Hari semakin sore, matahari mulai bergerak turun. Karenina sudah siap dari tadi untuk keluar jalan-jalan menyusuri bibir pantai sedangkan William, laki-laki itu melanjutkan tidurnya setelah makan tadi.
“Aku pergi ya”. William bangun, dia menahan Karenina yang sudah akan keluar dari kamar. Dia kembali mengamati penampilan wanita itu.
‘Apa dia memang selalu berpakaian terbuka seperti ini’
“Kau mau kemana?”
“Aku sedang liburan, aku mau menikmati suasana pantai yang indah itu. Bukan mau menemanimu di kamar”.
‘Dari tadi aku sudah membangunkanmu tapi kau hanya bergumam tidak jelas, sekarang aku mau pergi kau malah menahanku. Dasar sinting’
“Tunngu, aku mandi dulu. aku akan menamanimu di dalam kamar dan di luar kamar” Karenina memegang tengkuknya yang meremang. Dia menggelengkan kepala mengusir ngeri yang tiba-tiba menghampirinya. Sambil menunggu William dia membuka ponselnya dan melihat group chatnya yang selalu jadi hiburannya.
“Ayo”. Karenina mendongak melihat William sudah berdiri di depannya. Dia melihat jam di ponselnya “Hanya lima menit, apa kau tidak mandi?”
“Aku hanya mandi, tidak berdandan seperti mu. Ayo, kau masih mau keluar atau tidak”. Karenina berdiri dari duduknya, dia terkesiap ketika Willam menautkan jari-jari mereka. Dia berjalan mengikuti langkah William, matanya tidak lepas dari tangan mereka yang saling bertaut.
‘Apa karena sudah meniduriku dia jadi baik padaku, kemana sifat arogan dan sombognya itu’
Sudah banyak orang yang berada di bibir pantai, baik itu wisatawan atau penduduk lokal. Suasana pantai yang ramai membuat Karenina melepaskan tautan tangan dan berlari ke lebih dekat ke bibir pantai.
‘Lihat, semua orang berpakaian seperti itu. Jadi aku tidak perlu malu memakai bikini ku’
Karenina kembali berlari ke arah William. “Will, temani aku cari ruang ganti yuk”, kening laki-laki itu berkerut.
“Aku mau ganti baju”. Menjawab kerutan di kening William.
“Kenapa kau mau ganti baju? Baju yang kau pakai sekarang sudah bagus?” Karenina memutar bola matanya malas.
“Aku mau berpakaian seperti mereka”, menujuk dua orang turis wanita yang baru saja lewat dengan dagunya.
“Apa…? Tidak, kenapa kau mau memperlihatkan tubuhmu kepada orang-orang hah? Kau tidak lihat, pakaianmu sekarang sudah terbuka apa lagi yang mau kau perlihatkan?”
‘Kenapa kau marah, memang kau siapaku’
“Ini di pantai, kau lihat semua orang berpakaian seperti itu. Kau tahu, aku sengaja diet dua bulan agar bisa memamerkan perut rataku di pantai ini. Lagi pula tidak ada yang mengenalku disini”.
William mendesah kesal, dia menatap Karenina tajam seakan ingin menerkamnya.
“Ayo kembali ke kamar”. Karenina menyentak tangannya dengan kasar.
“Memangnya kau siapa melarang apa yang ingin aku lakukan, kita tidak memiliki hubungan apa-apa sehingga kau melarangku melakukan apa yang aku mau”.
Entah kenapa dia tidak suka mendengar Karenina mengatakannya. Dia merasa sudah terikat dengan wanita itu sejak dia menyerahkan dirinya tepat di malam ulang tahunnya. William membuang nafas kasar saat Karenina sudah berjalan jauh darinya. Dia lalu mengikuti wanita itu dari belakang dan menunggunya tidak jauh dari kamar ganti umum.
Wanita itu keluar dengan hanya memakai bra dan ****** ***** seperti orang-orang di pantai itu. rahang William mengeras, tangannya terkepal. Tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa. Karenina benar, mereka tidak dalam hubungan apapun sehingga dia bisa mangaturnya.
“Hai girl, are you alone?” seorang turis menyapanya, William memperhatikannya dari jauh. Dia ingin lihat sejauh apa yang bisa Karenina lakukan. Apakah dia memang pandai merayu laki-laki, atau dia memang seperti yang William lihat, gadis polos yang mencoba berpetualang.
Karenina tersenyum canggung saat turis itu memeluk pinggangnya, refleks Karenina melepas tangan itu ketika akan meraba perut ratanya yang ingin dia pamerkan.
“Sorry, I’m with my boyfrend”. Karenina mengedarkan pandangannya mencari William, ketemu. Ternyata laki-laki itu sedang memperhatikannya di kejauhan. William lalu berjalan mendekatinya.
“Kalau kau hanya ingin pamer perut ratamu itu, aku bersedia menikmatinya selama yang kau mau”. William menarik tanganya ke tempat di mana tadi dia ganti baju. “Ganti bajumu, kita kembali ke kamar”.
Bibir Karenina sudah maju lima senti, dia tidak mau menuruti keinginan William. Laki-laki itu tidak berhak memerintahnya.
“Kalau katu tidak mau, baiklah. Aku akan kembali ke kamar sendiri. Kau tahu banyak yang lebih parah dari yang tadi”. Karenina menyentak-nyentyakkan kakinya di tanah seperti anak kecil yang sedang merajuk.
‘Astaga, kenapa dia lucu sekali. Rasanya aku ingin memakannya sekarang juga’.
Karenina masuk kembali ke dalam kamar ganti dan memakai kembali pakaian yang dia pakai tadi. Dia keluar dengan wajah yang di tekuk.
“Aku sudah pakai bajuku lagi, kalau kau mau kembali, kembali saja. Aku masih mau disini”. Karenina berjalan melewati Willam tidak perduli pelototan tajam laki-laki itu. william mengejarnya dan kembali menautkan jemari mereka. Karenina mengangkat tangan yang terpaut dan melihatnya lalu tersenyum.
Matahari sudah tenggelam dengan sempurna, tugas menyinari bumi kini beralih kepada sang rembulan. Dua anak manusia yang tidak memiliki hubungan apapun kecuali teman tidur semalam itu memutuskan untuk makan sebelum kembali ke hotel.
Kali ini William memesankan makanan untuk Karenina, dia tidak akan membiarkan waita itu kelaparan seperti tadi pagi. Karenina lagi-lagi meringis melihat makanan yang di pesan William.
“Tenang saja, aku sudah bilang akan mengganti semua uangmu”. Karenina tidak menggubrisnya, walaupun dia sangat suka uang tapi dia tidak akan mengambil sepeserpun uang laki-laki itu. Itu sama saja dengan menjual dirinya, begitu fikirnya.
“Kau asli dari mana?” William akhirnya mulai pembicaraan pribadi, dia sedikit banyak mulai tertarik dengan wanita itu.
“Aku, aku dari”, berfikir sejenak “dari Semarang, iya Semarang”, jawabnya bohong.
‘Aku tidak mau memberitahukan identitasku padamu, aku tidak akan punya muka bertemu denganmu setelah ini’
“Apa yang kau kerjakan di Semarang?”
‘Kenapa dia jadi banyak tanya, tidak mungkin dia ingin bertemu denganku lagi setelah ini kan’
“Aku hanya karyawan biasa” jawab Karenina, William terlihat menganggukkan kepalanya.
“Apa kau tinggal dengan orang tuamu?”
“Aku tidak punya orang tua, mereka sudah meninggal”
“Maafkan aku. Ahh, kau bilang tadi malam pertama kalinya kau merayakan ulang tahun tanpa orang tuamu. Aku lupa, maafkan aku?”
“Lalu kau…?”
“Jangan tanya apa-apa lagi, kita tidak akan bertemu lagi setelah ini untuk apa kau mau tahu tentangku”. Mulai kesal karena Willian bertanya terlalu banyak.
“Tapi kalau aku tidak mau, bagaimana?” mata Karenina membulat, apa maksudnya?
‘Kau ingin lepas dariku ya, aku tidak akan membiarkanmu pergi semudah itu’
Mereka kembali ke kamar, tidak lagi saling bergandengan tangan. Karenina sudah jalan lebih dulu, sekarang dia sudah mulai ogah-ogahan pada William. Dia merasa laki-laki itu sudah terlalu banyak mau tahu tentang hidupnya.
Karenina langsung merebahkan dirinya di atas tempat tidur, dia merasa sangat lelah setelah berjalan sepenjang sore hingga malam. Jika tidak ingat dia harus membersihkan dirinya, mungkin dia akan langsung memejamkan matanya sekarang juga.
Dengan langkah yang berat dia berjalan menuju kamar mandi, tapi sebelum itu dia mengambil baju tidurnya di lemari. Dia melihat William baru masuk ke kamar, entah dari mana dia. Seingatnya tadi William berjalan tepat di belakangnya, tapi dia baru beberapa menit kemudian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Sulis Tyawati
jgn sampai Karenina tr kerja d perusahaannya william
2025-02-02
0
martina melati
lupa x dtubuh banyak bercak merah...
2024-05-19
2
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
sdh mulai bucin ni si William 😁
2021-11-17
3