Mata Mentari langsung melotot, ia tak terima disalahkan begitu saja.
"Maaf ya, Om. Kalau Om mau protes Om bisa protes sama Papa Om."
Alga membulatkan matanya. 'om' gadis itu memanggilnya 'om,' pria itu semakin marah saja pada Mentari, setua itu sampai gadis itu memanggilnya om?
"Apa kamu bilang, Om. Kamu pikir saya sudah tua, hah?" Matanya menyalak marah, tapi sayang, Mentari seolah tertantang oleh pria itu.
Mentari langsung berlari ke arah kasur, ia langsung menempati tempat itu. Seolah ia tak ingin beranjak dari sana, karena ia merasa sudah nyaman. Terlebih lagi sudah mendapatkan izin dari si pemilik rumah.
Sementara Alga, pria itu semakin geram melihat tingkah bocah itu.
"Dasar bocah!" geram Alga. Ia pun akhirnya menghampiri Tari dan menarik selimut yang digunakan gadis itu. Hingga terjadi percekcokkan di antara mereka, saling menarik selimut ingin mendapatkan posisi di kamar itu
"Hentikan ... Apa yang kalian lakukan?" teriak Ajeng yang baru saja pulang dan melihat perkelahian Alga dan Mentari. "Alga, kamu sebagai pria harusnya mengalah. Seperti anak kecil saja!"
"Ma ... Ini 'kan kamarku, aku lebih berhak di sini," seru Alga.
Sementara Ajeng hanya geleng-geleng kepala, anak bujangnya itu sudah besar sampai sekarang masih suka manja padanya.
"Sudah-sudah, ini sudah malam. Sebaiknya kalian tidur," titah Ajeng. "Cepat! Nanti Papa keburu datang dan malah menceramahi kalian."
Alga dan Mentari saling menatap dengan tatapan amarah.
"Sudah sana, kamu keluar. Aku mau tidur." Tanpa mendengar jawaban dari Mentari, Alga langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Alga!" Yuda datang tiba-tiba dan langsung menarik tangan anaknya itu. "Kamu tidur di kamar tamu."
"Papa, yang tamu itu dia, bukan aku!" Alga menunjuk ke arah Mentari menggunakan wajahnya.
Yuda menghela napas panjang, ia tidak tahu lagi bagaimana caranya agar anaknya itu mengerti. Karena kamar tamu masih sedikit berantakan dan menurut Yuda itu tidak sopan jika digunakan oleh tamu.
Mau tak mau, Alga pun keluar dari sana dengan hati dongkol.
Mentari menjulurkan lidah disaat Alga sudah berada di ambang pintu, Alga sendiri mengetahui itu, ia mengepalkan tangan dan menunjukkannya pada Mentari. Sudah dipastikan bahwa ia yang akan menempati kamar itu. Ajeng dan Yuda pun keluar, Mentari terpaksa menyudahi belajarnya malam ini. Karena ini sudah cukup larut.
"Ini semua gara-gara si Om yang gak tahu sopan santun itu." Gerutu Tari sambil membereskan alat tulisnya di atas meja, dan terpaksa ia harus bangun pagi untuk menghapal tugasnya untuk bahan sekolahnya.
* * *
"Mentari mana, Ma?" tanya Yuda saat sedang sarapan. Sedari tadi ia tak melihat gadis itu.
"Tari sudah berangkat, Pa," jawab Ajeng.
"Tumben pagi-pagi sudah berangkat?"
"Katanya ada urusan sebentar."
Disaat itu juga, Alga berada di sana. Ia mendengar kalau gadis itu sudah berangkat, hatinya merasa tenang jika bocah itu tidak ada. Ia menghampiri kedua orang tuanya yang sedang sarapan, sambil bersiul ia mendudukkan diri di sebelah sang mama.
"Pagi Pa, Ma." Alga menunjukkan wajah cerianya seperti habis mendapat lotre.
"Kamu kenapa, Alga? Sepertinya lagi seneng?" Tanya Yuda sembari memasukkan sendok berisi makanan ke dalam mulutnya.
"Tidak ada apa-apa, Pa." Jawab Alga sembari membalikkan piring dan mulai mengisinya dengan nasi goreng.
"Alga, Mama minta tolong. Kamu antarkan bekal untuk Tari, kasian dia belum sarapan. Mama tadi tidak sempat membuatkannya, dia keburu pergi."
Seketika, wajah Alga langsung masam. Baru juga senang karena tidak melihat bocah itu. Eh, sekarang malah akan bertemu dengannya.
"Tapi, Ma," protes Alga.
"Tidak ada tapi-tapian, Alga. Kamu anggap saja kalau kamu itu punya adik sekarang," kata Ajeng dengan santainya. Ia tidak tahu saja, kalau anaknya dengan Mentari seperti musuh bubuyutan.
"Sudah ... Antarkan saja, apa susahnya?" Yuda berkata begitu entengnya.
"Aku tidak tahu alamat sekolahnya, Pa." Alga terus memberikan alasan, bahwa ia tidak ingin bertemu dengan Mentari.
"Sekolahannya sering kamu lewati, Alga. Tidak susah mencari alamat sekolah Tari, dia anak berprestasi. Dia sekolah di Nusa Bakti, sekolah khusus anak-anak pintar."
Alga tak begitu percaya dengan ucapan papanya itu, masa sih, gadis itu pintar? Pikir Alga. Karena sudah merasa terpojokkan, Alga tidak lagi bisa mengelak. Mau tak mau ia harus mengantarkan bekal untuk Tari.
"Ya udah, Ma. Alga berangkat," ucap Alga karena ia sudah selesai lebih dulu.
"Ini bekalnya, jangan sampai tidak diantarkan." Ajeng memberikan bekal itu pada Alga.
"Iya, Ma." Alga meraih bekal itu dan membawanya pergi. "Oh iya, Ma. Kirimkan nomor ponsel bocah itu."
"Bocah?" Ajeng mengulangi ucapan Alga.
"Mentari, Ma. Bocah yang dimaksud Alga itu Tari," sahut Yuda.
"Oooo ... Tari." Meski pun begitu, Ajeng sembari berpikir.
* * *
Alga sudah berada di depan sekolah Nusa Bakti. Ia turun dari mobilnya, Alga sendiri menjadi pusat perhatian murid di sana. Siapa yang tak terpukau akan ketampanan pria itu? Mungkin hanya Mentari yang silap dari rupawan pria itu.
Alga mengedarkan pandangannya, ia melihat anak sekolah itu satu persatu. Siapa tahu ia melihat Mentari disalah satunya. Tapi mana gadis itu? Tak kelihatan, harusnya belum lama sampai jika naik angkutan umum, karena jalan yang dilewati angkutan umum beda dengan jalur yang digunakan Alga.
Hingga tak lama kemudian, angkutan umum berhenti tepat di depan gerbang. Sementara Alag ia berada di dalam gerbang. Entah sengaja atau tidak, Mentari berlari dan menabrak tubuh Alga.
Sontak, Alga langsung berbalik.
"Kau." Wajah Alga berubah masam, tidak di rumah mau pun di luar rumah, Mentari selalu membuat Alga marah.
Mentari sendiri merasa bingung, apa pria ini siluman sampai ada di mana-mana? Tari mengucek kedua matanya, takut matanya sudah rabun. Tapi tidak ada yang salah, itu memang benar Alga.
"Om, ngapain Om di sini? Jangan-jangan, Om mau nyamperin baby sugar Om di sini ya?" duga Tari.
"Sembarangan aja kalau ngomong, gak level punya baby sugar. Nih, dari Mama." Alga memberikan bekal untuk Tari.
Sementara keberadaan Alga menjadi pusat perhatian apa lagi tengah berada dengan Tari, teman Tari yang melihat mereka langsung saja menghampirinya.
"Tari, siapa dia?" tanya Bunga teman dekat Tari. Gadis itu sampai tak mengedipkan matanya melihat ketampanan Alga.
"Apa sih? Jangan mulai deh." Tari sudah tahu kalau Bunga selalu genit apa lagi melihat laki-laki tampan.
"Cakep, Tari. Kenal di mana?" tanya Bunga pada Tari. "Mas Ganteng namanya siapa?" tanyanya pada Alga.
Alga tak menjawab, pria itu malah pergi begitu saja. Ia merasa risih jika berhadapan dengan cabe-cabean, remaja genit.
"Mas ganteng, tunggu. Namanya siapa?" teriak Bunga yang kekeh ingin berkenalan dengan Alga.
Setelah kepergian Alga, Mentari langsung menarik tangan Bunga dan mengajaknya ke dalam kelas. Mentari juga menceritakan semua tentang Alga, bahwa pria itulah yang kemarin tidur bersamanya.
...----------------...
Happy radding, jangan bosan ya dengan cerita ini. Jadikan novel ini novel favorit kalian ya? Jangan lupa like dan komentarnya, bila perlu kasi vote juga ya, terimaksih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
salsabila cacha
ttep smngat ya thor nulusnya walopun yg like dikit💪
2022-11-01
0
Ivan Tata
Aku suka ceritanya,,,,
2021-11-03
0
Azizka Amelia Putri
lanjut thorrr semangat terus
2021-11-03
0