nggak ada makanan" tunjuk Radea pada mamang penjual sate.
Indra lalu meminggirkan mobil milik Radea mencari tempat parkir.
"Pak sate sama lontong dua porsi ya sama minumnya teh hangat tawar. " Setelah memesan Indra duduuk di samping Radea.
"Pak boleh minta tambah gula? teh nya kurang manis." ucap Radea pada mamang penjual sate.
"Boleh dong neng, mau berapa sendok gulanya? "
"tambah 1 1/2 sendok aja pak biar manis kayak yang beli" ucap Radea mengajak ngobrol tukang sate dengan ramah.
" Ini neng tah manisnya sama kayak beli" balas penjualnya sambil tersenyum.
"makasih ya pak"
"Kurang manis ya Ra? sori kebiasaan mesennya teh tawar Ra, mantan aku soalnya nggak suka manis. kamu suka manis" ucap iNdra yang lagi-lagi teringat mantan kekasihnya.
"Beda lah Ndra beda orang beda selera" timpal Radea.
"iya sih wajah mu mengingatkan ku padanya Ra"
"Wajah Radea mirip sama mantan kamu gitu? "
Indra mengangguk meng iyakan ucapan Radea. Radea lalu tersenyum. ".Maklum Ndra wajah Radea pasaran banyak yang mirip" Radea mengajak Indra bercanda agar tidak membahas mantan. kesasihnya.
"Ra Indra boleh nggak lebih deket sama Radea? jadi temen deket Radea gitu"
"Kita kan sekantor Ndra boleh aja "
selesai makan Radea mengantar Indra kembali ke kantor, sedangkan Radea melajukan mobilnya untuk pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments