Episode 02

"Ayah dan Ibu pergi ke perkebunan," kata Arya yang masuk dengan tubuh berkeringat. Biasa. Motor baru semangat juga baru. Kotor sedikit dicuci. "Sebentar lagi pulang."

"Ya," jawab Al singkat.

Dia sedang melihat-lihat keadaan rumah. Interior memantulkan kemewahan dengan lampu kristal antik. Beberapa lukisan kaligrafi dan naturalisme gotik menambah indah dan menarik. Banyaknya foto jeruk dengan berbagai perspektif. Dia hampir tak percaya kalau rumah ini adalah rumah mantan tukang pos.

"Ayah sekarang jadi crazy rich," ujar Arya. "Motor bututnya sudah dipensiunkan sejak harga jeruk impor booming. Sebagai gantinya, dia naik Nissan Elgrand."

Al terbelalak. "Pergi ke kebun bawa mobil? Sekalian saja pakai jas! Dasi!"

"Abad 21."

"Buang hajat juga ada tarifnya, begitu?"

"Mobil second, harganya tidak seberapa."

"Biar second, Nissan loh bukan batu nisan?"

"Ayah masih terbilang irit dibanding tetangga."

"Jadi Ayah menghamburkan uang karena tetangga?"

"Kamar kakak di lantai atas kalau mau istirahat," kata Arya seolah ingin menghindari perdebatan. "Aku bangunkan nanti kalau Ayah sama Ibu pulang."

Al sudah tahu yang mana kamarnya. Foto dari masa ke masa terpampang di dinding hijau daun itu. Pasti Ibu yang menyiapkan untuk menyambut kedatangannya.

Banyak di rumah ini yang tidak cocok dengan hatinya, pikir Al seraya rebahan di kasur empuk. Ayah sudah jadi petani sukses. Tapi hasil suksesnya digunakan untuk membeli barang sesuai keinginan, bukan sesuai kebutuhan.

Sayup-sayup terdengar suara orang tuanya di lantai bawah. Al segera keluar kamar dan menuruni anak tangga menemui mereka.

"Kamu sudah pulang?" seru Bu Haikal girang. "Kok nggak ngebel dulu, biar dijemput sama sopir di pertigaan?"

"Lowbat," jawab Al sambil mencium tangan ibunya. "Lagian aku biasa jalan kaki."

"Bagaimana kuliahmu?" tanya Pak Haikal saat Al mencium tangannya. "Dapat yudisium SM lagi?"

Al diam. Selalu, pertanyaan itu yang pertama menggelinding di setiap pertemuan mereka. Yang mengisi baris pertama surat yang dikirim ke Yogya. Satu-satunya pertanyaan milik ayahnya.

Pak Haikal curiga. "Kenapa? IPK jelek?"

"Mana berani aku pulang kalau ada nilai yang remedial," sahut Al tanpa semangat.

Hampir lima bulan mereka tidak bertemu, sejak terakhir kali ayahnya membawa sekeranjang jeruk sunkist. Tapi sedikitpun dia tidak mengungkit rasa rindunya.

Pak Haikal tersenyum bangga. "Bagus. Kamu sungguh pandai menghargai keringat orang tua. Prestasimu adalah sembah sujud yang terbaik."

"Ayah mau lihat transkrip nilainya?" tanya Al tanpa gairah.

"Boleh."

"Sudahlah," tegur Bu Haikal lembut. "Anak kita pulang bukan cuma buat laporan."

Berbeda dengan ibunya. Dia lebih pengertian. Kuliah bukan hanya menghadapi tebalnya diktat, banyak rintangan menghadang. Dia selalu memberi motivasi yang cukup setiap kali anaknya menghadapi masalah.

Maka itu Al banyak mengadu kepada ibunya kalau ada apa-apa, termasuk semua kejutan yang didapatnya hari ini.

"Sebenarnya apa yang Ayah cari?" tanya Al sambil memperhatikan ibunya membantu juru masak. Rumah sebesar ini tidak bisa diurus seorang diri, butuh beberapa asisten. Biaya lagi. "Kemuliaan hidup atau pujian orang?"

"Kemuliaan hidup didapat dari pujian orang," jawab Bu Haikal seolah membela suaminya. "Maka itu Ayah berhenti jadi tukang pos untuk membangun mimpi yang lebih baik. Salahkah dia mewujudkannya ketika ada kesempatan?"

"Tapi buat apa pasang parabola? Berlangganan channel? Globalisasi bukan untuk kalangan seperti kita, untuk orang yang membuat istilah itu."

"Omonganmu ketinggian."

"Pakai tangga."

"Panen apel pakai tangga?" balik Bu Haikal. "Arya minta. Katanya nonton televisi lokal pete ..."

"Bete," ralat Al.

"Tidak jauh dari sinetron dan pencitraan."

"Terus pasang WiFi?"

"Yang suka loncat di pohon itu ya?"

"Tupai."

"Semua itu keinginan Arya. Lagi Ayah suka pakai juga buat cari informasi. Dia kan ketua KUD, ketua BPD juga."

"Ibu jangan terlalu memanjakan Arya. Bisa-bisa dia jadi generasi terkontaminasi."

"Ibu pusing kalau tidak dipenuhi, segala apa disebut-sebut. Ibu jadi bete. Tapi Ibu paham maksudnya. Dia ingin kayak orang-orang."

"Ayah diam saja?"

"Kayak tidak tahu ayahmu saja. Yang penting rajin belajar."

"Cuma buat Arya."

"Buat kamu juga. Itu gempor bini ..."

"Lamborghini."

"Buat kamu itu."

Al tidak terkesan. Dia sudah melihat mobil itu di garasi. Edisi terbaru dan harganya sangat mahal.

Bu Haikal menoleh dengan penasaran. "Memangnya kamu ingin apa?"

"Aku ingin Ibu hati-hati sama Arya."

"Susah."

Arya tidak bisa hidup prihatin. Dia hanya mau sekolah jika uang jajan cukup. Prestasinya amat bergantung pada fasilitas. Untung Ayah sekarang bersahabat dengan uang. Dia tidak perlu banting tulang untuk memenuhi kebutuhannya.

Diam-diam Al merasa iri. Dia makan enak paling banter kalau ada yang traktir. Telur mata sapi adalah santapan sehari-hari. Tapi mereka makan seolah mau buka restoran, dari lobster sampai salmon asap tersedia.

"Jadi kehidupan seperti ini yang coba disembunyikan oleh Ayah?" sindir Al seraya menarik kursi untuk duduk. "Sampai kirim kabar saja pakai cara tradisional. Sekalinya ngebel kehabisan pulsa."

"Ayah ingin kamu belajar prihatin," kata Pak Haikal. "Apa yang kamu lihat sekarang berasal dari prihatin."

"Sesekali tak ada salahnya dikirim uang lebih."

"Sering kan?"

"Itu buat acara seminar."

"Terus buat apa lagi?"

"Acara kan tidak cuma seminar."

"Uang bukan sahabat yang baik. Bisa berkhianat di manapun kamu berpijak, apalagi kamu jauh dari orang tua."

"Ayah tidak percaya padaku?"

"Ayah tidak percaya pada uang."

"Lagi percaya itu sama Allah," sela Arya. "Jangan sama uang."

"Anak seumur kamu baru bisa bermain kata-kata," sergah Al. "Dan rajin memindahkan kurikulum ke jalanan, mall."

"Aku sebentar lagi tamat SMA, sudah gede."

"Apalagi sudah gede! Tambah gede lagakmu!"

"Sudah," potong Bu Haikal. "Kalian semua anak Ibu, sama-sama Ibu sayangi."

Tapi mereka pilih kasih, pikir Al tawar. Dia selalu jadi nomor dua. Selalu dapat sisa. Hanya karena Arya anak bungsu! Anak manja!

"Sebagai kakak, kamu harus memberi contoh yang baik buat kemajuan studinya," ujar Pak Haikal.

"Aku sudah banyak kasih contoh. Hasilnya Arya lebih kenal Justin Bieber daripada Justin Webber."

Justin Bieber adalah seorang penyanyi berkebangsaan Kanada, sedangkan Justin Webber adalah fisikawan berkebangsaan Jerman.

"Ayah sudah hidup enak," kata Al. "Apa lagi yang diharapkan dariku?"

"Jadi kamu mengejar prestasi cuma ingin membuat Ayah bangga? Tidak punya cita-cita sendiri?"

"Cita-citaku adalah menjamin kebahagiaan Ayah dan Ibu. Kini rasa-rasanya hidupku yang terjamin."

"Harta tidak menjamin kebahagiaan seutuhnya. Hidup butuh pengakuan."

"Dari jaman ke jaman yang berkuasa adalah orang kaya, bukan doktor atau profesor."

"Karena pola pikir mereka masih berkutat sekitar perut. Orang kaya bisa mengenyangkan."

"Nah, ikuti saja ke mana air mengalir. Pandai-pandailah cari kehormatan, cari kedudukan, dan cari kambing hitam biar selamat."

"Jadi itu hasil kuliahmu di Yogya?"

Al tersenyum. "Mungut di halaman depan."

Senyum Al mendadak surut. Seorang perempuan muda dan seksi muncul dengan senyum maafnya.

"Telat ya?"

Ayah tersenyum ceria, Ibu memasang muka perang.

"Tidak ada kata telat buat kamu," jawab ayahnya.

Al memandang heran. Siapa perempuan ini?

Terpopuler

Comments

grandpa

grandpa

wk wk wk

2024-08-19

0

N Hayati

N Hayati

thor ngakak pas bilang lamborghini jadi gempor bini 😂😂😂

2022-03-22

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 01
2 Episode 02
3 Episode 03
4 Episode 04
5 Episode 05
6 Episode 06
7 Episode 07
8 Episode 08
9 Episode 09
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Ucapan Terima Kasih
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Episode 01
2
Episode 02
3
Episode 03
4
Episode 04
5
Episode 05
6
Episode 06
7
Episode 07
8
Episode 08
9
Episode 09
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Ucapan Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!