Pagi-pagi, kediaman Van Houten sudah ramai dengan aktivitas anak-anaknya. Ke empatnya sedang duduk di meja makan menikmati sarapan pagi.
"Bang, aku masuk sekolah hari ini, ya?"
"Kamu sudah sembuh beneran, Dek?" tanya Chiara memastikan.
"Sudah, Kak, aku bosen di rumah," Clarissa menekuk wajahnya lesu.
"Sembuh apaan? Bohong tuh, Bang."
"Alzayn, diem!" ancam Clarissa melotot tajam pada adik bungsunya.
"Sekalian senin aja, Cla. Nanggung, 'kan, besok juga minggu."
"Tapi Bang —“
"Abang enggak mau kamu kenapa-napa, Abang udah janji sama Bunda buat jagain kalian di sini,” potong Aiden —kakak tertua.
Chiara mengelus lengan adiknya. "Udahlah, nurut kata Abang aja."
Clarissa mengangguk lesu.
"Bang, Ara berangkat sama Abang, ya?"
"Iya, ayo berangkat sekarang, Abang ada meeting pagi,” ujar Aiden beranjak. "Al, kamu diantar sama Pak Udin."
Alzayn mengangguk sambil mengunyah rotinya.
Chiara mengusap kepala Clarissa. "Kamu baik-baik di rumah ,ya, Cla. Kakak berangkat dulu sama Abang, daah.. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Setelah Abang, kakak serta adiknya berangkat tinggal Clarissa sendirian, ia terus menekuk wajahnya lesu. Lalu sebuah ide muncul di otaknya, ia bergegas menaiki tangga menuju kamarnya.
...***...
Suasana sekolah saat itu sangat ramai. Bel istirahat sudah berbunyi satu menit yang lalu, hampir seluruh siswa siswi berbondong-bondong menuju kantin guna mengisi perut.
"Guyss, ada anak baru!” seru Toriq yang baru saja bergabung di meja kantin.
"Kelas berapa?"
"Cewek atau cowok?"
"Cewek, kelas sepuluh,” jawab Toriq.
"Lo tahu dari mana?"
"Gue barusan dari ruangannya Bu Ros, nemenin Julio, noh. Gila, ke ruangan guru aja minta nemenin, gimana waktu malam pertama nanti, ya?" celetuk Toriq menyambar minuman di meja, entah punya siapa.
"Bangsat omongan lo, anjir."
"Pake bawa malam pertama lagi."
"Vulgar, ih, Toriq,” protes Mila bergidik.
"Woi, minuman gue, anjing!" sentak Deni keras.
"Bagi lah bro, haus banget gue," Toriq menyengir ke arah pemilik minuman.
"Terus, Julio mana?" Putra celingukan tak melihat Julio di belakang Toriq.
"Gue tinggal lah."
"Lahh si kadal."
"Kenapa lo tinggal, geblek!" Gio menonyor kepala Toriq.
Sebagai info, pacarnya Mila yang bernama Putra itu sekelas sama Gio di kelas IPA 3, sedangkan Julio, Deni, Toriq, Rangga dan Alex sekelas dengan Chiara dan Mila di IPA 1. Mereka biasa berkumpul bersama di kantin, biasanya ada Kenneth juga, karena mereka dulu pernah satu kelas di kelas sepuluh, dan juga sesama komunitas di luar sekolah.
"Temen laknat lo," Julio yang datang langsung menonyor belakang kepala Toriq.
"Aduh, sakit, bego!"
"Lo ninggalin gue, bego!"
"Kelamaan. Gue udah laper, bego!”
Julio mengambil duduk di samping Alex. "Eh, lo semua udah tahu, ada anak baru kelas sepuluh?"
Mereka kompak mengangguk.
"Toriq barusan ngomong."
"Tapi gue kayaknya enggak asing sama wajah tuh cewek," Julio mengelus dagunya.
"Cantik nggak?" Rangga menyahut mengangkat kedua alisnya.
"Cantik banget, Rang. Sinta aja kalah, jauuhh.." Toriq sengaja melebarkan tangannya ke samping hingga mengenai kepala Putra.
"Biasa aja, kampret. Pala gue nih," protes Putra menepis tangan Toriq.
"Tapi di hati gue tetep Sinta yang tercantik," Rangga menumpu wajahnya dengan kedua tangan sambil membayangkan wajah Sinta.
"Huekkkk."
"Jijik gue."
"Muke lo biase aje, Bwang Rang."
Chiara yang sedari dari jadi pendengar pun bersuara, "Lo tahu namanya enggak, Jul?"
Semua mata menatap Chiara, kemudian beralih pada Julio.
Julio menggeleng. "Nggak tahu, Ra. Eh, tapi mukanya mirip sama lo. Nah, iya, bener, mirip sama lo, Ra."
Chiara menyernyit, apa mungkin? Belum selesai dengan pemikirannya, tiba-tiba sebuah suara keras memanggil namanya.
"KAK ARAAAA....!!"
Hampir seluruh penghuni kantin menatap ke satu titik, seorang gadis dengan rambut sebahu dan juga poni yang diselipkan di kedua telinga, sedang melambai ke arah meja yang diduduki Chiara.
Chiara melotot, kemudian berdiri dari kursinya.
Gadis berponi itu memeluk tubuh Chiara.
"Cla, kenapa kamu di sini?"
Gadis itu adalah Clarissa, tanpa sepengetahuan kakaknya, ia tadi bergegas memakai seragam sekolah dan meminta sopir untuk mengantarnya. Walaupun sampai di sekolah ia telat.
Clarissa menyengir. "Aku, kan, mau sekolah, Kak."
Semua yang berada satu meja dengan Chiara saling tatap satu sama lain karena terkejut mendengar anak baru memanggil Chiara dengan sebutan 'kak'.
"Tapi, ‘kan, kamu masih sakit, Cla?"
"Aku udah sembuh, Kak," bantah Clarissa.
Chiara menghela nafas panjang. "Eh, iya, kenalin ini Clarissa, adik gue,” ucapnya memperhatikan penghuni meja yang ditempati.
Mereka melongo.
"Satu Chiara aja udah cantik, ini di tambah adiknya satu lagi."
"Gilaa dua bidadari ini mah."
"Lo berdua beneran saudara?" tanya Mila yang masih sedikit waras.
"Iya, dia adik kandung gue."
Deni menyenggol lengan Rangga. "Sinta kalah jauh, Rang,” ujarnya tanpa menoleh, memperhatikan dua gadis bersaudara itu.
"Bener tuh. Jauh banget,” timpal Julio.
Chiara dan Clarissa saling tatap, mengangkat kedua bahunya masing-masing, kemudian keduanya terkekeh.
Seluruh penghuni kantin pun masih memperhatikan keduanya, ada yang berbisik-bisik tentang dua anak baru yang ternyata bersaudara. Dan memang, dua saudara itu mempunyai paras yang cantik, kaum adam pun terpesona dengan kedua makhluk bernama Chiara dan Clarissa. Sedangkan kaum hawa hanya bisa iri melihat keduanya yang terlahir sempurna.
"Primadona baru nih."
"Vanya mah lewat, ya?"
"Gilaa cantik-cantik, ya?”
"Enggak nyangka kakak adik loh."
...***...
Chiara berjalan beriringan dengan Mila menuju kelas, saat melewati lapangan, terlihat beberapa anak yang sedang berdiri hormat pada bendera, sepertinya mereka sedang dihukum.
"Mil, itu Ken?" Chiara berbisik menunjuk Kenneth yang duduk mengawasi ketiga anak yang sedang hormat bendera.
Mila mengikuti arah tunjuk Chiara. "Ho’oh, biasa si Ken lagi ngawasin Galang dkk yang kena hukum."
Chiara membulatkan mulutnya.
Galang yang sedang mendapatkan hukuman dari guru BK dengan hormat bendera tak sengaja melihat Chiara yang berjalan di depannya. Ia tersenyum. "Hai, Chia,” sapanya ramah.
Kedua temannya, Niko dan Joni serta Kenneth kompak menoleh ke arah Chiara.
Chiara dan Mila menoleh, kemudian tersenyum pada Galang, bukan apa-apa, Chiara hanya berusaha memberikan image baik sebagai anak baru.
Niko menyenggol lengan Galang. "Hstt siapa, Lang? Cakep amat."
Galang menghiraukan pertanyaan Niko, melangkah mendekati Chiara. "Kita bertemu lagi, ‘kan? Katanya kalau tiga kali bertemu berarti jodoh. Dan kita sudah bertemu dua kali, tinggal satu kali lagi,” ujarnya terkekeh menatap Chiara.
Chiara menyernyit bingung. ‘Orang aneh,' pikirnya.
"Itu mah mau lo, Lang,” sahut Mila ketus.
Ehem!
Chiara, Galang dan Mila menoleh ke arah Kenneth.
Kenneth memberikan tatapan dingin pada Galang. "Hukuman lo belum selesai."
Galang memutar bola matanya, kemudian beralih menatap Chiara. "Gue pastikan kita bertemu lagi, dah, Chia,” ia melambaikan tangan dan kembali ke lapangan menyelesaikan hukuman.
Chiara tersenyum paksa, kemudian melanjutkan langkahnya.
"Jangan dengerin omongan Galang, Ra."
Chiara menoleh.
"Dia emang gitu, awalnya modus, kebanyakan gombal. Lo jangan percaya sama omongan dia. Gue enggak mau lo jadi korban dia selanjutnya," Mila memperingati.
Chiara mengangguk setuju.
📖📖
📖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Yeni Sinam
kasi visual na thorrr
2020-05-13
0
ⓘ ⓝ ⓐ ⓨ
lahh.. Galang kan sepupunya Chiara?? mmg ngga pernah ketemu pas lebaran paling ngga selama 8 thn di Indonesia?? atau ibunya ngga pernah cerita ttg sepupunya itu?? minimal video call tanya kbr. klo sepupunya banyak mah masih masuk akal ngga tau, tp kan sepupunya cuma itu aja?? ckckck...
2020-04-17
15
Sefi
next
2020-04-17
2