Bel sudah berbunyi waktunya siswa/i membubarkan kelas untuk segera pulang.
Dira yang memang menggunakan transportasi angkutan umum. Dirinya sedang berada di halte menunggu Bus lewat.
Tin..tin..tin..
Suara klakson motor membuat Dira melihat kearah laki-laki yang memakai helm dan jaket berhenti didepan nya.
Cowok itu membuka kaca helm nya dan ternyata adalah Bimo. "Ayo naik gua anter loe pulang."
Dira berdiri dari duduk nya, " Bemo sayang baik hati banget deh." Begitulah Indira yang tidak sungkan dan risih kepada Bima meskipun dia tau kalau Bima cowok yang dingin dan irit bicara.
Dira segera naik keatas motor Bimo, "Sudah.. Ayo jalan kang Bemo." Ucapan konyol Dira membuat Bimo menarik sudut bibirnya.
"Pegangan?" Bimo segera melajukan motornya kearah jalan menuju rumah Dira. Karena ini bukan kali pertama Bimo mengantar Dira pulang.
.................
"Loe kagak usah mampir ya Bemo sayang, takut di lempar panci sama Mama gue." Indira hanya berseloroh karena tidak mungkin Mama Nilam akan tega melempar panci kepada anak orang.
"Hemm.. padahal gue ingin minta minum." Bima berbicara dengan mengguyar rambutnya kebelakang. Jika para cewek lain yang melihat adegan bak slomotion Bima bisa pada pingsan mereka semua.
Tapi tidak pengaruh terhadap Dira yang biasa saja. "Heleh duit loe banyak, tinggal beli di cafe Sono yang lebih enak." Dira menanggapinya dengan santai karena tidak ingin berlama-lama dekat dengan Bimo.
"Yaudah gue pulang terimakasih tumpangannya." Begitulah kebiasaan Bimo karena Dira tidak pernah mengucapkan terimakasih kepada dirinya.
"Hahaha... ah kang Bemo bisa ae ngomong nya." Dira menanggapi dengan cengengesan, "Buruan gih balik.. bay kang Bemo." Dira langsung pergi meninggalkan Bimo yang masih setia menatap kepergian Dira.
"Ck. kek nya gue beneran suka sama tu cewek." Bimo segera memakai helm nya kembali dan pergi dari rumah Dira.
.....................
"Mah.. Aya pulang!" Dira memasuki rumah dengan berjalan menuju dapur, karena biasanya Mama nya sedang memasak.
"Mah, Mamah Dimana?" Tidak menemukan Mama nya didapur Dira segera menuju kamar Mama Nilam.
"Mah." Dira melihat mamanya yang sedang tiduran dengan wajah yang pucat.
"Mama sakit? mama sudah minum obat? kita kedokter sekarang ya Mah." Dira sudah tidak bisa menahan air mata nya yang lolos begitu saja melihat Mama nya menahan rasa sakit.
"Tidak usah nak Mama baik-baik saja, hanya butuh istirahat." Ucap Nilam lemah.
Uhuk..Uhuk.. Nilam batuk dan mengeluarkan darah. Membuat Dira terkejut dan khawatir.
"Ayo Ma, Aya antar kerumah sakit..Aya gak mau Mama kenapa-napa."
Indira memapah Nilam menuju keluar dan mencari tumpangan untuk membawa Mama nya kerumah sakit.
"Mamah bertahan ya, jangan tinggalin Aya?" Dira menangis dengan sesenggukan melihat Nilam yang sudah tak sadarkan diri didalam mobil.
"Nak Dira yang sabar ya, berdoa semoga Bu Nilam baik-baik saja." Ucap pria yang umurnya sudah 45tahun, tetangga Dira yang membantu membawa Nilam kerumah sakit dengan mobilnya.
"Iya pak, terimakasih."
..................
Setelah sampai di rumah sakit Bu Nilam segera dilarikan keruangan ICU karena melihat kondisinya yang semakin parah.
Indira hanya bisa mondar mandir dan berdoa menunggu kabar Mama nya dengan cemas.
"Nak duduk, berdoa semoga Bu Nilam akan baik-baik saja." Sedari tadi tetangga Dira yang biasa dipanggil pak Juki itu mencoba menenangkan Dira yang terlihat sangat khawatir dan cemas.
Setelah menunggu lebih dari 30menit akhirnya seorang dokter keluar dari ruang ICU.
"Dok bagaimana keadaan Mama saya?" Dira langsung bertanya setelah melihat dokter itu keluar diikuti perawat dibelakang nya.
Dokter Arman yang menangani penyakit paru-paru Nilam pun hanya bisa menghela napas dengan panjang.
"Mama mu sudah melewati masa kritisnya, sekarang sudah lebih baik. Nanti akan saya pindahkan keruangan inap." Ucap dokter Arman.
"Tapi Mama saya gak kenapa-napa kan Dok?" Dira yang masih meneteskan air mata tak kuasa merasakan sesak didadanya jika terjadi sesuatu dengan Nilam.
"Untuk saat ini kondisinya masih stabil, tapi kamu harus tetap melakukan pemeriksaan rutin terhadap Mama mu, karena penyakit paru-paru nya sudah semakin parah." Jelas sang dokter.
"Baiklah apa saya boleh masuk melihat Mama."
"Silahkan." Dokter Arman pergi setelah berbicara dengan Dira.
Indira memasuki ruangan ICU dimana Mama nya yang masih belum sadarkan diri dengan tubuh yang tak berdaya.
"Mah cepet sembuh, Aya akan lakuin apapun agar Mama cepat sembuh. Cuma Mama yang Aya punya." Dira menangis sambil mencium tangan Mama nya. Dirinya tidak tahu harus minta tolong kepada siapa karena yang Indira tahu hanya Mamanya lah keluarga satu-satunya. Sedangkan perawatan sang Mama dirumah sakit tidaklah murah, Dira bingung harus bagaimana mencari uang untuk pengobatan mamanya.
"A-aya." Suara lemah Nilam memanggil Dira dengan lirih.
"Mah, Mama sudah sadar." Dira sudah tidak tahan lagi untuk membendung Isak tangis nya. "Aya takut Mah, jangan tinggalin Aya sendiri..hiks hiks." Tangisan Dira pecah dipelukan Nilam.
Perlahan Nilam mengangkat tangannya untuk mengelus kepala putri satu-satunya itu. "Jangan sedih Mama tidak apa-apa." Nilam mencoba menguatkan anak nya, meskipun dadanya serasa sesak dan sakit. Karena Nilam yakin umurnya sudah tidak akan lama lagi.
"Mama cepat sembuh, Aya sayang sama Mama."
Dira menatap Mamanya dengan sendu, dirinya harus memikirkan biaya rumah sakit, mereka sudah tidak punya apa-apa karena satu tahun belakangan ini Nilam sudah sering keluar masuk rumah sakit. Hanya rumah yang mereka miliki sekarang, dan itu adalah rumah peninggalan Papanya. Dira tahu harus kemana untuk mendapatkan uang itu, meskipun nanti kehidupan mereka kedepannya akan seperti apa, bagi Dira yang terpenting Mama nya sembuh terdahulu.
"Mama istirahat ya, Aya harus pulang dulu ambil baju ganti Mama." Ucap Dira dengan lembut menatap Mamanya dengan sayang.
"Lebih baik kita pulang saja Aya, kita akan membayar pakai apa biaya rumah sakit ini." Nilam juga memikirkan bagaimana caranya mendapat uang untuk perawatan nya, sedangkan mereka kini sudah tidak punya apa-apa lagi.
"Mama tidak usah pikirin itu, Aya bisa membayar pengobatan Mama yang penting bagi Aya Mama sehat."
"Tapi nak kamu akan dapat uang dari mana?"
"Mama hanya cukup istirahat dan segera sembuh, itu yang bisa bikin Aya bahagia." Dira mengecup kening Nilam dan pamit untuk pulang sebentar.
Nilam hanya bisa menangis setelah pintu rawat tertutup. Dirinya tidak sanggup jika melihat putrinya menanggung beban berat karena penyakit yang dideritanya. Dira harus mencari uang untuk menanggung biaya rumah sakit.
"Maaf kan Mama nak." Nilam berkata lirih seraya mengusap air matanya.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Irma Dwi
lanjut
2024-09-18
0
Rina Krowin
lanjut
2024-08-05
0
Astri
msh pensaran tokoh lakix yg pst kyx bukan bemo kan
2024-02-04
0