Bab 5. Lelah

Perasaan lelah, kesal dan marah menjadi satu. Laska menatap sekitar dengan nanar, lantai kotor dipenuhi plastik-plastik jajan. Ingin sekali dia berteriak sembari memarahi gadis yang tengah tertidur pulas di sofa. Tetapi tak tega ketika melihat wajah damai itu, justru membuat Laksa kasihan.

Ia beranjak meletakkan tasnya di sofa, menggulung lengan bajunya hingga atas. Mengambil sapu, Laska segera menyapu seluruh ruangan yang dikotori oleh Amira. Mengusap peluh yang menetes di kening, Laska menghembuskan napas kasar ketika melihat lantai sudah bersih.

Ia menjatuhkan tubuhnya dengan kasar di sofa tunggal, tubuhnya terasa remuk redam. Sudah lelah kerja di kantor, harus membersihkan rumah lagi. Dan pastinya, dia juga harus memasak setelah ini.

Dia sempat berpikir, apa kerjaan Amira dari pulang sekolah hingga malam? Rasanya semua tak ada yang beres.

“Om.” Amira mengerjapkan matanya perlahan, lalu bangkit dari tidurnya. “Baru pulang?” tanyanya sembari terus mengucek mata.

Laska tak menjawab, memilih mengambil tas dan berniat untuk ke kamar.

“Om! Lapar!” Amira berteriak layaknya anak kecil, mengejar Laska dan langsung memeluk lengan pria itu dengan erat.

Tentu saja Laska marah, ia menggeram menahan gejolak dalam dada agar tak meluap. Menghirup napas dengan pelan lalu menghembuskannyaya dengan kasar, ia berbalik menatap Amira yang tengah menatapnya juga. Dia sedikit terkejut tak kala mendapati wajah pucat gadis itu, namun detik berikutnya, ia langsung beranjak ke dapur.

Mengambil telur dari kulkas dan menceploknya. Setelah meletakkan telur ceplok di piring, Laska melihat rice cooker. Ada nasi di sana, lumayan juga.

“Aku yang memasaknya, tidak tahu enak atau tidak,” ucap Amira, mendekati Laska dengan membawa piring berisi telur ceplok.

Setelah memastikan Amira makan, Laska langsung beranjak pergi tanpa mengucapkan satu kata pun. Ia menatap malas Amira sekilas.

“Dasar Om-om! Percuma tampan, tapi dingin!” umpat Amira, ikut beranjak menuju kamarnya.

Bingung ingin melakukan apa, Amira keluar dari kamar. Kini tatapannya fokus pada pintu di sebelah kamarnya. Tiba-tiba ide licik menguasai pikirannya, tanpa mengetuk pintu, Amira membuka pintu kamar Laska. Ternyata benaran enggak di kunci.

Kamar bernuansa biru langit terlihat sepi. Sang pemilik tak terlihat di ranjang maupun meja kerja. Amira terus berjalan, menyusuri setiap sudut kamar dengan perasaan kagum. Sangat berbeda dengan kamarnya yang agak sempit, justru kamar ini lumayan lebar. Bahkan terdapat dua rak berukuran sedang yang berisi banyaknya buku. Amira yakin, pasti buku-buku tentang perusahaan, yang tak dia mengerti sama sekali.

Tangannya meraih satu foto yang terletak di meja samping tempat tidur Laska, terlihat jelas seorang wanita berhijab, anak kecil serta pria di dalam foto itu. Amira mencoba mengingat, ya, itu adalah mertuanya. Ya ampun, dia sampai lupa.

Umi terlihat cantik mengenakan hijab, apa aku juga akan cantik saat mengenakan hijab ya?

“Ngapain kamu?”

Amira terkejut, hampir saja foto itu jatuh ke lantai kalau Laska tidak menangkapnya. Pria itu menggeram marah, wajahnya merah padam dengan rahang mengeras. Amira jadi takut, tanpa memandang ia meminta maaf.

“Maaf Om, enggak sengaja.”

“Lain kali jangan masuk kalau tidak diizinkan!”

“Om ‘kan enggak ada, ya aku masuk aja. Lagian pelit banget sih!” Amira menggerutu kesal. Memandang malas Laska yang memandang dia dengan tajam.

“Ganteng-ganteng galak!”

“Apa kamu bilang?” Laska maju selangkah mendekati Amira, sontak membuat gadis itu memundurkan langkah kaki.

Lama pandangan keduanya bertemu, Amira tersenyum dengan jahil. Ia menginjak kaki Laska dengan sangat kuat hingga membuat pria itu mengaduh sakit.

“Rasain, wlee!” ejek Amira terus berlari masuk ke dalam kamarnya, tak lupa mengunci pintunya.

Sungguh, ingin sekali Laska menangkap gadis itu dan membuangnya jauh-jauh. Dia sudah tak bisa bersabar lagi, tingkah bar-bar Amira sungguh membuatnya pusing dan tersiksa.

**

Pukul 23.00, Laska mendapat panggilan dari sang abi. Memberi tahu bahwa uminya masuk rumah sakit karena tifus. Dengan perasaan yang begitu khawatir, Laska pergi meninggalkan Amira di rumah sendirian. Ia lupa kalau ada gadis yang tidur di kamar sebelah kamarnya.

Pukul 23.40 Laska sampai di rumah sakit, dia langsung menuju resepsionis untuk bertanya di mana ruangan sang umi.

“Atas nama Kia Putri Nagira,” ucap Laska.

Setelah mendapat jawaban, dia langsung berlalu mencari ruangan tempat Kia di rawat. Tanpa mengucap salam dia membuka pintu.

“Wa’alaikumussalam Alaska Lencana,” ujar Akbar dan Kia bersamaan. Sedangkan sang anak, hanya bisa cengengesan.

 “Bagaimana keadaan Umi?” Laska menghujani Kia dengan ciuman, membuat wanita itu tersenyum menatap anak semata wayangnya.

“Alhamdulillah sudah baikan,” jawab Kia dengan pelan.

“Amira bagaimana, Ka?” Pertanyaan sang abi membuat Laska lekas berdiri dari duduknya. Pria itu menatap kedua orang tuanya sambil menggaruk tengkuk yang tak gatal.

“Lupa,” ucap Laska sambil tersenyum bodoh.

“Terus gimana, kalau nanti dia nyariin? Pasti dia ketakutan di rumah sendirian,” tukas Akbar dengan nada khawatir.

“Benar Sayang. Kasihan menantu Umi.”

Laska sendiri bingung, tidak mungkin dia balik ke rumah. Rasanya sangat tidak tega harus meninggalkan sang umi yang sedang sakit. Walaupun ada abi yang menunggui.

“Dia sudah terbiasa kok Mi,” kata Laska, menepis segala pikiran tentang Amira.

“Kamu tidak bisa begitu, Nak. Bagaimanapun, Amira adalah istrimu. Pulanglah, temani dia di rumah. Umi sudah tidak apa kok,” suruh Kia sembari mengelus punggung tangan Laska dengan lembut.

“Benar itu, jangan khawatir. Lebih baik kamu pulang,”

Akhirnya Laska menurut, ia memilih pulang. Dalam perjalanan, ia mampir terlebih dahulu di warung martabak yang masih buka. Memesan dua porsi martabak dengan rasa yang berbeda. Setelah itu kembali melanjutkan perjalanan.

Benar saja, sampai di rumah, dia mendapati Amira tengah meringkuk di atas sofa dengan linangan air mata.

“Om dari mana saja? Kenapa ninggalin aku? Dasar jahat!” Amira terus memukuli dada bidang Laska. Menangis sesenggukan.

“Bar-bar tapi cengeng,”

“Masalahnya itu, karena sepi. Kalau sampai ada hantu atau maling. Gimana?”

“Kabur.”

“Om mah gampang ngomongnya, aku yang takut!” Amira terus menangis, sesekali memukuli Laska. Pria itu memilih diam saat Amira menyerbunya dengan pukulan.

“Sudah, jangan nangis. Ini martabak,” ucap Laska seraya meletakkan dua kotak martabak di meja. “Makan,” titahnya lagi.

“Hmm.”

Tak menyia-nyiakan, Amira mengambil satu kota martabak dan membawanya di sofa. Laska yang melihat itu, hanya bisa tersenyum simpul sembari mengikuti Amira duduk.

“Om dari mana? Kerja?” tanya Amira dengan mulut penuh.

“Mulut penuh jangan ngomong,”

“Iya iya.”

Selesai menghabiskan separuh martabak, Amira menenggak air putih yang baru saja di ambilkan Laska. Lalu meletakkan kembali gelas yang sudah kosong. Menguap berkali-kali, Laska mencoba menahan kantuk.

“Aku nebeng tidur di kamar Om ya, takut mau tidur sendiri.” Tanpa menunggu persetujuan Laska, gadis itu sudah berlari memasuki kamar pria itu, membuat mata Laska melotot sempurna.

“Amira! Keluar!”

 Bersambung

 

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Julisda Lisda

Julisda Lisda

seruu bagett lanjit thorr

2022-04-06

1

Aya SiJutek Cuy

Aya SiJutek Cuy

wuih.... seru ini, tar ngangenin sifat bar2nya amira

2021-12-22

1

Othor Kalem Fenomenal

Othor Kalem Fenomenal

Laska yang sabar yaa

2021-12-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Fitnah Berujung Menikah
2 Bab 2. Kenyataan Pahit
3 Bab 3. Menggoda
4 Bab 4. Kesal
5 Bab 5. Lelah
6 Bab 6. Dasar Menyebalkan!
7 Bab 7. Dua Pria Dingin?
8 Bab 8. Gandeng?
9 Bab 9. Mencuri
10 Bab 10. First Kiss
11 Bab 11. Pertanyaan.
12 Bab 12. Sakit
13 Bab 13. Nasi Goreng?
14 Bab 14. Gadis Mesum?
15 Bab 15. Khilaf Lagi
16 Bab 16. Mulai Khawatir
17 Bab 17. Ketemu Mantan
18 Bab 18. Cemburu?
19 Bab 19. Perasaan Cinta
20 Bab 20. Masih Tetap Sama
21 Bab 21. Ayah Masih Kecewa
22 Bab 22. Pria Brengsek?
23 Bab 23. Menantu Kesayangan
24 Bab 24.
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Promosi
70 Bab 69
71 Bab 70
72 Bab 71
73 Bab 72
74 Bab 73
75 Bab 74
76 Bab 75
77 Bab 76
78 Bab 77
79 Bab 78
80 Bab 79
81 Bab 80
82 Bab 81
83 Bab 82
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97 Akhirnya Menuju Awal
99 Extra part
100 MM Season 2 : Bab 1
101 MM Season 2: Bab 2
102 MM Season 2: Bab 3
103 MM Season 2: Bab 4
104 MM Season 2: Bab 5
105 MM Season 2: Bab 6
106 MM Season 2: Bab 7
107 MM Season 2: Bab 8
108 MM Season 2: Bab 9
109 MM Season 2: Bab 10
110 MM Season 2: Bab 11
111 MM Season 2: Bab 12
112 MM Season 2: Bab 13
113 MM Season 2: Bab 14
114 MM Season 2: Bab 15
115 MM Season 2: Bab 16
116 MM Season 2: Bab 17
117 MM Season 2: Bab 18
118 MM Season 2: Bab 19
119 MM Season 2: Bab 20
120 MM Season 2: Bab 21
121 MM Season 2: Bab 22
122 MM Season 2: Bab 23
123 MM Season 2: Bab 24
124 MM Season 2: Bab 25
125 MM Season 2: Bab 26
126 MM Season 2: Bab 27
127 MM Season 2: Bab 28
128 MM Season 2: Bab 29
129 MM Season 2: Bab 30
130 MM Season 2: Bab 31
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Bab 1. Fitnah Berujung Menikah
2
Bab 2. Kenyataan Pahit
3
Bab 3. Menggoda
4
Bab 4. Kesal
5
Bab 5. Lelah
6
Bab 6. Dasar Menyebalkan!
7
Bab 7. Dua Pria Dingin?
8
Bab 8. Gandeng?
9
Bab 9. Mencuri
10
Bab 10. First Kiss
11
Bab 11. Pertanyaan.
12
Bab 12. Sakit
13
Bab 13. Nasi Goreng?
14
Bab 14. Gadis Mesum?
15
Bab 15. Khilaf Lagi
16
Bab 16. Mulai Khawatir
17
Bab 17. Ketemu Mantan
18
Bab 18. Cemburu?
19
Bab 19. Perasaan Cinta
20
Bab 20. Masih Tetap Sama
21
Bab 21. Ayah Masih Kecewa
22
Bab 22. Pria Brengsek?
23
Bab 23. Menantu Kesayangan
24
Bab 24.
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Promosi
70
Bab 69
71
Bab 70
72
Bab 71
73
Bab 72
74
Bab 73
75
Bab 74
76
Bab 75
77
Bab 76
78
Bab 77
79
Bab 78
80
Bab 79
81
Bab 80
82
Bab 81
83
Bab 82
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97 Akhirnya Menuju Awal
99
Extra part
100
MM Season 2 : Bab 1
101
MM Season 2: Bab 2
102
MM Season 2: Bab 3
103
MM Season 2: Bab 4
104
MM Season 2: Bab 5
105
MM Season 2: Bab 6
106
MM Season 2: Bab 7
107
MM Season 2: Bab 8
108
MM Season 2: Bab 9
109
MM Season 2: Bab 10
110
MM Season 2: Bab 11
111
MM Season 2: Bab 12
112
MM Season 2: Bab 13
113
MM Season 2: Bab 14
114
MM Season 2: Bab 15
115
MM Season 2: Bab 16
116
MM Season 2: Bab 17
117
MM Season 2: Bab 18
118
MM Season 2: Bab 19
119
MM Season 2: Bab 20
120
MM Season 2: Bab 21
121
MM Season 2: Bab 22
122
MM Season 2: Bab 23
123
MM Season 2: Bab 24
124
MM Season 2: Bab 25
125
MM Season 2: Bab 26
126
MM Season 2: Bab 27
127
MM Season 2: Bab 28
128
MM Season 2: Bab 29
129
MM Season 2: Bab 30
130
MM Season 2: Bab 31

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!